Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rupiah gagal menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di pekan perdana bulan Desember. Sentimen negatif bertubi-tubi datang dari varian virus omicron dan pernyataan Federal Reserve (The Fed) yang hawkish.
Mengutip Bloomberg, Jumat (3/12), rupiah melemah 0,15% ke Rp 14.420 per dolar AS. Dalam sepekan rupiah bergerak melemah 0,43%. Alwi Assegaf, analis Gobal Kapital Investama mengatakan aset berisiko seperti rupiah ditinggalkan investor setelah varian virus omicron muncul. "Ada pelarian dana dari aset berisiko ke safe haven seperti dolar AS disaat sentimen omicron muncul," kata Alwi, Jumat (3/12).
Selain itu, rupiah juga tertekan setelah Gubernur The Fed Jerome Powell mengatakan dalam senat, inflasi AS tidak lagi dinilai sementara, melainkan dapat bertahan lama. Dengan begitu, AS berpotensi mempercepat proses tapering off dan menaikkan suku bunga acuannya lebih cepat dari yang pelaku pasar perkirakan.
Baca Juga: Kompak memerah, rupiah turun 0,2% ke level Rp 14.408 per dolar AS di kurs Jisdor
Rencana kenaikan suku bunga tersebut dapat membuat yield US Treasury naik dan spread imbal hasil dengan obligasi pemerintah menjadi semakin tipis. Itulah sebabnya, aset berisiko seperti rupiah tidak dipandang menarik.
Kepala Ekonom BCA David Sumual mengamati aktivitas impor jelang akhir tahun meningkat, sehingga permintaan dolar AS naik dan rupiah melemah. David juga melihat mata uang emerging markets termasuk rupiah saat ini kurang diuntungkan karena harga komoditas mulai melandai.
David memproyeksikan jelang akhir tahun volume perdagangan cenderung menurun. David memproyeksikan rentang rupiah di pekan depan di Rp 14.300 per dolar AS-Rp 14.400 per dolar AS.
Sementara, Alwi memproyeksikan rupiah pekan depan berada di rentang Rp 14.340 per dolar AS-Rp 14.460 per dolar AS.
Baca Juga: IHSG turun 0,35% sepekan, berikut prediksi pergerakan pekan depan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News