Reporter: Rashif Usman | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Morgan Stanley Capital International (MSCI) berencana mengubah metodologi dalam menghitung free float untuk saham emiten Indonesia. Gara-gara rencana MSCI ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ambles 1,87% ke level 8.117,15 pada Senin (27/10/2025).
Dalam pengumuman terbarunya pada Senin (27/10/2025), MSCI tengah meminta pertimbangan dari pelaku pasar terkait penggunaan laporan komposisi kepemilikan bulanan (Monthly Holding Composition Report) yang diterbitkan PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) sebagai sumber tambahan dalam menghitung porsi free float untuk saham-saham Indonesia.
Head of Equity Research Kiwoom Sekuritas Liza Camelia Suryanata mengatakan, selama ini free float dihitung dari data kepemilikan publik yang dilaporkan emiten. Namun, MSCI berpandangan data tersebut bisa jadi kurang akurat, sehingga ingin menambah pendekatan baru menggunakan data dari KSEI. Nantinya, MSCI akan mengambil angka terendah antara dua versi data tersebut.
Baca Juga: IHSG Keok Hadapi Wacana Free Float MSCI, Cermati Rekomendasi Saham Selasa (28/10)
Dalam metode baru ini, beberapa jenis kepemilikan akan dianggap tidak termasuk free float, misalnya saham yang masih berbentuk fisik (script), bukan tersimpan digital di KSEI dan saham yang dimiliki oleh perusahaan lain (corporates) atau kelompok lain-lain (others) yang dianggap tidak likuid.
Artinya, lanjut Liza, rasio free float banyak emiten bisa turun terutama yang punya kepemilikan besar oleh perusahaan atau institusi.
Nah, jika free float turun, bobot saham tersebut di indeks MSCI juga bisa berkurang. Ini berpotensi menyebabkan arus keluar (outflow) dana investor asing yang mengikuti indeks MSCI karena mereka harus menyesuaikan portofolionya.
Lebih Ketat dan Transparan
Menurut Liza, MSCI ingin membuat data free float Indonesia lebih ketat dan transparan. "Tapi efek sampingnya bisa membuat bobot beberapa saham Indonesia di indeks MSCI turun, yang bisa berdampak negatif sementara bagi aliran dana asing ke pasar," kata Liza dalam risetnya, Senin (27/10/2025).
Dalam jangka menengah hingga panjang, Liza memproyeksikan level support Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan berada di 7.940-8.012 dan resistance 8.351-8.600.
Secara terpisah, Customer Engagement and Market Analyst Department Head, BRI Danareksa Sekuritas, Chory Agung Ramdhani mengungkapkan efek dari sentimen MSCI tersebut bisa membuat saham konglomerasi dan emiten besar kehilangan bobot di indeks MSCI karena free float yang menurun.
"Potensi outflow dari dana asing yang mengikuti indeks bisa terjadi," ujar Chory kepada Kontan, Senin (27/10/2025).
Baca Juga: Ada Wacana Ubah Metodologi, Begini Prospek Saham MSCI Indonesia
Tak hanya itu, IHSG diproyeksikan semakin volatil terutama jika investor melakukan penyesuaian portofolio lebih cepat sebelum kebijakan resmi diberlakukan.
"Jika diterapkan penuh, akan ada penurunan bobot pada saham-saham unggulan seperti BBCA, BBRI, TLKM dan AMMN yang berpotensi memicu outflow asing jangka pendek," ucap Chory.
Namun disisi lain, langkah MSCI bisa mendorong transparansi pasar dan memperkuat kredibilitas data kepemilikan saham Indonesia di mata investor global.
Peluang dari Koreksi IHSG
Chory menyarankan untuk investor jangka panjang bisa melihat koreksi IHSG ini sebagai peluang akumulasi bertahap pada saham-saham fundamental kuat yang terkoreksi berlebihan.
Untuk trader jangka pendek, perlu waspada karena volatilitas bisa meningkat hingga kepastian dari MSCI keluar. Lalu, Investor asing kemungkinan akan menunggu kejelasan metodologi final sebelum menambah posisi.
"Adapun saran untuk investor ritel ialah jangan panik. Fokus pada saham dengan likuiditas tinggi, kinerja solid, dan manajemen terbuka," tambah Chory.
Baca Juga: MSCI Pertimbangkan Data KSEI untuk Hitung Free Float Saham Indonesia
Chory juga menerangkan untuk saat ini IHSG masih dalam tren bullish. Pelemahan indeks yang terjadi pada perdagangan Senin (27/10/2025) belum mengubah tren yang ada.
Ia memprediksi support level psikologis IHSG di level 8.000 dengan resistance terdekat 8.350-8.400 dalam jangka pendek
Direktur Pengembangan Bursa Efek Indonesia (BEI) Jeffrey Hendrik menyampaikan bahwa pihaknya siap berdiskusi dengan pihak MSCI mengenai metodologi perhitungan free float.
“Untuk yang ini, karena yang disebut sebut adalah KSEI ya silahkan saja kalau ingin mendapatkan informasi lebih lanjut atau bisa juga kami pro aktif nanti untuk diskusi dengan MSCI. Kami sangat siap," kata Jeffrey di gedung BEI, Senin (27/10/2025).
Sebagai informasi tambahan, MSCI akan menerima masukan dari pelaku pasar hingga 31 Desember 2025, dengan hasil dari konsultasi akan diumumkan sebelum 30 Januari 2026. Jika proposal tersebut diterapkan, perubahannya kemungkinan akan diimplementasikan pada review indeks bulan Mei 2026.
Selanjutnya: Harga Emas Melemah Seiring Meredanya Perang Dagang, Ini Proyeksinya di Akhir Tahun
Menarik Dibaca: Awas Hujan Ekstrem di Provinsi Ini, Cek Peringatan Dini Cuaca Besok (28/10) dari BMKG
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


/2025/10/02/2051090097.jpg) 
  
  
  
 











