Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Direktur Eksekutif Segara Institut,Pieter Abdullah memberikan pandangan positif tentang investasi dalam saham perbankan milik pemerintah, khususnya saham Bank Pembangunan Daerah (BPD) seperti PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk (BJBR) atau Bank BJB.
Menurutnya, saham-saham perbankan seperti BJBR dapat menjadi pilihan investasi yang menjanjikan karena selalu rutin memberikan dividen di atas tingkat inflasi kepada pemegang saham.
"Saham perbankan, terutama saham yang dimiliki oleh pemerintah, termasuk BPD seperti BJBR, menurut saya bisa menjadi pilihan investasi,” kata Pieter dalam keterangannya, Kamis (19/10).
Dalam konteks pembelian saham, Pieter menekankan pentingnya memiliki tujuan dan strategi yang jelas. Bagi investor yang memiliki tujuan dan strategi investasi jangka panjang, saham-saham perbankan besar dengan kapitalisasi besar, seperti BJBR, terutama yang menawarkan dividen besar, menjadi pilihan yang menarik.
"Kalau tujuan dan strateginya lebih ke investasi jangka panjang, hampir semua saham perbankan besar dengan kapitalisasi besar menarik dikoleksi. Yang paling menarik tentunya yang menawarkan dividen terbesar, seperti BJBR," kata Pieter.
Baca Juga: Bank BJB (BJBR) Cetak Laba Rp 908 Miliar pada Semester I-2023
Namun, untuk investor yang fokus pada trading jangka pendek, pertimbangan utamanya adalah pergerakan harga saham dalam jangka pendek. Pieter juga menyoroti pentingnya analisis fundamental, tetapi lebih menekankan pentingnya persepsi pasar dalam trading jangka pendek.
Sementara itu, Ekonom dari Institut for Development of Economics and Finance (Indef) Nailul Huda berpendapat bahwa saham BJBR menarik karena secara kinerja bisnis masih terus tumbuh.
Apalagi, BJBR hampir tiap tahun memberikan deviden di atas angka inflasi. Belum lagi, berbagai inovasi perbankan terus dilakukan BJBR seperti digitalisasi dan kemudahan dalam akses kredit.
Memang, akan tetap ada tekanan misal dari sisi faktor kenaikan suku bunga, namun hal itu menurutnya tidak memiliki dampak signifikan selama manajemen mampu mengelola bisnis dengan sangat baik dan memanfaatkan berbagai peluang untuk terus mendorong pertumbuhan bisnisnya.
Oleh karena itu, ia optimisyis dalam jangka panjang, BJBR akan tetap tumbuh positif seperti bank besar BUMN lainnya.
"Tentu, jika kita melihat kinerja industri perbankan, BJBR juga mengikuti tren positif yang ada di bank lainnya," ucap Nailul.
Baca Juga: Performa Saham Emiten Pelat Merah, BBTN, BJBR, ELSA dan PGAS Paling Murah
Sebagai tambahan infomasi, berdasarkan analisis fundamental, dari perhitungan Price Earnings Ratio (PER), saham BJBR diperdagangkan pada kisaran PER 6.1, yang menunjukkan bahwa harganya sudah cukup murah.
Nailul Huda menambahkan, jika melihat indikator kinerja lainnya, BJBR masih menunjukkan performa yang positif dengan catatan yang mengesankan, seperti yield dividen yang bersaing, PER yang kompetitif, dan upaya digitalisasi yang terus berkembang.
“Saya masih melihat saham perbankan, termasuk BJBR, sebagai saham yang layak untuk dijadikan pilihan investasi," paparnya.
Sebagai tambahan informasi, berdasarkan perhitungan rasio price to book value (PBV), PBV BJBR sebesar 0,81 kali. Angka itu jauh di bawah rata-rata PBV 5 tahun yang sebesar 1,24 kali hingga di bawah rata-rata PBV 5 tahunan standard deviasi minus 1 sebesar 0,87 kali. Sehingga, valuasi saham BJBR saat ini bisa dibilang lumayan murah.
Baca Juga: BJB Salurkan Fasilitas Kredit untuk Buana Finance Senilai Rp 100 Miliar
Sementara, berdasarkan perhitungan Price to Earning Ratio (PER), sebagai acuan untuk menilai saham berdasarkan aspek fundamental, PER BJBR di angka 6.1, artinya sudah murah.
Apalagi, secara kinerja bisnis dan keuangan BJBR masih sangat positif dari sisi rasio laba, rasio utang, kredit macet, masih terjaga dengan baik.
Selain masih murah, BJBR merupakan salah satu saham non cyclical yang rajin membagikan dividen cukup besar. Rata-rata pembagian dividen BJBR sekitar 6 persen, bahkan bisa lebih. Angka deviden itu, tentu saja di atas inflasi.
Lihat saja, pada tahun buku 2022, BJBR membagikan dividen yield sebesar 7,55%, jauh di atas inflasi. Tahun buku 2022 bank BJB berhasil mencatatkan pertumbuhan laba yang berkualitas.
Sehingga dividen per saham pun meningkat dari Rp 99,11 menjadi Rp 104,55. Sementara, dalam kurun waktu lima tahun, average devidend yoel BJBR di angka 8.95% jauh di atas deviden yield industri yang hanya 2.74%.
Sejumlah sekuritas, juga memberikan penilaian positif terhadap saham BJBR dalam berbagai riset-riset terbarunya. Apalagi, sektor perbankan diproyeksikan akan tetap tumbuh positif seiring dengan perbaikan ekonomi dan terjaganya daya beli.
Baca Juga: Bank BJB (BJBR) Bayar Dividen Dengan Yield 7,55%, Ini Jadwal Lengkapnya
Berdasarkan riset dari beberapa sekuritas ternama di Indonesia, margin bunga bersih perbankan nasional diprediksi tetap stabil, meskipun pertumbuhan kredit diprediksi moderat tahun 2023.
Sebagai informasi, semester I-2023, Bank BJB secara konsolidasi membukukan perolehan laba bersih sebesar Rp 908,75 miliar.
Adapun portofolio kredit yang diberikan Bank BJB tercatat sebesar Rp 129,28 triliun, naik 11% (QoQ) dari Rp116,45 triliun di kuartal I-2023, dan meningkat 4,77% (YoY) dari tahun lalu yang sebesar Rp 115,17 triliun.
Investor juga bisa tetap tenang, karena BJBR terus bekerja keras melakukan pengelolaan asset dan liabilitas yang optimal, meningkatkan fee based income, juga mendorong efisiensi baik melalui suku bunga maupun dalam setiap kegiatan operasional.
BJBR juga fokus dalam mendorong pendapatan lainnya melalui produk layanan berbasis fee based income, mengoptimalkan ekosistem yang dikelola, juga meningkatkan product holding dari nasabah-nasabah yang ada.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News