Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Adi Wikanto
Rekomendasi Saham - JAKARTA. Apakah Anda baru memulai investasi di saham. Berikut saham pilihan yang tepat untuk investasi jangka panjang.
Saham memang menjadi salah satu portofolio investasi yang tepat untuk jangka panjang. Harga sejumlah saham diproyeksi meningkat dalam jangka panjang seiring pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Associate Director Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nicodemus mengatakan, sektor perbankan sangat legendaris, sehingga cocok untuk dipilih sebagai pilihan investasi jangka panjang.
Ada beberapa sentimen yang mampu menjaga pertumbuhan kinerja perbankan akan terus bersinar. Misalnya, penurunan biaya provisi perbankan, stabilitas pemulihan ekonomi yang berjalan dengan baik yang mendorong meningkatnya aktivitas transaksi.
Baca Juga: IHSG Melemah ke 6.896, BBRI, BMRI, MAPI Paling Banyak Net Buy Asing, Kamis (27/7)
Lalu, masih bertumbuhnya kredit meskipun melambat, dan terjaganya jumlah non performing loan (NPL) juga memberikan sentimen positif untuk sektor perbankan.
Kinerja baik sektor perbankan di semester II juga ditambah dengan hajatan Pemilu 2024. Meskipun begitu, kita juga harus ingat masih ada ketidakpastian perekonomian yang menghantui.
Namun, Nico melihat, tidak semua saham perbankan juga akan bersinar. Sebab, semua akan kembali kepada fundamental kinerja perusahaan dan potensi valuasi di masa yang akan datang.
“Kita juga harus memperhatikan durasi jangka panjang kinerja sektor dan dikaitkan langsung dengan kinerja sahamnya,” ujarnya kepada Kontan, Kamis (27/7).
Nico merekomendasikan buy untuk BBCA dengan target harga Rp 9.950 per saham, BBRI Rp 6.000 per saham, BBNI Rp 11.250 per saham, dan BMRI Rp 6.000 per saham.
Head of Investment Reswara Gian Investa Kiswoyo Adi Joe sepakat, saham sektor perbankan, terutama big four adalah saham yang tepat untuk investasi jangka panjang. Sebab, emiten perbankan big four masih berhasil mencetak profit dan membagi dividen, bahkan dalam kondisi pandemi covid-19.
“Hal itu membuktikan bahwa resiliensinya baik, sehingga kinerja di luar masa pandemi tentu akan lebih baik lagi, termasuk di tahun ini,” ujar dia kepada Kontan.co.id, Kamis (27/7).
Menurut Kiswoyo, sentimen suku bunga juga tidak akan mempengaruhi kinerja perbankan. “Pun adanya penurunan suku bunga, yang diturunkan terlebih dahulu adalah bunga tabungan deposito, bukan bunga kredit. Sehingga, marginnya masih terjaga,” papar dia.
Keempat emiten perbankan besar pun dinilai Kiswoyo memiliki keunggulan masing-masing. Misalnya, BBCA unggul karena terkenal sebagai bank ritel dan bank terbesar selain BUMN. BBRI unggul sebagai bank untuk usaha mikro yang jangkauannya sampai ke desa-desa kecil di Indonesia.
“Lalu, BMRI pasarnya ada di level korporat. Sementara, BBNI unggul karena gabungan dari semuanya,” ungkap dia.
Selain perbankan, sektor konsumer dilihat Kiswoyo masih berkinerja bagus, dengan emiten unggulan INDF sama ICBP. Alasannya, keduanya merupakan raja konsumer, terutama pada konsumen mie instan.
“Di sisi lain, mereka juga punya kebun sawit. Sehingga, hampir dari hulu ke hilir ada bisnis yang bisa menunjang produksi,” tutur Kiswoyo.
Baca Juga: IHSG Turun 0,74% ke 6.896 Hari Kamis (27/7), ACES, AKRA TINS Top Gainers LQ45
Meskipun harga gandum untuk bahan baku mie instan saat ini masih volatile, tetapi produsen besar biasanya masih akan punya stok bahan baku yang disimpan setidaknya selama enam bulan ke depan.
“Jadi, volatilitas tersebut masih bisa teredam dengan adanya stok yang bisa memenuhi produksi dalam jangka yang cukup lama,” paparnya.
Selain itu, ada juga saham ASII dan TLKM untuk investasio jangka panjang. Sentimennya adalah cakupan pasar kedua emiten tersebut yang masih sangat besar.
Untuk ASII, meskipun sekitar 50% pendapatan perusahaan masih berasal dari otomotif, tetapi diversifikasi bisnis membuat kinerja perusahaan menjadi lebih baik dari sesama peers di sektor otomotif.
“Ini bukan sentimen dari kinerja sektornya, tetapi kinerja bisnis ASII yang selalu mampu mencatatkan keuntungan di saat perekonomian domestik juga tengah membaik,” papar dia.
Sementara, TLKM merupakan market leader di sektor telekomunikasi di Indonesia. Sehingga, kinerjanya masih akan bagus, karena konsumennya besar.
Kiswoyo pun merekomendasikan buy untuk BBCA dengan target harga Rp 10.000 per saham, BBRI Rp 6.000 per saham, BBNI Rp 11.000 per saham.
Lalu, buy untuk ASII dengan target harga Rp 7.500-Rp 8.000 per saham, TLKM Rp 4.500-Rp 5.000 per saham, INDF Rp 8.000 per saham, dan ICBP Rp 13.000 per saham.
Itulah daftar saham yang cocok untuk investasi jangka panjang. Ingat, segala risiko investasi atas rekomendasi saham di atas menjadi tanggung jawab Anda sendiri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News