kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.908.000   1.000   0,05%
  • USD/IDR 16.212   -17,00   -0,10%
  • IDX 6.865   -12,86   -0,19%
  • KOMPAS100 999   -3,55   -0,35%
  • LQ45 764   -2,07   -0,27%
  • ISSI 226   -1,00   -0,44%
  • IDX30 393   -1,12   -0,29%
  • IDXHIDIV20 455   -0,68   -0,15%
  • IDX80 112   -0,32   -0,28%
  • IDXV30 114   0,03   0,02%
  • IDXQ30 127   -0,74   -0,58%

Gregory S. Widjaja Jadikan Investasi Sebagai Gaya Hidup Sejak Belia


Sabtu, 05 Juli 2025 / 09:00 WIB
Gregory S. Widjaja Jadikan Investasi Sebagai Gaya Hidup Sejak Belia
Gregory Sugyono Widjaja, Direktur Keuangan PT Aspirasi Hidup Indonesia Tbk (ACES).


Reporter: Rashif Usman | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Memupuk kebiasaan berinvestasi sejak usia dini bukan hanya soal menanamkan uang, tetapi juga membangun pola pikir jangka panjang, disiplin, serta kemampuan mengelola risiko. Dengan kebiasaan ini, seorang investor dapat lebih siap menghadapi tantangan finansial di masa depan dan memiliki fondasi kuat untuk mencapai kebebasan finansial.

Inilah yang dijalani oleh Gregory Sugyono Widjaja. Ketertarikannya pada dunia investasi tumbuh sejak usia belia. Direktur Keuangan PT Aspirasi Hidup Indonesia Tbk (ACES) ini masih mengingat dengan baik saat-saat awal ia mulai membiasakan diri menyisihkan sebagian uang untuk kebutuhan masa depan.

“Kalau dibilang investasi itu kan menyisihkan dana dengan harapan ada imbal hasil. Saya pertama kali melakukannya saat duduk di kelas 2 Sekolah Dasar,” kata Gregory saat ditemui Kontan, Selasa (1/7).

Kala itu, ia rutin menabung melalui program Tabungan Pembangunan Nasional (Tabanas) yang dikelola oleh pemerintah. Setiap pekan, sebagian uang saku sekolahnya ditabung melalui kantor pos. Walau bunga tabungan tersebut sangat kecil, aktivitas menabung sudah memberi kepuasan dan menanamkan kebiasaan baik. Ia bahkan sempat menabung sendiri untuk membeli sepeda impiannya, alih-alih meminta langsung kepada orang tua.

Baca Juga: Aspirasi Hidup (ACES) Tebar Dividen Rp 579,87 Miliar, Menarik Dikoleksi?

Kebiasaan menyisihkan sebagian uang untuk tujuan jangka panjang itu terus ia bawa hingga remaja dan dewasa. Gregory mengakui, nilai-nilai ini tertanam kuat sejak kecil berkat didikan keluarga yang menekankan pentingnya disiplin keuangan. 

Setelah memasuki dunia kerja, Gregory mulai mengenal berbagai instrumen investasi. Pada awal 2000-an, ia mencoba peruntungan di reksadana saham, yang kala itu menawarkan imbal hasil menarik, bahkan bisa mencapai 20% per tahun.

"Digulung lah duitnya, berputar-putar dan hasilnya dimasukkan lagi menjadi lebih besar," jelas Gregory.

Prinsip Diversifikasi

Sebagai profesional di bidang keuangan, Gregory memegang prinsip diversifikasi portofolio secara ketat. Ia menekankan pentingnya tidak menaruh seluruh dana di satu jenis aset—don't put all your eggs in one basket.

Saat ini, portofolio aset yang ia kelola terdiri dari 10% dalam bentuk deposito, 30% properti, 30% saham, serta sisanya 30% dalam bentuk reksadana dan Surat Berharga Negara (SBN).

Di luar aset properti yang cenderung lebih stabil, Gregory menjelaskan bahwa porsi investasi di instrumen seperti saham, reksadana, dan SBN bersifat dinamis. Jika kondisi pasar modal sedang kurang mendukung, ia akan menyesuaikan alokasi dengan memperbesar porsi ke instrumen yang lebih defensif seperti reksadana atau SBN.

"Kalau mau masuk ke saham, mesti paham kondisi fundamental perusahaannya," tegasnya.

Baca Juga: Menimbang Ulang Racikan Portofolio

Dari sekian banyak pengalamannya, investasi yang paling berkesan justru datang secara tak terduga. Pada 2009, Gregory bercerita tak sengaja mengunjungi sebuah pameran properti di pusat perbelanjaan. Di sana, ia memutuskan membeli sebidang tanah dengan harga miring banget  kawasan Serpong, Tangerang.

"Lima tahun kemudian, tanah itu saya jual dan hasilnya naik lima kali lipat dari harga beli. Itu mungkin salah satu investasi paling mengesankan yang pernah saya buat," ujarnya sambil tersenyum.

Namun, tak semua pengalaman di sektor properti berakhir manis. Ia juga sempat menghadapi situasi di mana hasil investasi tidak sesuai harapan, seperti saat membeli unit apartemen atau kondominium. Harapan akan berkembangnya lingkungan sekitar tak selalu berjalan sesuai rencana. 

Dus, Ia menekankan kunci utama sukses berinvestasi di bidang ini tetaplah lokasi. Jika memungkinkan, properti yang dibeli juga sebaiknya memiliki potensi untuk ditingkatkan nilainya misalnya dengan renovasi.

“Jangan hanya mengandalkan kenaikan harga tanah. Kalau rumah/rukonya bisa kita upgrade jadi lebih menarik, itu akan meningkatkan nilai tambahnya,” terangnya.

Gregory percaya bahwa investasi bukan semata soal mengejar keuntungan, tetapi membangun masa depan secara terencana dan berkelanjutan. Ia pun menyisihkan sebagian asetnya untuk tujuan jangka panjang seperti pendidikan anak, kesehatan keluarga, dan perlindungan melalui asuransi.

Konsistensi dan perencanaan jangka panjang menjadi dua prinsip yang terus ia pegang. Investasi, menurutnya, bukan langkah instan, melainkan perjalanan berkelanjutan yang dimulai sejak dini dan dijalani dengan penuh kedisiplinan.

Nilai-nilai pengelolaan keuangan tidak hanya dijalani Gregory sendiri, tapi juga ia wariskan ke anak-anaknya. Ia mengajarkan kepada anak-anaknya untuk membuka rekening sendiri dan belajar mengelola uang lewat aplikasi digital. Tujuannya bukan hanya agar mereka bisa bertransaksi, tetapi juga agar mereka memahami pentingnya mengelola uang secara bijak.

Selanjutnya: Profit 26,68% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Naik Seuprit (5 Juli 2025)

Menarik Dibaca: Rahasia Kulit Glowing dari dalam, Minum 5 Morning Drink Ini Saat Perut Kosong

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Owe-some! Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak

[X]
×