Reporter: Nuria Bonita,Yura Syahrul,Yuwono Triatmodjo | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. PT Mitra Rajasa Tbk (MIRA) sedang sibuk menggalang pendanaan untuk membiayai akuisisi 80,33% saham PT Apexindo Pratama Duta Tbk (APEX). Maklum, penutupan transaksi senilai US$ 562,05 juta atau sekitar Rp 5,2 triliun tersebut berakhir bulan ini. Saat ini, Mitra Rajasa telah merampungkan struktur pendanaan akuisisi itu.
Salah satu sumber pendanaannya adalah dari pinjaman bank atau penerbitan obligasi senilai total maksimal Rp 1,2 triliun. Nilai ini lebih tinggi dari rencana semula perusahaan jasa pengangkutan ini yaitu sebesar Rp 330 miliar dari pinjaman bank dan Rp 600 miliar dari obligasi. "Semula nilainya memang Rp 800-900 miliar," kata Sekretaris Perusahaan Mitra Rajasa Imaculata Wattimena kepada KONTAN, hari ini.
Namun, emiten bersandi saham MIRA ini memutuskan menaikkan nilai utang menjadi Rp 1,2 triliun. Seluruh dana itu untuk membiayai akuisisi Apexindo. "Kalau sebelumnya duit pinjaman itu hanya untuk ekspansi usaha," imbuhnya. Menurut Imaculata, keputusan itu diambil setelah Goldman Sachs yang bertindak sebagai penasehat keuangan merampungkan struktur pembiayaan akuisisi Apexindo. Selanjutnya, MIRA akan menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 17 September dengan agenda tunggal yaitu persetujuan peningkatan pinjaman.
Meski demikian, MIRA belum menentukan komposisi pendanaan Rp 1,2 triliun itu dari pinjaman bank atau obligasi. "Yang jelas total nilainya maksimal sekitar Rp 1,2 triliun," terang Imaculata.
Seperti diberitakan sebelumnya, MIRA sudah menandatangani perjanjian pembelian 80,33% saham Apexindo dari PT Medco Energi Internasional Tbk dan Encore International Ltd., pada 9 Juni lalu. Total nilai pembeliannya sebesar Rp 5,2 triliun. Aksi korporasi ini sudah mendapat persetujuan pemegang saham MIRA dan Medco pada akhir pekan lalu. Selanjutnya, proses akuisisi ini diharapkan rampung pada akhir Agustus nanti.
Menurut Imaculata, MIRA akan segera mengantongi dana akuisisi dengan penandatanganan perjanjian dengan beberapa investor strategis pada pekan depan. "Goldman sudah mendapatkan beberapa investor untuk mendanai akuisisi ini," imbuhnya. Sayang, dia belum bisa mengungkapkan identitas dari para investor tersebut. Sedangkan Komisaris Utama MIRA Tito Sulistio hanya menyatakan, 95% dari investor tersebut merupakan institusi keuangan asing.
Yang jelas, MIRA harus menyetorkan dana tunai sebesar US$ 405 juta untuk akuisisi itu. Sumbernya dari para investor strategis dan kas internal, termasuk pinjaman maksimal Rp 1,2 triliun. Sedangkan sebesar US$ 112,4 akan dibayarkan dalam bentuk surat utang berjangka waktu satu tahun.
Nah, setelah menyetor dana akuisisi pada akhir bulan ini, MIRA juga sudah mempersiapkan skema pembiayaan untuk membayar setumpuk utang tersebut. Menurut Direktur Keuangan MIRA Inu Dewanto Koentjaraningrat, pihaknya berencana menerbitkan saham baru alias rights issue senilai US$ 75 juta. "Salah satu investor strategis yang digaet Goldman bakal jadi pembeli siaga rights issue," imbuh Inu. Aksi korporasi itu akan digelar tahun ini. Sebagai tahap awal, perusahaan sedang menjalani audit laporan keuangan per Juni 2008.
Selain itu, menurut Presiden Direktur MIRA Beni Prananto, mereka juga sedang mempersiapkan sumber pendanaan lain. Yaitu, penjualan sebagian saham perdana ke publik atau initial public offering (IPO) anak usahanya, yaitu Sabre Systems International Pte Ltd (SSI). Hajatan ini bakal dilangsungkan di bursa saham Singapura pada tahun depan. Rencananya, SSI akan melepas sekitar 30% saham ke publik. "Targetnya sekitar April atau Mei 2009," imbuhnya.
Kepala Riset Batavia Prosperindo Suherman Santikno mengatakan, MIRA harus mampu menggenjot kinerja Apexindo karena akuisisi ini menggunakan sistem leverage buy out (LBO). Sebab, beban utang yang besar bakal sangat memberatkan MIRA di masa depan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News