Sumber: KONTAN | Editor: Test Test
JAKARTA. Langkah PT Mitra Rajasa Tbk (MIRA) mengakuisisi 80,6% saham PT Apexindo Pratama Duta Tbk (APEX) sudah mendekati babak akhir. Kemarin (30/6), perusahaan penyedia jasa transportasi ini telah mengantongi restu pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB). Selanjutnya, Mitra Rajasa tinggal menunggu persetujuan serupa dari PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC), pihak penjual saham Apexindo, pada awal Agustus mendatang. "Kami targetkan akhir Agustus tuntas," ujar Presiden Direktur Mitra Rajasa Beni Prananto di Jakarta, kemarin.
Sembari menunggu proses administrasi itu, emiten bersandi MIRA ini sedang menggodok skema pendanaan akuisisi. Maklum, MIRA membeli saham Apexindo itu seharga Rp 2.450 per saham atau senilai total Rp 5,2 triliun. Hampir seluruh dana akuisisi itu bersumber dari pinjaman eksternal.
Nah, untuk menyehatkan kondisi keuangan perusahaan pasca akuisisi Apexindo, MIRA berniat melunasi sebagian utang yang digunakan untuk akuisisi itu. Untuk itu, MIRA akan menerbitkan saham baru (rights issue). Menurut Direktur Keuangan MIRA Inu Dewanto Koentjaraningrat, perusahaannya berencana menerbitkan saham baru senilai lebih dari US$ 75 juta atau sekitar Rp 700 miliar pada akhir tahun nanti.
Saat ini, MIRA sudah mulai menggodok rencana aksi korporasi ini secara internal. Namun, perusahaan ini belum menyeleksi penasehat keuangan untuk membantu hajatan itu. Mereka juga belum mempersiapkan pembeli siaga atau standby buyer. "Belum ada pembicaraan dengan pihak mana pun, termasuk dengan Goldman Sachs," imbuh Inu.
Target rasio utang 1,5 kali
Yang jelas, menurutnya, MIRA baru bisa menggelar rights issue setelah bulan November nanti. Sebab, MIRA telah melakukan aksi serupa pada November tahun lalu. "Minimal setelah setahun baru bisa rights issue lagi," imbuhnya. Selain untuk membayar utang, MIRA akan memakai dana hasil penjualan saham baru itu untuk mengembangan perusahaan, termasuk mengembangkan Apexindo pasca akuisisi.
Sekedar menyegarkan ingatan, MIRA sudah mempersiapkan tiga skema pendanaan akuisisi Apexindo, yaitu pinjaman dari institusi keuangan, penerbitan surat utang, dan modal sendiri. Saat ini, MIRA sedang mencari pinjaman senilai US$ 405 juta. Goldman Sachs yang merupakan penasihat keuangan MIRA telah menyebar proposal penawaran ke pada sekitar 100 institusi keuangan asing. Lantas, MIRA juga akan menerbitkan surat utang senilai Rp 1 triliun dan Goldman telah berkomitmen memborong surat utang itu.
Selain itu, MIRA dan anak usahanya, Sabre Systems International Pte Ltd (SSI), membentuk perusahaan baru bernama Bidco yang khusus bertugas mengakuisisi Apexindo. MIRA dan SSI menyuntikkan masing-masing US$ 85 juta dan US$ 10 juta ke perusahaan itu.
Menurut Kepala Riset Batavia Prosperindo Suherman Santikno, keputusan MIRA membayar utang akuisisi dengan cara rights issue sangat tepat. Sebab, mereka bisa menurunkan rasio utang terhadap ekuitas atau debt to equity ratio (DER) yang meningkat drastis setelah mengakuisisi Apexindo. "Jadi, di masa depan, fleksibilitas keuangan mereka tetap terjaga dan masih bisa berutang lagi," imbuhnya.
Inu menghitung, setelah akuisisi Apexindo, DER MIRA bisa mencapai empat kali tahun ini. Tapi, ia berharap, rasio itu bisa turun jadi 1,5 kali tahun depan.
Selain rights issue, Inu mengaku masih mempelajari alternatif lain yang memungkinkan MIRA merestrukturisasi utang. "Alternatif tetap harus ada bergantung pada kondisi pasar saat itu," ujarnya. Salah satu alternatif yang sempat muncul adalah melangsungkan penjualan sebagian sahamnya di bursa Singapura (IPO). Namun, menurut Inu, manajemen MIRA masih mempertimbangkan rencana itu. "Karena prosesnya tidak mudah, kita harus benar-benar lihat untung-ruginya," imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News