Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak turun tajam pada hari Jumat di tengah penurunan saham perbankan Eropa dan setelah Menteri Energi AS Jennifer Granholm mengatakan pengisian ulang Cadangan Minyak Strategis (SPR) negara itu mungkin memakan waktu beberapa tahun, mengurangi prospek permintaan.
Jumat (24/3) pukul 19.51 WIB, harga minyak WTI kontrak Mei 2023 di New York Mercantile Exchange turun 3,5% menjadi US$ 67,49 per barel. Meski turun tajam, harga minyak mentah acuan Amerika Serikat (AS) ini masih tercatat menguat 0,84% dalam sepekan terakhir.
Sedangkan harga minyak Brent turun 3,74%, menjadi US$ 73,07 per barel. Dalam sepekan, harga minyak acuan internasional ini justru naik 0,14%.
Kedua benchmark, yang turun sekitar 1% pada hari Kamis, berada di jalur untuk mengakhiri minggu ini sedikit lebih tinggi. Pekan lalu, harga kedua minyak acuan membukukan penurunan mingguan terbesar dalam beberapa bulan karena gejolak sektor perbankan dan kekhawatiran tentang kemungkinan resesi.
Baca Juga: Harga Emas Tembus US$ 2.000 Hari Ini (24/3) di Tengah Prospek Jeda Kenaikan Bunga
Saham perbankan merosot di Eropa. Harga saham Deutsche Bank dan UBS Group terpukul keras oleh kekhawatiran bahwa masalah terburuk di sektor ini sejak krisis keuangan 2008 belum teratasi.
Dolar yang lebih kuat, yang naik 0,6% terhadap mata uang lainnya pada hari Jumat, juga memicu aksi jual. Greenback yang lebih kuat membuat minyak mentah lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.
"Kurangnya pembelian minyak mentah untuk SPR merupakan pukulan besar terhadap prospek permintaan minyak," kata analis PVM Oil Stephen Brennock kepada Reuters.
Pemerintah AS mengatakan pada bulan Oktober akan membeli kembali minyak untuk SPR ketika harga berada di atau di bawah sekitar US$ 67-US$ 72 per barel.
Granholm mengatakan kepada anggota parlemen bahwa akan sulit memanfaatkan harga rendah tahun ini untuk menambah stok. Stok cadangan minyak AS saat ini berada di level terendah sejak 1983 menyusul penjualan yang diarahkan oleh Presiden AS Joe Biden tahun lalu.
Baca Juga: Harga Minyak Mentah Jatuh, AS Menunda Pengisian Cadangan Strategis
Ekspektasi permintaan yang kuat dari China membatasi penurunan harga minyak. Goldman Sachs mengatakan, permintaan komoditas melonjak di China, importir minyak terbesar dunia, dengan permintaan minyak mencapai 16 juta barel per hari.
Sementara itu, Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak mengatakan, pemotongan produksi yang sebelumnya diumumkan sebesar 500.000 barel per hari (bpd) dalam produksi minyak Rusia akan berasal dari tingkat produksi 10,2 juta bpd pada bulan Februari, lapor kantor berita RIA Novosti.
Itu berarti Rusia berniat untuk memproduksi 9,7 juta barel per hari antara Maret dan Juni, menurut Novak. Ini akan menjadi pengurangan produksi yang jauh lebih kecil daripada yang ditunjukkan Moskow sebelumnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News