Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Dupla Kartini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai kapitalisasi pasar (market cap) di Bursa Efek Indonesia (BEI) terus menanjak seiring kenaikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Pergerakan saham berkapitalisasi pasar besar alias big cap juga masih melaju.
Menilik data historis selama 10 tahun terakhir, PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) menjadi emiten yang cukup konsisten merajai kapitalisasi pasar bursa. Sejak medio 2006-2009, TLKM menempati posisi teratas saham big cap. Padahal di periode itu, krisis ekonomi global sempat menghampiri pasar saham. Namun, TLKM cukup defensif.
Barulah pada 2010-2013, PT Astra International Tbk (ASII) menggeser posisi TLKM dalam 10 kapitalisasi pasar terbesar di bursa. Kala itu, sektor komoditas memang tengah booming. Sehingga, pada 2011, peringkat market cap TLKM sempat lengser hingga urutan ke tujuh.
Sejak tahun 2012, TLKM konsisten berada di peringkat lima besar saham dengan market cap terbesar. Saat ini, nilai market cap TLKM mencapai Rp 482 triliun. Jumlah ini setara dengan 7,5% total market cap BEI yang sebesar Rp 6.460 triliun.
Sementara itu, PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) tercatat dua kali memuncaki big cap, yakni di periode 2015-2016. Lalu, PT Bank Central Tbk (BBCA) menjadi jawara market cap pada 2014.
Taye Shim, Kepala Riset Mirae Aset Sekuritas Indonesia, mengatakan, TLKM punya neraca keuangan dan arus kas yang kuat "Sehingga TLKM memiliki dominasi pasar yang kuat," ujar Taye.
Secara valuasi, saham TLKM dan BBCA memang tak jauh berbeda. TLKM memiliki price earning ratio (PER) 20,1 kali dan BBCA 20,2 kali. Tapi, tingkat pengembalian investasi TLKM yang tercermin dari return on equity (ROE) lebih menarik. Taye memprediksi, ROE TLKM hingga akhir 2017 bisa mencapai 25,8%. Sementara, BBCA hanya 18,8%.
Riska Afriani, Analis OSO Sekuritas, mengatakan, posisi big cap masih bisa berubah. Misalnya saja, nilai kapitalisasi pasar PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) berpotensi menggeser saham PT Gudang Garam Tbk (GGRM). Pasalnya, pasar cenderung menyukai saham perbankan ketimbang rokok. Selisih nilai kapitalisasi pasar keduanya juga hanya terpaut Rp 5 triliun.
Kenaikan Terbatas
Sejak awal tahun, harga saham big cap memang sudah naik tinggi. Sehingga, Riska mengatakan, potensi kenaikan harga saham big cap cenderung terbatas, hanya sekitar 1,5%-2,5%. Sehingga, ia menyarankan hold untuk saham TLKM, BBCA dan UNVR, dengan target harga masing-masing sebesar Rp 4.870, Rp 18.800 dan Rp 47.400 per saham.
Namun, masih ada saham big cap punya ruang kenaikan cukup besar, salah satunya ASII. Saham ASII sudah terkoreksi lantaran rilis penjualan kendaraan yang turun pada kuartal II lalu. Tapi, koreksi di saham ASII justru bisa dimanfaatkan untuk melakukan akumulasi beli.
Riska memasang target harga ASII di Rp 8.750. Ia juga merekomendasikan buy BMRI dengan target Rp 14.500 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News