kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Tips Direktur Djasa Ubersakti, Pio Hizkia Wehantouw, sukses berinvestasi di saham


Minggu, 24 Januari 2021 / 07:40 WIB
Tips Direktur Djasa Ubersakti, Pio Hizkia Wehantouw, sukses berinvestasi di saham


Reporter: Kenia Intan | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Investasi saham bukan barang baru bagi Direktur Treasury & Development PT Djasa Ubersakti Tbk (PTDU) Pio Hizkia Wehantouw. Ia mengaku telah menanamkan modal di saham lebih dari 15 tahun.

Bagi dia, tips betah berinvestasi di saham adalah menyukai, menjiwai dan mendalami.

Tak heran, ia berinvestasi saham dan meracik portofolio investasinya seperti menjalankan hobi. Saat ini, 45% portofolio Hizkia diisi oleh saham-saham sektor properti. Sementara sisanya diinvestasikan ke sektor-sektor lain yang sedang tren.

Sekadar informasi, saat ini Hizkia memiliki portofolio investasi berupa 62% saham. Lalu sekitar 22% investasinya ditempatkan di deposito dan sekitar 16% berupa tanah.

Tak aneh bila Hizkia lebih banyak menempatkan investasi di saham properti. Maklum, ia kini bekerja di sektor properti. Dus, Hizkia merasa telah mencicipi asam garam di dunia properti dan lebih memahami industri ini.

Baca Juga: Dirut Maybank Kim Eng Sekuritas, Willianto Ie, dapat cuan dari strategi buy and hold

"Jadi saya melihat kinerja saham secara fundamental, ditambah pengalaman saya secara pribadi dalam industri properti," terang dia.

Hizkia tidak asal memilih saham untuk portofolio. Selain memperhatikan fundamental, ia juga mempertimbangkan likuiditas saham. Ini ia pelajari dari pengalamannya.

Di 2018 silam, Hizkia sempat berinvestasi di saham properti yang kurang likuid. Ia pun terjebak di saham tersebut. Akibatnya, ia tak bisa mengubah racikan portofolio aset.

Hizkia mengenang, ia harus memasang penawaran jual berkali-kali untuk melepas saham tersebut. Akhirnya saham tersebut bisa terjual setelah sembilan bulan. Jangka waktu tersebut cukup lama bagi Hizkia yang rata-rata memegang suatu saham dalam jangka waktu enam bulan hingga setahun.

Baca Juga: Mencapai kebebasan finansial dan pensiun dini dengan langkah ini

Tidak mau terulang kembali, saat ini Hizkia menjadikan likuiditas sebagai salah satu syarat utama sebelum memilih saham. Likuiditas penting supaya investor dapat mudah menjual saham jika sewaktu-waktu memerlukan dana.

Selain saham-saham di sektor properti, Hizkia memilih saham di sektor yang sedang tren. Hizkia tentu tetap memperhitungkan sisi fundamental dan likuiditas. Biasanya dia mendiversifikasi portofolio antara dua hingga tiga sektor saham.

Menyukai properti

Hizkia sengaja membatasi jumlah saham yang dikoleksi agar lebih mudah melakukan pengawasan di tengah kesibukan. Di masa pendemi Covid-19, dia mengaku ada perubahan strategi dalam berinvestasi.

Selain tetap mengoleksi saham properti, Hizkia cenderung memilih saham yang tidak terlalu terdampak pandemi, seperti saham sektor barang konsumsi dan teknologi informasi (TI).

Sementara di saham properti, Hizkia mempertahankan saham yang mampu meningkat di tengah pandemi.

Hizkia berniat mengisi sebagian besar portofolio investasi sahamnya dengan saham sektor properti. "Saya senang bermain saham properti karena saya bisa membaca kinerjanya," ungkap Hizkia. Lantaran memahami dan menyukai sektor properti, ia merasa lebih mudah menyeleksi saham yang menarik.

Baca Juga: Warren Buffett ingatkan berinvestasi dengan cara ini bisa berakhir buruk

Dalam memilih saham, Hizkia juga selalu memastikan jajaran manajemen yang berada di balik suatu emiten. Menurut dia, gambaran mengenai pengelolaan, kreativitas dan inovasi manajemen bisa nampak dari siapa pengelolanya.

Hizkia berpendapat berinvestasi di saham harus dijalani seperti menjalankan hobi. Sehingga harus selalu menghitung valuasi dan fundamental perusahaan agar tidak terbawa arus. "Saya memang hobi utak-atik angka, kinerja, data dan melihat histori," jelas dia.

Selain suka menganalisa saham, Hizkia memang gemar membaca. Ini membuat ia lebih jeli melihat peluang pasar. Tak heran saat awal mulai berinvestasi saham di 2005, Hizkia tidak terlalu kerepotan. Apalagi, Hizkia sebelumnya bekerja di perbankan, sehingga ia tidak kesulitan menganalisa.

Kebiasaan tersebut juga membuat Hizkia tidak terjerumus saham-saham yang harganya naik drastis tanpa diikuti fundamental. Ia juga tidak mudah tergoda saham-saham yang naik signifikan karena euforia. Misalnya, saham farmasi yang naik tinggi karena sentimen vaksin Covid-19.

Selanjutnya: IHSG anjlok terseret kasus positif Covid yang meningkat, pantau saham berikut

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×