kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45904,33   -2,31   -0.25%
  • EMAS1.396.000 0,07%
  • RD.SAHAM 0.17%
  • RD.CAMPURAN 0.09%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.03%

Timur Tengah Memanas, Begini Dampaknya pada Harga Komoditas


Selasa, 10 Oktober 2023 / 05:15 WIB
Timur Tengah Memanas, Begini Dampaknya pada Harga Komoditas


Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perang yang sedang terjadi di Timur Tengah saat ini, antara Israel dan Hamas bisa memicu kenaikan harga komoditas, terutama minyak.

Seperti diketahui kedua belah pihak sedang saling membalas serangan sejak Sabtu (7/10) kemarin.

Menurut Lukman Leong, Pengamat Komoditas dan Mata Uang, efeknya akan beragam dan tergantung banyak faktor. Salah satunya, apakah implikasi dari perang ini akan merembet lebih luas, seperti melibatkan Arab Saudi.

"Jadi untuk saat ini masih terlalu dini menyimpulkan," ujarnya kepada Kontan.co.id, Senin (9/10).

Baca Juga: Kinerja Emiten Semen Punya Prospek Jangka Panjang, Cek Rekomendasi SMGR dan INTP

Meski begitu, Lukman menyebut beberapa efek telah terjadi ke harga komoditas. Contohnya harga minyak dan emas yang naik.

Menguitp, Trading Economics, harga minyak mentah naik 3,89% ke US$ 86,06/Bbl dan minyak brent naik 3,83% ke US$ 87,82/BBl pada pukul 19.30 WIB. Lalu harga emas juga naik 0,86% ke US$ 1.848/ton oz pada waktu yang sama.

Bagi Lukman, kenaikan harga minyak dipicu oleh kekhawatiran apabila Saudi akan ikut terlibat dalam perang, baik langsung maupun tidak langsung. Sedangkan harga emas didukung oleh permintaan safe haven.

Baca Juga: Geopolitik Memanas, Harga Emas Melesat Lebih dari 1%

Untuk saat ini, ia menilai komoditas emas yang akan lebih diuntungkan. Namun, seberapa signifikan penguatannya akan tergantung dari perkembangan perang itu sendiri. "Emas yang paling berpotensi naik tinggi, apabila perang ini eskalasi harga emas bisa kembali melewati US$ 2.000," ujarnya.

Secara umum, Lukman melihat harga komoditas masih terus tertekan di tahun ini. Hal tersebut disebabkan oleh penguatan dolar Amerika Serikat (AS) dan tingkat suku bunga yang tinggi. Selain itu, ekonomi di China yang mengecewakan juga semakin menekan harga.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×