kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.739.000   -3.000   -0,17%
  • USD/IDR 16.354   42,00   0,26%
  • IDX 6.516   -131,79   -1,98%
  • KOMPAS100 926   -15,28   -1,62%
  • LQ45 727   -11,27   -1,53%
  • ISSI 204   -5,48   -2,62%
  • IDX30 379   -5,12   -1,33%
  • IDXHIDIV20 454   -6,82   -1,48%
  • IDX80 105   -1,64   -1,53%
  • IDXV30 108   -1,53   -1,40%
  • IDXQ30 124   -1,87   -1,49%

The Fed Hati-hati Pangkas Suku Bunga, Mata Uang Utama Berpotensi Tertekan


Rabu, 12 Februari 2025 / 17:24 WIB
The Fed Hati-hati Pangkas Suku Bunga, Mata Uang Utama Berpotensi Tertekan
ILUSTRASI. Pasar nilai tukar dibayangi arah kebijakan suku bunga the Fed yang akan hati-hati memangkas suku bunga. KONTAN/Fransiskus SImbolon


Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar nilai tukar dibayangi arah kebijakan suku bunga the Fed yang akan hati-hati memangkas suku bunga. Dolar Amerika Serikat (AS) diproyeksi tangguh saat adanya divergensi suku bunga di antara bank sentral.

Gubernur Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell, menegaskan bahwa ia tidak terburu-buru untuk memangkas suku bunga, meskipun ada tekanan dari Presiden AS Donald Trump. 

Dalam kesaksiannya di hadapan Komite Perbankan Senat, Rabu (12/2), Powell menyatakan bahwa The Fed tetap akan berhati-hati dalam mengambil keputusan terkait suku bunga, terutama dalam konteks inflasi yang masih menjadi perhatian utama.

Baca Juga: Cermati Tingkat Kurs Dollar-Rupiah di BCA Hari Ini Selasa, 11 Februari 2025

Research & Education Coordinator Valbury Asia Futures Nanang Wahyudin mengatakan bahwa pernyataan Jerome Powell, yang menegaskan kekuatan ekonomi AS dan indikasi bahwa suku bunga akan tetap tinggi, memiliki implikasi signifikan terhadap pasar nilai tukar.

Dampak penetapan suku bunga yang tetap tinggi oleh the Fed memicu dampak negatif bagi mata uang utama (major currency). Dimana, suku bunga acuan The Fed berada di kisaran 4,25% hingga 4,5%.

Di lain sisi, suku bunga yang lebih rendah di Inggris dan Eropa dibandingkan dengan AS cenderung membuat GBP dan EUR kurang menarik bagi investor. 

Sebagaimana diketahui, European Central Bank (ECB) dan Bank of England (BoE) telah melakukan pemangkasan suku bunga 25 bps, yang mengantarkan suku bunga ECB pada 2.90%, sedangkan BoE berada pada 4,50%.

Nanang melanjutkan, hal kurang sedap juga bisa dialami Yen Jepang (JPY) karena mata uang negeri matahari terbit itu dipengaruhi divergensi suku bunga AS – Jepang. 

Bila suku bunga Bank of Japan (BoJ) dipangkas, maka makin melemahkan nilai tukar Yen terhadap dolar, dan pelemahan ini bisa membawa JPY di atas 160 per dolar.

"Pergerakan Dolar Kanada (CAD) juga terpengaruh oleh kebijakan suku bunga The Fed. Selain itu, harga minyak, yang merupakan ekspor utama Kanada, memainkan peran penting dalam nilai CAD. Penurunan harga minyak baru-baru ini telah memberikan tekanan pada CAD," kata Nanang kepada Kontan.co.id, Rabu (12/2).

Tentunya, Nanang  berujar, ditahannya suku bunga the Fed juga berpotensi menekan rupiah. Suku bunga tinggi di Amerika Serikat bisa memicu arus modal keluar (outlow) dari pasar modal Indonesia.

Suku bunga Amerika yang tinggi cenderung menarik investor global untuk menempatkan dananya di aset berdenominasi dolar AS, mengingat imbal hasil yang lebih menarik. Hal ini dapat menyebabkan arus modal keluar dari pasar negara berkembang, termasuk Indonesia.

Baca Juga: Transaksi Remitansi Perbankan Terus Melesat Sepanjang 2024

"Dengan tetap mempertimbangkan penguatan dolar atas kebijakan moneter ketat oleh The Fed biasanya mendorong penguatan dolar AS. Hal ini berdampak pada rupiah yang terancam mengalami depresiasi," jelas Nanang.

Menurut Nanang, perlu adanya fundamental yang kuat agar rupiah bisa meminimalisir tekanan dolar AS. Misalnya dari pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) yang stabil, inflasi yang terkendali dan Cadangan Devisa (Cadev) yang memadai, sehingga dapat menjadi penopang bagi stabilitas rupiah.

Dari sisi kebijakan moneter, Bank Indonesia (BI) bisa melakukan intervensi untuk menjaga stabilitas nilai tukar. Salah satuya menyesuaikan suku bunga acuan untuk mempertahankan daya tarik aset domestik dan melakukan intervensi di pasar valuta asing.

Dengan kondisi saat ini, Nanang menilai bahwa rupiah mungkin belum lepas dari tekanan. Namun demikian, perlu dicatat bahwa proyeksi nilai tukar masih bersifat dinamis dan dapat berubah seiring perkembangan kondisi ekonomi global dan domestik.

Level Rp 16.300 per dolar AS diperkirakan akan dipertahankan sebagai area pelemahan rupiah  di tahun ini. Sebaliknya, potensi ruang penguatan nilai tukar rupiah berada di rentang Rp 16.000 – Rp 15.600 per dolar AS.

Sementara itu, Nanang memproyeksi, EUR/USD berpotensi turun menuju paritas (US$ 1,00) dalam beberapa bulan mendatang, terutama jika The Fed mempertahankan suku bunga tinggi sementara ECB menurunkan suku bunga.

Namun momentum penurunan Euro tersebut menjadi peluang untuk melakukan Buy on Weakness. Euro juga berpotensi berbalik menguat (rebound) hingga akhir tahun bisa kembali ke US$ 1.0800.

GBP/USD dengan pemangkasan suku bunga oleh BoE dan kebijakan suku bunga tinggi oleh The Fed, Poundsterling kemungkinan akan tetap di bawah tekanan terhadap dolar AS. Dampak pelemahan bisa menekan lebih dalam hingga ke 1.1200, sebaliknya ruang pembalikan hingga akhir tahun ke 1.2800.

Selanjutnya, jika BoJ mempertahankan suku bunga saat ini di level 0.50% dalam jangka yang lama, sementara The Fed tetap hawkish, USD/JPY dapat terus meningkat dengan berada di atas 160.00 per dolar. Namun, perubahan kebijakan oleh BoJ dapat membalikkan tren ini dan bisa menguatkan Yen kembali ke 140.00.

Bagi pasangan USD/CAD, faktor seperti perbedaan suku bunga dan harga minyak akan memengaruhi. Jika harga minyak tetap rendah dan The Fed mempertahankan suku bunga tinggi, USD/CAD kemungkinan akan naik, bisa bergerak kembali diatas 1.4500 - 1.4700. Sebaliknya potensi penguatan ke 1.3000.

Mengutip Bloomberg, Rabu (12/2), pukul 16.30 WIB, EUR/USD terpantau berada di posisi 1.0371, GBP/USD di posisi 1.2442, USD/JPY di posisi 153.53, USD/CAD di posisi 1.4310. Sedangkan, nilai tukar rupiah ditutup di posisi Rp 16.376 per dolar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Procurement Economies of Scale (SCMPES) Brush and Beyond

[X]
×