kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.461.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.130   40,00   0,26%
  • IDX 7.697   -47,60   -0,61%
  • KOMPAS100 1.196   -13,16   -1,09%
  • LQ45 960   -10,60   -1,09%
  • ISSI 231   -1,75   -0,75%
  • IDX30 493   -3,97   -0,80%
  • IDXHIDIV20 592   -5,69   -0,95%
  • IDX80 136   -1,30   -0,95%
  • IDXV30 143   0,32   0,23%
  • IDXQ30 164   -1,28   -0,77%

Terpengaruh Sentimen Politik, Simak Prospek Saham Second Liner & Third Liner di 2024


Senin, 18 Desember 2023 / 20:02 WIB
Terpengaruh Sentimen Politik, Simak Prospek Saham Second Liner & Third Liner di 2024
ILUSTRASI. Terpengaruh Sentimen Politik, Simak Prospek Saham Second Liner & Third Liner di 2024


Reporter: Nadya Zahira | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tahun 2024 merupakan tahun politik karena ada pemilu serentak. Untuk itu, Direktur Utama Kiwoom Sekuritas Indonesia, Chang-kun Shin melihat prospek saham pada 2024 akan banyak dipengaruhi sentimen politik, mulai dari penyelenggaraan sampai kepada hasil kebijakannya.

Shin mengatakan, ada beberapa sektor yang dinilai mempunyai prospek menarik di tahun 2024, mulai dari sektor finance (keuangan), consumers goods, komunikasi dan media sampai ke infrastruktur dan downstream industry-nya. 

“Sentimen pemilu akan berdampak pada meningkatnya daya beli masyarakat dikarenakan tingginya tingkat peredaran uang jelang pesta pemilu tersebut terlebih lagi, di periode yang berdekatan terdapat bulan suci Ramadan yang akan meningkatkan tingkat konsumsi masyarakat ,” ujar Shin kepada Kontan.co.id, Senin (18/12). 

Baca Juga: Asing Mulai Incar Saham Bank dan Tambang, Cermati Rekomendasi Analis

Shin juga menjelaskan terkait prospek saham second liner di tahun 2024, di mana ada beberapa saham yang dinilai cukup menarik dan berpotensial, seperti PT Bank BTPN Syariah Tbk (BTPS).

 

“Saham banking second liner tersebut kami nilai masih memiliki kinerja yang cukup baik dimana pendapatan masih tumbuh 6.29% secara Year on Year (YoY) dengan level PE di bawah 10x atau lebih tepatnya 8,65x(TTM),” katanya.

Dia mengatakan, bahwa saham BTPS yang bergerak di segmen pembiayaan mikro dinilai akan mempunyai sentimen positif di tahun 2024 mendatang, karena adanya sentimen Pemilihan Umum (Pemilu) yang akan berdampak signifikan pada perbaikan ekonomi mikro di tanah air.

“Dengan begitu, jika skenario tersebut terjadi maka kami nilai saham BTPS bisa kembali ke nilai intrinsiknya di kisaran harga 2.136,” ujarnya. 

Baca Juga: Danamon Bersama PNM dan MUFG Bank Prakarsai Pembiayaan Sosial Syariah Pertama

Selain itu, beberapa saham yang dinilai punya potensi menarik adalah PT Malindo Feedmill Tbk (MAIN), PT Primadaya Plastisindo Tbk (PDPP) yang mana keduanya masih dalam tren bullish yang ditandai oleh harga sahamnya yang masih kuat berada di atas garis MA (20,50 & 100).

Sementara itu, Shin mengatakan saham third liner atau lapis ke-3 memiliki prospek yang kurang baik di tahun 2024 karena dihuni dan didominasi oleh saham-saham yang biasanya memiliki kinerja kurang bagus atau mencatatkan kerugian, Newpeak Metals Ltd (NPM) negatif.

“Serta bisanya saham third liner ini memiliki market cap yang cukup kecil di bawah Rp 1 triliun, dan daily transaksi yang cukup minim,” ujar Shin. 

Shin menyebutkan, saham di segmen ke-3 atau yang masuk dalam kategori third liner tersebut, bisa dikategorikan sebagai saham gorengan (saham yang volume dan nilai transaksi hariannya tidak wajar, serta tidak mencerminkan fundamental perusahaan) di antaranya ada saham PT Sumber Energi Andalan Tbk (ITMA), PT Graha Layar Prima Tbk (BLTZ), dan PT Jaya Trishindo Tbk (HELI). 

Baca Juga: Deadline Semakin Dekat, Sejumlah Bank Berupaya Penuhi Aturan Free Float 7,5%

Dia menilai, emiten-emiten tersebut merupakan kategori saham gorengan karena mereka telah masuk dalam daftar saham dan pantauan khusus Bursa Efek Indonesia (BEI) atau Unusual Market Activity (UMA). 

“Artinya daftar saham yang masuk dalam daftar pantuan itu adalah saham-saham yang memiliki volatilitas harga saham yang cukup extreme,” kata dia. 

Tak hanya itu, menurut dia saham-saham gorengan tersebut juga memiliki kinerja yang underperform (Npm Negatif), market cap kecil atau di bawah Rp 1 triliun, dan memiliki modal inti yang cukup kecil atau bahkan negatif, serta utang yang tinggi (DER >1x)

Oleh sebab itu, Shin menyebutkan beberapa  cara untuk mewaspadai agar investor mengetahui ciri-ciri saham gorengan sebagai berikut:

1.Transaksi value seharian rata-rata stabil atau maintain harga. 

2. Harga saham itu naik secara terus-menerus tanpa issue atau fundamental (tanpa kebaikan kenerja) perusahaan

3.Antrean penjualan terbilang kecil. 

Baca Juga: Sentimen Suku Bunga Dominasi Pergerakan IHSG di Sepanjang Pekan Ini

Selaras dengan hal ini, Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Muhammad Nafan Aji Gusta Utama juga mengatakan bahwa prospek saham di tahun depan akan lebih banyak didukung oleh sentimen politik terkait adanya Pemilu Calon Presiden dan Wakil Presiden Indonesia. 

Namun, menurut Nafan terkait prospek saham mulai dari first liner hingga third liner di tahun 2024 akan berjalan baik, apabila menerapkan good corporate governance atau prinsip tata kelola perusahaan yang baik yang dibangun untuk menciptakan kepercayaan. 

“Karena hal itu akan meningkatkan kinerja fundamental emiten. Meskipun secara evaluasi memang ada. Tapi yang paling penting adalah menerapkan good corporate governance,” kata dia. 

Di sisi lain, dia berharap sentimen dari Geopolitical bisa mereda, karena jika hal ini masih berlanjut maka berpotensi akan menghambat progresifitas perekonomian baik di dalam negeri maulun global.

Baca Juga: Laba BTPN Menyusut 13,6% pada Kuartal III, Ini Penyebabnya

“Pasalnya, perekonomian global pun juga memang sentimennya masih diproyeksikan melambat,” tandas Nafan. 

Selain itu, Nafan juga meminta investor untuk waspada terhadap saham-saham gorengan. Adapun cara mengetahui bahwa saham tersebut termasuk ke dalam golongan saham gorengan yakni, ketika harganya tidak likuid (jenis saham yang tidak aktif) dan tiba-tiba menjadi likuid (jenis saham yang aktif) yang disertai dengan peningkatan volume.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×