Reporter: Nur Qolbi | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga emas tengah dalam tren kenaikan akhir-akhir ini. Berdasarkan data tradingeconomics.com, harga emas global per Jumat (1/12) berada di level US$ 2.071,96 per ons troi, naik 3,50%tdalam sepekan dan 4,35% dalam sebulan serta mendekati harga all-time high di US$ 2.075.
Analis NH Korindo Sekuritas Indonesia Axell Ebenhaezer mengatakan, kenaikan harga emas merupakan sentimen positif bagi emiten-emiten produsen emas maupun perhiasan emas. Peningkatan harga ini bisa mendongkrak pendapatan emiten di kuartal IV-2023.
Meskipun begitu, sebagian emiten seperti PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) dan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) juga memiliki segmen bisnis di komoditas lain. "Jadi, walaupun pemasukan dari emas naik, secara keseluruhan pendapatannya belum tentu naik juga," kata Axell saat dihubungi Kontan.co.id, Minggu (3/12).
Untuk ke depannya, Axell memprediksi, saham-saham produsen emas punya prospek positif. Hal ini sejalan dengan perkiraan dari banyak pelaku pasar bahwa suku bunga acuan The Fed dan Bank Indonesia akan turun pada tahun 2024 sehingga harga emas berpotensi naik lagi.
Baca Juga: Harga Emas Naik Jelang Komentar Ketua The Fed Jerome Powell
Namun, menurut Axell, saat menganalisis emiten produsen emas, pelaku pasar perlu melihat segmen bisnis lainnya yang dimiliki perusahaan yang bersangkutan. Contohnya ANTM yang 30% pendapatannya di kuartal III-2023 berasal dari nikel sehingga perlu dipertimbangkan juga sektor nikel saat menganalisis ANTM.
Nah, berikut ini pembahasan emiten produsen emas maupun perhiasan emas, yaitu ANTM, MDKA, PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS), dan PT Hartadinata Abadi Tbk (HRTA):
ANTM
Dalam riset tanggal 30 November 2023, Analis BRI Danareksa Sekuritas Hasan Barakwan mencatat, ANTM membukukan volume penjualan bijih nikel sebanyak 9,4 juta ton pada sembilan bulan pertama 2023, melesat 98,1% year on year (yoy). Hasan memperkirakan, penjualan bijih nikel hingga akhir tahun 2023 dapat mencapai 11 juta ton atau meningkat 59,4% yoy.
Ia memperkirakan, volume penjualan bijih nikel ANTM akan terus tumbuh berkat peningkatkan permintaan bijih nikel. Hal ini terjadi seiring dengan semakin banyaknya kapasitas smelter Nickel Pig Iron (NPI) yang mulai beroperasi di tahun 2024.
Volume penjualan bijih nikel pada 2024 diprediksi akan terus kuat dan mencapai rekor tertinggi serupa sebesar 11 juta ton. Namun, perkiraan laba bersih ANTM tahun 2024 dipangkas karena asumsi HPM yang lebih rendah.
Hasan menurunkan asumsi harga bijih nikel tahun 2024 menjadi US$ 40 per ton (dari US$ 43 per ton). Hal ini sejalan dengan pemangkasan asumsi harga nikel LME 2024 menjadi US$ 17.000 per ton (dari US$ 19.000 per ton) di tengah perlambatan harga yang tajam akibat masuknya pasokan nikel kelas 1. Alhasil, Hasan memangkas proyeksi laba bersih 2024 sebesar 6,4% menjadi Rp 3,75 triliun dari proyeksi sebelumnya di Rp 4,01 triliun.
Lebih lanjut, manajemen ANTM pun menyatakan, smelter feronikel (FeNi) perusahaan di Halmahera Timur sudah menyelesaikan proses commissioning pada kuartal IV-2023. Saat ini, perusahaan sedang mempersiapkan tahap produksi komersial.
Smelter ini memiliki kapasitas produksi 13,5 ribu ton per tahun. Jika digabungkan dengan smelter Pomalaa yang berkapasitas 27 ribu ton per tahun, makanakan menghasilkan kapasitas gabungan sebesar 40,5 ribu ton per tahun.
Baca Juga: Antam (ANTM) Genjot Ekspansi Baterai Kendaraan Listrik di Tahun 2024
Namun demikian, Hasan berasumsi bahwa ANTM akan membutuhkan waktu untuk mencapai tahap komersial dan memperkirakan tahap uji coba baru akan dimulai pada kuartal I-2024.
Perkiraan produksi dari smelter feronikel baru ini diperkirakan sebesar 8,4 ribu ton untuk setahun penuh 2024. Alhasil, total volume produksi feronikel pada 2024 diperkirakan dapat mencapai 32,4 ribu ton atau naik 40,8% yoy.
Meskipun begitu, emas masih tetap menjadi kontributor utama pendapatan ANTM. Sepanjang Januari-September 2023, pendapatan dari produk emas mencapai Rp 19,29 triliun atau 63% dari total pendapatan ANTM yang sebesar Rp 30,72 triliun. Sementara kontribusi produk bijih nikel baru sebesar Rp 6,79 triliun (22%) dan feronikel Rp 3,31 triliun (11%).
BRMS
Berdasarkan riset tanggal 1 November 2023, Analis Samuel Sekuritas Juan Harahap dan Research Associate Samuel Sekuritas Haikal Putra Samsul memperkirakan bahwa BRMS akan membukukan kinerja yang lebih baik pada kuartal IV tahun ini. Potensi tersebut didukung oleh dua faktor.
Pertama, pabrik pengolahan emas kedua BRMS akan mulai beroperasi dengan kapasitas penuh di kuartal IV-2023. Kedua, emas memiliki prospek yang relatif baik karena sentimen dari global.
"Dengan ketidakpastian global setelah konflik Israel-Hamas, investor mungkin akan beralih ke aset-aset safe-haven, termasuk emas," ucap keduanya dalam riset tersebut.
Di sisi lain, operational expenditure (opex) BRMS saat ini lebih tinggi dari perkiraan Samuel Sekuritas. Oleh karena itu, asumsi opex BRMS dinaikkan agar lebih mencerminkan kondisi perusahaan saat ini. Sejalan dengan meningkatnya opex, Samuel Sekuritas memutuskan untuk menurunkan proyeksi laba bersih tahun 2023 dan 2024 masing-masing sebesar 29,3% dan 37%.
Proyeksi laba bersih 2023 diturunkan dari US$ 21 juta menjadi US$ 15 juta, sementara proyeksi laba bersih 2023 turun dari US$ 31 juta menjadi US$ 20 juta. Sebagai gambaran, perolehan laba bersih BRMS pada 2022 adalah sebesar US$ 14 juta.
Baca Juga: Cermati Saham yang Paling Banyak Dijual Asing Selama Sepekan
Kabar terbaru, anak usaha BRMS, yakni PT Citra Palu Minerals (CPM) baru menemukan tambahan sumber daya dan cadangan mineral di Blok 1 (Poboya) di Palu, Sulawesi Tengah. Penemuan tersebut meningkatkan jumlah sumber daya mineral yang ada di CPM sebesar 50% dari sebelumnya 28,4 juta ton bijih menjadi 42,7 juta ton bijih dengan rata-rata kadar emas 2,6 g/t.
Jumlah cadangan mineral yang dikelola oleh CPM juga meningkat sebesar 38% dari sebelumnya 22,8 juta ton bijih menjadi 31,5 juta ton bijih, dengan rata-rata kadar emas sebesar 2,4 g/t.
MDKA
Untuk menganalisis PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA), pelaku pasar juga perlu mempertimbangkan segmen bisnis lainnya. Merujuk riset 23 November 2023, Analis UOB Kay Hian Sekuritas Limartha Adhiputra mengatakan, pendapatan sembilan bulan pertama 2023 MDKA mencapai US$ 1,2 miliar atau meningkat 86,9% yoy.
Kenaikan ini didorong oleh tambahan pendapatan sebesar US$ 618 juta dari penjualan NPI dan nikel matte dari commissioning pabrik peleburan Zhao Hui Nickel (ZHN) berkapasitas 50.000 ton pwr tahun dan akuisisi Huaneng Metal Industry (HNMI), pabrik nikel matte bermutu tinggi pada akhir kuartal II-2023.
Namun, EBITDA MDKA di sepanjang Januari-September 2023 turun 26,4% yoy menjadi US$ 182 juta karena MDKA mencatatkan one-time, klaim asuransi akhir non-recurring sebesar US$ 42 juta pada periode sama tahun sebelumnya. EBITDA yang lebih rendah juga disebabkan oleh penurunan produksi emas dan tembaga dari Tujuh Bukit Emas dan Wetar, serta melemahnya margin NPI.
Limartha memperkirakan, EBITDA MDKA pada 2023 dapat mencapai US$ 283 juta (naik 24,3% yoy). MDKA akan mendapat tambahan pendapatan dari penjualan bijih saprolit. Pendapatan MDKA dapat mencapai US$ 1,74 miliar (naik 99,7% yoy) pada tahun 2023.
Baca Juga: Merdeka Copper (MDKA) Terbitkan Obligasi Rp 2,09 Triliun, Intip Tawaran Bunganya
Secara keseluruhan, Limartha memperkirakan laba bersih pada tahun 2023 hanya sebesar US$ 1,3 juta (turun 97,8% yoy). Penyebabnya, produksi tembaga akan lebih rendah dan ada kompresi margin lebih lanjut di kuartal IV-2023 karena harga nikel sempat melemah hingga di bawah US$ 17.000/ton.
Limartha mempertahankan asumsi produksi tahun 2023-nya sejalan dengan manajemen MDKA yang optimistis dapat mencapai target produksi tahun ini. MDKA menargetkan produksi emas dapat mencapai 120.000-140.000 ons emas dengan biaya berkelanjutan sebesar US$ 1.100-1.300/oz setelah dikurangi kredit perak.
Kemudian, target produksi tembaga sebanyak 14.000-16.000 ton dengan AISC sebesar US$ 4,2-5,0/lb, dan 57.000-65.000 ton NPI dengan AISC sebesar US$ 12.500-14.000/ton. Limartha juga menambahkan asumsi produksi nikel matte tahun 2023 sebesar 28.000-31.000 ton dan bijih saprolit 700.000 wmt.
HRTA
Dalam riset tanggal 20 Oktober 2023, Analis NH Korindo Sekuritas Leonardo Lijuwardi mengatakan, HRTA menarik karena menjadi salah satu perusahaan di industri perhiasan emas yang mempunyai ekosistem terintegrasi. Mulai dari pabrik hingga retail emas (Unit Toko dan Pegadaian Emas). Sebagai perusahaan perhiasan yang IPO pertama di Indonesia, HRTA telah mencetak pertumbuhan kinerja yang atraktif setelah pandemi Covid-19.
Hal ini terlihat dari pertumbuhan pangsa pasar perusahaan yang konsisten, pengembangan unit toko retail, dan pegadaian emas, serta pembukaan segmen baru, yakni ekspor. Segmen toko retail dan pegadaian emas diprediksi akan menjadi mesin pertumbuhan HRTA di masa depan.
Fokus HRTA dalam memperluas jumlah unit toko retail patut diacungi jempol. "Dengan tumbuhnya toko ritel, HRTA diharapkan akan mengurangi ketergantungannya pada pedagang grosir lain sehingga berdampak pada peningkatan margin keuntungan HRTA," kata Leonardo.
Baca Juga: Hartadinata Abadi (HRTA) Lanjutkan Kerja Sama Ekspor Perhiasan Emas ke India
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News