Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Sebelumnya, pemerintah melalui paket kebijakan ekonomi tahap V memberi stimulus penghapusan pajak berganda untuk instrumen keuangan berbentuk kontrak investasi kolektif dana investasi real estate (DIRE) atawa Real Estate Investment Trust.
Sepintas, hal ini menjadi angin segar bagi pelaku bisnis properti seperti PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR). Namun, ternyata kebijakan tersebut belum terlihat signifikan dampaknya.
"Masih banyak 'lubang' yang membuat investor tetap kurang tertarik," ujar Sanni Satrio Dwi Utomo, analis Bahana Securities kepada KONTAN, (13/1).
Dalam transaksi REIT, ada satu perusahaan yang didirikan khusus untuk menampung aset-aset yang dijadikan bahan untuk melakukan investasi tersebut. Sebelum ada peraturan ini, yang menjadi objek pajak ada dua, yakni perusahaan penampung aset tersebut plus transaksinya itu sendiri.
Tapi, setelah ada aturan ini, pajak yang dikenakan pada perusahaan tadi dieliminasi untuk menghilangkan pajak berganda. Masalahnya, di dalam aturan baru tersebut juga masih ada pajak atas capital gain sebesar 25%.
Nah, hal inilah yang menurut Sanni menjadi lubang dan membuat para investor lebih mengambil sikap wait and see, bahkan cenderung kurang tertarik untuk berinvestasi properti di Indonesia melalui REIT.
Padahal, REIT ini juga merupakan salah satu sumber cuan bagi LPKR. Pendapatannya pun lumayan, bahkan perseroan baru-baru ini berani menargetkan penjualan aset (properti) yang sumber pendanaan pembangunan proyeknya berasal dari skema REIT. Kenaikannya mencapai 150% menjadi Rp 1,5 triliun.
Tahun ini, LPKR juga berencana menjual salah satu aset REIT, yakni Lippo Mall Jogja. Penjualan tersebut bisa mengakselerasi pendapatan LPKR tumbuh 21% year on year (yoy).
Sayangnya, dengan kondisi yang sedang terjadi, hasil penjualan REIT memberikan margin yang kurang menarik. Marginnya kalah jauh dengan margin proyek sendiri, apalagi yang juga menggunakan lahan sendiri.
"Memang enggak ada standar rata-ratanya margin dari REIT berapa lalu proyek sendiri berapa, tergantung dari segmen pasarnya juga. Yang jelas, proyek sendiri jauh lebih besar karena kalau REIT nanti, kan, dividennya dibagi ke beberapa pihak. Lagi pula, REIT di Indonesia juga kurang populer, kan, sebenarnya," jelas Sanni.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News