Reporter: Kenia Intan | Editor: Yudho Winarto
Pendapatan INCO memang bertumbuh pada tahun 2019, akan tetapi laba bersihnya justru tertekan. Tercatat, laba periode berjalannya INCO terkoreksi 5,14% menjadi US$ 57,40 juta dari sebelumnya US$ 60,51 juta.
Melihat kondisi ini, di tahun 2020 INCO memasang strategi untuk efisiensi biaya. Sebab, sekitar 30% dari biaya produksinya adalah biaya energi, minyak dan batubara, yang harganya juga mengikuti harga pasar dunia. Di samping itu, INCO terus berinovasi untuk memperbaiki proses yang ada di pabrik melalui beberapa inovasi.
Sekadar informasi, sepanjang tahun 2019 Vale Indonesia bisa menekan beban pokok pendapatannya sebesar 1%, menjadi US$ 665,5 juta dari US$ 672,9 juta di tahun 2018. Akan tetapi efisiensi ini belum bisa mengimbangi kenaikan beban di pos-pos lain, misalnya beban usaha yang naik hingga 18% menajdui US$ 13,73 juta.
Baca Juga: Vale Indonesia (INCO) masih lakukan negosiasi pembangunan dua smelter baru
Asal tahu saja, saat ini Vale Indonesia tengah membangun proyek smelter di Bahodopi dan Soroako. Adi bilang, sejauh ini proyek tersebut masih dalam tahap negosiasi dengan calon partner Join Venture (JV).
" Kami berharap negosiasi ini dapat kami selesaikan paling lambat akhir tahun ini agar kami dapat menjalankan rencana kami berikut nya," tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News