kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.403.000   -6.000   -0,25%
  • USD/IDR 16.718   7,00   0,04%
  • IDX 8.657   -53,52   -0,61%
  • KOMPAS100 1.182   -11,11   -0,93%
  • LQ45 848   -7,02   -0,82%
  • ISSI 309   -1,55   -0,50%
  • IDX30 438   -4,20   -0,95%
  • IDXHIDIV20 507   -6,34   -1,24%
  • IDX80 132   -1,12   -0,84%
  • IDXV30 139   -1,90   -1,35%
  • IDXQ30 139   -1,98   -1,40%

Surplus Pasokan Masih Akan Menjadi Penekan Harga Komoditas Energi


Selasa, 09 Desember 2025 / 19:51 WIB
Surplus Pasokan Masih Akan Menjadi Penekan Harga Komoditas Energi
ILUSTRASI. An oil pump of IPC Petroleum France is seen at sunset outside Soudron, near Reims, France, August 24, 2022. REUTERS/Pascal Rossignol


Reporter: Wafidashfa Cessarry | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Harga komoditas energi bergerak bervariasi di tengah sentimen pasokan global dan dinamika cuaca yang berbeda pada masing-masing komoditas.

Mengutip Trading Economics pada Selasa (9/12/2025) pukul 19.05 WIB, minyak mentah WTI naik 0,46% ke US$ 59,15 per barel secara harian, sementara harga gas alam melemah 2,11% ke US$ 4,80 per MMBtu.

Kenaikan tipis WTI terjadi meski tekanan fundamental dari potensi surplus pasokan global masih kuat. Presiden Komisioner HFX International Berjangka, Sutopo Widodo, menjelaskan proyeksi surplus signifikan dari International Energy Agency (IEA) hingga 2026 serta revisi prospek surplus kuartal III oleh OPEC+ sebagai faktor utama yang mengganjal harga.

Di sisi lain, pemulihan produksi ladang minyak West Qurna-2 Irak turut menambah pasokan ke pasar global, sementara Arab Saudi memangkas harga jual minyak ke Asia, yang menandai lemahnya permintaan regional.

Baca Juga: Dipengaruhi Harga Minyak dan Gas Dunia, Begini Proyeksi Kinerja Medco Energi (MEDC)

Sementara itu, penurunan harga gas alam yang sempat mendekati 7% dipicu oleh ramalan cuaca hangat yang menekan kebutuhan pemanasan di Amerika Serikat. Kondisi ini diperburuk oleh produksi gas yang mencapai rekor tertinggi serta tingkat inventaris yang berada 5,1% di atas rata-rata musiman.

Menjelang awal 2026, pergerakan energi akan dipengaruhi tarik-menarik antara surplus pasokan dan faktor geopolitik. Sentimen bearish tetap datang dari prospek kelebihan pasokan minyak global dan melimpahnya gas alam AS. Di sisi lain, risiko geopolitik seperti konflik Rusia–Ukraina dan potensi pemangkasan suku bunga The Fed menciptakan ruang bagi sentimen positif.

Kebijakan OPEC+ yang menahan kenaikan produksi kuartal I-2026 juga akan menjadi faktor yang membatasi pasar. “Sentimen bullish didukung oleh risiko geopolitik dan potensi kenaikan permintaan energi pasca pemotongan suku bunga oleh The Fed,” kata Sutopo.

Untuk prospek ke depan, minyak WTI diperkirakan masih menghadapi tren melemah karena tekanan surplus pasokan yang besar. Sutopo menilai laporan EIA dan OPEC+ selanjutnya akan menjadi panduan penting bagi pasar. Sementara itu, prospek gas alam sangat ditentukan oleh tingkat keparahan musim dingin. Harga gas dinilai akan tetap rentan melemah, kecuali jika terjadi cuaca dingin ekstrem.

Baca Juga: Harga Minyak Stabil pada Selasa (9/12/2025) Pagi, Pedagang Menanti Laporan Pasokan

Sutopo memperkirakan harga WTI akan berada di rentang US$ 50–US$ 60 per barel hingga awal 2026, sementara harga gas alam bergerak di kisaran US$ 5,00–US$ 5,40 per MMBtu.

Selanjutnya: Aturan DHE Berlaku 1 Januari 2026, Eksportir Tambang dan Sawit Siapkan Arus Kas

Menarik Dibaca: Ada Lazada 12.12 Promo Habis-Habisan, Berlangsung Mulai 11 hingga 14 Desember

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mitigasi, Tips, dan Kertas Kerja SPT Tahunan PPh Coretax Orang Pribadi dan Badan Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM)

[X]
×