kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45922,10   12,79   1.41%
  • EMAS1.343.000 -0,81%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Suplai emiten semen masih berlebih


Senin, 23 Januari 2017 / 07:55 WIB
Suplai emiten semen masih berlebih


Reporter: Emir Yanwardhana | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Anomali masih terasa di industri semen nasional. Meski kebutuhan tidak bertambah signifikan, saban tahun produsen semen masih getol menambah produksi.

Berdasarkan catatan KONTAN, kebutuhan semen tahun lalu 62 juta ton. Tapi pasokan dari 16 produsen semen di Indonesia mencapai 89,9 juta ton. Tahun ini, suplai semen diprediksi bertambah menjadi 104,4 juta ton.

Ini tercermin dari upaya produsen menambah utilisasi dan beroperasinya pabrik baru, misal pabrik PT Semen Baturaja Tbk (SMBR) dan PT Semen Indonesia Tbk (SMGR).

Kondisi kelebihan pasokan diprediksi masih terasa hingga beberapa tahun ke depan.

Analis BCA Sekuritas Nyoman W. Prabawa memperkirakan, tahun ini pasar semen masih kelebihan pasokan. ”Saya prediksi permintaan semen naik tahun ini yang berasal dari proyek infrastruktur. Meski begitu, ada oversupply dengan pasokan total mencapai 102 juta ton,” kata dia dalam risetnya.

Menurut Nyoman, pemerintah sudah menaikkan anggaran infrastruktur tahun ini sebesar 30% dibandingkan tahun lalu. Di sisi lain, dia memprediksi proyek properti mulai bergulir pada semester kedua, sehingga permintaan semen nasional bertambah.

Tapi produsen semen perlu menyiasati persaingan di pasar yang semakin ketat. Pemain besar seperti SMGR, INTP, SMCB, dan SMBR akan berupaya menjaga pangsa pasarnya dari serbuan pemain baru. Efisiensi juga menjadi salah satu kunci agar emiten bisa memaksimalkan kinerjanya.

”Misal pemanfaatan limbah dan menurunkan biaya energi,” tutur Nyoman.

SMGR menjadi pilihan utama Nyoman tahun ini dengan rekomendasi buy dan target harga Rp 11.000 per saham. Bila permintaan semen bisa naik 4% tahun ini, SMGR akan unggul karena punya jaringan distribusi yang luas dan kapasitas produksi besar.

Analis NH Korindo Securities Raphon Prima menilai, meski aktivitas ekonomi terpusat di Jawa, rasio permintaan semen Jawa dan luar Jawa sekitar 55%:45%. Misalnya, konsumsi semen tahun lalu di luar Jawa tumbuh 9% dan Jawa hanya tumbuh 5%.

”Jadi saling mengisi, di saat konsumsi Jawa turun, luar Jawa naik karena proyek infrastruktur daerah,” tulis Raphon dalam risetnya.

Tahun ini, penjualan semen diharapkan terdorong proyek infrastruktur, meski penyerapan paling besar masih dari proyek properti. Pemerintah mendorong proyek properti, dengan stimulus seperti bunga acuan tetap.

Harapannya, industri properti kembali bergairah. Raphon memprediksi permintaan semen nasional tumbuh 3%–5% di 2017.

Sementara Analis Senior Binaartha Parama Sekuritas Reza Priyambada memandang, sektor properti belum tumbuh tahun ini. Di sisi lain, proyek konstruksi bisa molor. Karena itu, permintaan semen masih akan rendah.

Emiten dengan pangsa pasar besar, seperti SMGR dan INTP, mencatatkan penurunan penjualan. Sementara emiten yang pangsa pasarnya rendah, seperti SMCB dan SMBR, bisa bertahan dari kondisi oversupply dan permintaan yang tidak terlalu besar.

Di jangka panjang, Reza melihat emiten besar seperti SMGR dan INTP masih prospektif karena penetrasi global. Ini terlihat dari penjualan ekspor INTP di 2016 yang naik 77% (yoy) menjadi 311.000 ton. Penjualan ekspor SMGR juga naik 31% (yoy) menjadi 632.000 ton.

Reza merekomendasikan buy SMGR dan INTP dengan target masing-masing sebesar Rp 9.600 dan Rp 16.000 per saham. Raphon juga merekomendasikan buy INTP dan SMGR dengan target masing-masing senilai Rp 20.300 dan Rp 13.800 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×