kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Suku Bunga The Fed dan BI Sudah Tinggi, Begini Dampaknya


Jumat, 12 Mei 2023 / 21:54 WIB
Suku Bunga The Fed dan BI Sudah Tinggi, Begini Dampaknya
ILUSTRASI. Kenaikan suku bunga The Fed dan BI memiliki efek tunda yang mengkhawatirkan.


Reporter: Aurelia Felicia | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Suku bunga The Fed terus naik selama satu tahun terakhir. Sejak berakhirnya suku bunga 0% pada Maret 2022, The Fed menaikkan suku bunga sebanyak sembilan kali. Kini, suku bunga The Fed berada pada posisi 5%-5,25%.

Di sisi lain, Bank Indonesia juga kerap menaikkan suku bunganya sejak Maret 2022 yang berada pada posisi 3,5%. Meski tak seekstrem The Fed, kini suku bunga BI berada di posisi 5,75%. 

Head of Research Mirae Asset Sekuritas Robertus Hardy menyebut, kenaikan tersebut memiliki efek tunda yang mengkhawatirkan. 

“Jadi yang dikhawatirkan adalah resesi, baik itu secara teknikal maupun depresi ekonomi kalau misalnya terjadi,” ujar dia dalam Economic Seminar by Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Jumat (12/5).

Baca Juga: IHSG Melemah 1,18% Dalam Sepekan, Sentimen Negatif Datang Dari Global

Hardy mencermati, pergerakan suku bunga menjadi salah satu pengaruh pasar secara global. Sementara secara domestik pun, kondisi market dilihat tidak lebih bagus dibandingkan tahun lalu.

“Sebagai contoh inflasi dari Lebaran kemarin lebih rendah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Artinya purchasing power masyarakat sudah lebih soft karena alokasi pada berbagai budget lainnya seperti travel dan mudik menyebar bukan cuma belanja konsumen,” kata Hardy. 

Baca Juga: Pasar Saham Makin Volatile, Intip 8 Saham Pilihan yang Masih Punya Peluang Menarik

Pada tahun sebelumnya, belanja konsumenlah yang menjadi penopang produk domestik bruto. Ditambah dengan penurunan harga komoditas, Hardy menilai nilai ekspor juga akan ikut terimbas.

Proyeksi Mirae, pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun ini sebesar 4,88%, turun dari tahun lalu 5,31%. Angka tersebut mencerminkan kondisi tahun ini tak sebaik tahun lalu.

Dengan efek tunda dari kenaikan suku bunga The Fed dan BI, Hardy merekomendasikan investor untuk melihat kembali secara selektif termasuk beberapa saham yang memiliki valuasi lebih rendah, dan pertumbuhan yang positif untuk bisa dijadikan pilihan untuk reakumulasi kembali.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×