Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepanjang 2019, penjualan semen nasional tumbuh positif. Meski hanya naik 1,21%, namun penjualan semen nasional mencapai 76,14 juta ton. Berdasarkan data yang dihimpun Kontan.co.id, secara umum penjualan empat emiten semen sepanjang 2019 mengalami kenaikan.
Penjualan konsolidasian PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) misalnya mencapai 42,61 juta ton semen. Penjualan ini meliputi penjualan Semen Indonesia, Thang Long Cement Joint Stock Company (TLCC), dan PT Solusi Bangun Indonesia Tbk (SMCB) atau yang dulu dikenal dengan PT Holcim Indonesia.
Baca Juga: Penjualan Semen Indonesia Group (SMGR) per Januari 2020 mencapai 3,35 juta ton
Penjualan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) juga mencatatkan kenaikan. Sepanjang 2019, INTP membukukan penjualan hingga 18,1 juta ton semen atau naik 100.000 ton dari tahun sebelumnya.
Sementara itu, penjualan PT Semen Baturaja Tbk (SMBR) juga tercatat melebihi target yang dipasang. Untuk tahun 2019 jumlah penjualan semen emiten penghuni Indeks Kompas100 ini mencapai 2,12 juta ton atau sedikit lebih tinggi dibanding target yang dipasang, yakni 2,1 juta ton.
Untuk tahun ini, emiten semen pun bisa mengambil kesempatan untuk meningkatkan penjualan dengan memanfaatkan penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI).
Analis OSO Sekuritas Sukarno Alatas menilai, yang pasti penurunan suku bunga dapat menjadi sentimen positif bagi emiten semen. Namun, momentum penurunan ini sangat bergantung pada emiten semen masing-masing.
“Karena dengan kondisi oversupply saat ini, emiten domestic harus bersaing dengan perusahaan asing,” ujar Sukarno kepada Kontan.co.id, Selasa (3/3).
Baca Juga: Penjualan semen nasional naik 1,21%, simak realisasi penjualan empat emiten semen
Kepada Kontan.co.id beberapa waktu lalu, Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta Utama mengatakan, turunnya suku bunga acuan BI dapat meningkatkan permintaan akan properti.
Lebih lanjut, permintaan properti akhirnya mendorong permintaan semen. Dus, hal ini dapat mengurangi masalah yang selama ini membayangi industri semen, yakni masalah kelebihan pasokan atau oversupply.
“Sekarang tinggal, bagaimana emiten semen bisa meningkatkan kinerja penjualan melalui kerjasama dengan pengembang-pengembang properti sehingga bisa meningkatkan penjualan,” terang Nafan kepada Kontan.co.id.
Hal ini diamini oleh Sekretaris Perusahaan Indocement, Antonius Marcos. Dia bilang, penurunan suku bunga BI dapat menjadi katalisator yang baik bagi industri property dan juga industri semen secara tidak langsung.
Baca Juga: Saham BUMN tertekan sejak awal tahun, begini saran analis
“Kami optimis ini dapat menjadi momentum yang baik bagi industri semen,” ujar Antonius kepada Kontan.co.id, Selasa (3/3). Asal tahu, tahun ini konstituen Indeks Kompas100 ini mengincar pertumbuhan penjualan semen hingga 3%-4%.
Sukarno mengatakan, saat ini secara valuasi, Price to Book Value (PBV) saham emiten semen sudah terdiskon. Nmaun, Sukarno tetap merekomendasikan wait and see untuk saham-saham emiten semen.
“Jikapun ingin membeli, hanya sebatas trading saja. Kalau untuk jangka menengah harga saham belum bisa terkonfirmasi untuk uptrend lagi,” sambung dia.
Baca Juga: Masih berekspansi, emiten operator telekomunikasi siapkan capex triliunan
Memang, secara year-to-date, saham-saham emiten semen masih memberikan return negatif. Secara ytd, saham SMGR tumbuh -8,96%, saham INTP -26,15%, saham SMCB – 22,88%, dan saham SMBR -36,36%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News