kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45867,20   12,42   1.45%
  • EMAS1.357.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Strategi Maksimalkan Investasi Saham dan Obligasi di Tengah Kondisi Outflow


Kamis, 23 Mei 2024 / 17:22 WIB
Strategi Maksimalkan Investasi Saham dan Obligasi di Tengah Kondisi Outflow
ILUSTRASI. Pengunjung menggunakan ponsel di dekat layar pergerakan saham Bursa Efek Indonesia (BEI)?di Jakarta, Selasa (21/5/2024). Strategi Maksimalkan Investasi Saham dan Obligasi di Tengah Kondisi Outflow


Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Noverius Laoli

Isfan bilang, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sudah terkoreksi cukup dalam selama adanya tekanan jual dari asing. Walau demikian, sebenarnya beberapa saham masih menawarkan pengembalian positif.

“Kita lihat pasar saham sudah berada di bawah banget, jadi kami lebih memilih equity ketimbang bond,” jelasnya.

Ishfan berujar, investor bisa memanfaatkan posisi pasar saham yang tengah berada di level terendahnya untuk mengoleksi saham berkualitas. Dalam kondisi tekanan jual saham seperti saat ini, Sinarmas Sekuritas setidaknya melihat ada 6 saham yang bisa dicermati sebagai favorit investor asing.

Baca Juga: Investor Asing Banyak di Industri Perbankan Tanah Air, Siapa Paling Cuan?

Investor bisa memanfaatkan BBRI dan BBCA sebagai safe haven karena aksi jual (net sell) diperkirakan terbatas seiring lebih rendahnya kepemilikan asing. Kemudian, investor bisa mencermati saham defensif seperti ICBP dan AMRT karena tidak ada outflow asing saat harga jatuh, melainkan penjualan dari investor domestik.

Lalu, ada BFIN dan CTRA yang sebenarnya asing memiliki sekitar Rp 1 triliun kepemilikan di masing-asing saham tersebut. Harga saham keduanya sempat koreksi dalam ternyata tekanan jual bukan dari asing. Ini artinya investor asing masih optimistis dengan potensi BFIN dan CTRA.

Isfhan menjelaskan, bisa menerapkan strategi Dollar Cost Averaging (DCA) untuk membeli saham saat di posisi bawah. Dengan demikian, investor bisa mendapatkan keuntungan setengah harga saat harga sahamnya mulai pulih lagi. Adapun Sinarmas Sekuritas memproyeksi IHSG bisa menuju kembali level 7.600 di akhir 2024.

Baca Juga: Bunga Acuan Bisa Bertahan Hingga Akhir Tahun 2024

Sementara, fair yield SBN dipandang sudah mencapai puncak (peak) di 7,3% yang terjadi pada April lalu. Saat ini, yield sudah kembali menguat dalam artian bergerak turun ke level 6,9%.

Ishfan menyebut, kemungkinan yield SBN 10 tahun akan berada di kisaran 6,9% - 6,7%. Sehingga, bagi investor disarankan untuk trading saja ketika yield SBN di posisi 6,8% - 6,7% untuk beli, lalu di atas 7% jual kembali untuk mencari spread.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Efficient Transportation Modeling (SCMETM) Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×