kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.819.000   -7.000   -0,38%
  • USD/IDR 16.565   0,00   0,00%
  • IDX 6.511   38,26   0,59%
  • KOMPAS100 929   5,57   0,60%
  • LQ45 735   3,38   0,46%
  • ISSI 201   1,06   0,53%
  • IDX30 387   1,61   0,42%
  • IDXHIDIV20 468   2,62   0,56%
  • IDX80 105   0,58   0,56%
  • IDXV30 111   0,69   0,62%
  • IDXQ30 127   0,73   0,58%

Tarif Trump Bayangi Kinerja Aset Risiko Tinggi


Selasa, 01 April 2025 / 15:42 WIB
Tarif Trump Bayangi Kinerja Aset Risiko Tinggi
ILUSTRASI. Suasana main hall Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta (23/1/2025). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akhirnya terkoreksi setelah menguat dalam enam hari perdagangan beruntun. Kamis (23/1), IHSG turun 0,34% atau 24,48 poin ke 7.232,64 pada akhir perdagangan di BEI. Pelemahan IHSG didorong dinamika akan kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump kepada beberapa negara, seperti China, Meksiko dan Kanada. (KONTAN/Cheppy A. Muchlis)


Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja aset dengan risiko tinggi dipandang masih rentan. Kekhawatiran akan tarif dari Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump terus membayangi.

Koresponden Reuters, Wayne Cole menyebutkan, awal pekan ini merupakan awal yang sulit di Asia karena arus risiko membuat saham-saham turun secara keseluruhan. Di sisi lain, obligasi memperpanjang reli dan emas naik ke rekor baru.

Menurutnya, sentimen sudah cukup rapuh menjelang pengumuman tarif AS pada hari Rabu (2/4). Namun Trump membuatnya lebih rapuh dengan mengatakan kepada para wartawan di Air Force One bahwa pungutan tersebut akan mencakup semua negara dan bukan hanya beberapa negara tertentu.

"Dia memiliki kebiasaan untuk mengeluarkan komentar-komentar ini di awal hari perdagangan Asia ketika likuiditas kurang, dan memicu gelombang besar," ujarnya melansir dari Reuter, Selasa (1/4).

Baca Juga: Wall Street Tertekan: S&P 500 dan Nasdaq Ambruk Terdampak Kekhawatiran Tarif Trump

Nikkei memimpin kejatuhan dengan penurunan 3,8%, penurunan harian terbesar dalam enam bulan terakhir, dan hampir seluruh Asia berada di zona merah. Nasdaq berjangka merosot 1,3% dan saham-saham utama Eropa mengikuti.

Ketidakpedulian Trump yang baru ditemukan terhadap kenaikan harga mobil tampaknya meyakinkan para analis bahwa ia serius untuk melakukan semuanya. Goldman Sachs sekarang memperkirakan tarif resiprokal akan mencapai rata-rata 15% di seluruh mitra dagang AS.

Dalam catatan yang sama, mereka menaikkan peluang resesi AS menjadi 35%, dari 20%, dan kata 'R' tampaknya ada di bibir semua orang.

Dus, investor mengandalkan perlambatan data ekonomi AS, yang akan mendorong The Fed untuk memangkas suku bunga sebesar 75 basis poin (bps) tahun ini, meskipun kemungkinan besar akan terjadi kenaikan tajam dalam pengangguran untuk menjamin tindakan tersebut. Pasar juga memperkirakan pelonggaran ECB sebesar 60 bps untuk tahun ini dan 50 bps untuk BoE.

Baca Juga: Waduh, Trump Bakal Kenakan Tarif Timbal Balik ke Semua Negara

Pemikiran akan pelonggaran ini, dikombinasikan dengan flight to safety, memberikan kenyamanan bagi para investor obligasi. Imbal hasil obligasi US Treasury bertenor 10 tahun turun menjadi 4,21% dari level tertinggi 4,40% pada hari Kamis lalu.

"Masih menjadi pertanyaan apakah reli ini akan berlanjut setelah data inflasi aktual mulai menunjukkan dampak tarif terhadap harga," sebutnya.

Untuk saat ini, imbal hasil yang lebih rendah telah menyeret dolar turun terhadap yen, dan bahkan euro dan poundsterling naik tipis. "Di samping imbal hasil, bagaimanapun, mungkin akan lebih sulit bagi dolar untuk mendapatkan dorongan seperti biasanya sebagai tempat berlindung yang aman ketika sumber dari semua gejolak ini adalah Gedung Putih itu sendiri," imbuhnya.

Baca Juga: S&P 500 dan Nasdaq Cetak Kinerja Kuartalan Terburuk Sejak 2022 Imbas Tarif Trump

Selanjutnya: Gajah Tunggal (GJTL) Catat Kinerja Positif di 2024, Kantongi Laba Rp 1,19 Triliun

Menarik Dibaca: KAI Layani 2 Juta Penumpang Selama Angkutan Lebaran

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Procurement Economies of Scale (SCMPES) Brush and Beyond

[X]
×