kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.305.000   6.000   0,26%
  • USD/IDR 16.611   26,00   0,16%
  • IDX 8.227   -30,66   -0,37%
  • KOMPAS100 1.122   -5,50   -0,49%
  • LQ45 788   -5,60   -0,71%
  • ISSI 295   -0,19   -0,06%
  • IDX30 412   -3,20   -0,77%
  • IDXHIDIV20 463   -4,41   -0,94%
  • IDX80 124   -0,46   -0,37%
  • IDXV30 132   -1,19   -0,89%
  • IDXQ30 129   -0,73   -0,56%

Strategi Investasi Hadapi Gejolak Pasar Menjelang Akhir tahun


Senin, 13 Oktober 2025 / 21:08 WIB
Strategi Investasi Hadapi Gejolak Pasar Menjelang Akhir tahun
ILUSTRASI. Kapitalisasi Pasar Saham-Suasana di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (08/10/2025). Menjelang kuartal IV-2025, pelaku pasar kembali dihadapkan pada volatilitas tinggi akibat dinamika global dan arah kebijakan moneter yang belum pasti.


Reporter: Rilanda Virasma | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menjelang kuartal IV-2025, pelaku pasar kembali dihadapkan pada volatilitas tinggi akibat dinamika global dan arah kebijakan moneter yang belum pasti.

Meski demikian, analis menilai peluang untuk meraih imbal hasil tetap terbuka, selama investor mampu menerapkan strategi yang disiplin dan sesuai profil risiko. 

Founder Traderindo.com, Wahyu Laksono mengatakan, kunci utama menghadapi gejolak pasar adalah tetap fokus pada strategi jangka panjang dan tidak mudah panik.

Menurut dia, investor perlu menetapkan tujuan keuangan dan memahami profil risikonya sejak awal agar tetap tenang saat pasar volatil.

Baca Juga: Menanti Window Dressing, Cermati Rekomendasi Saham LQ45 yang Jadi Pilihan Analis

“Sesuaikan juga portofolio kita dengan toleransi risiko yang kita miliki, apakah kita tipe konservatif, moderat, atau agresif,” katanya, Senin (13/10/2025).

Perencana Keuangan Advisors Alliance Group, Andy Nugroho menambahkan bahwa investor dapat mengubah pendekatan investasinya dari trading jangka pendek menjadi investasi berbasis dividen. 

Sementara itu, Analis BRI Danareksa Sekuritas Chory Agung Ramdhani menilai strategi terbaik di tengah volatilitas adalah memperkuat disiplin investasi jangka panjang melalui metode dollar-cost averaging (DCA) atau investasi secara berkala tanpa memedulikan harga.

Chory melihat, ke depan, fokus utama investasi ada pada sektor hilirisasi komoditas serta energi baru terbarukan (EBT). Namun secara garis besar, perbankan besar juga menurutnya akan tetap menjadi jangkar stabilitas pasar. 

Sementara dari sisi instrumen, obligasi negara menurutnya menawarkan pendapatan tetap yang stabil di tengah ketidakpastian suku bunga global.

Baca Juga: IHSG Rajin Cetak Rekor, Window Dressing Bakal Mengekor

Sementara menurut Andy, potensi investasi juga bisa dijaring di sektor teknologi dan pembangunan infrastruktur.

Wahyu menambahkan, sektor digital, teknologi hijau, obligasi pemerintah, dan emas juga akan menjadi pilihan instrumen investasi yang tangguh dalam menghadapi ketidakpastian global.

Strategi Investasi

Soal strategi investasi, Wahyu menekankan pentingnya diversifikasi portofolio ke berbagai instrumen seperti saham, obligasi, properti, dan emas, serta melakukan rebalancing secara berkala agar komposisi aset tetap seimbang.

Langkah ini menurutnya membantu investor “menjual tinggi” dan “membeli rendah” secara otomatis.

Untuk mengimbangi risiko, ia menyarankan fokus pada saham berfundamental kuat (blue chip) dan obligasi pemerintah. Adapun emas bisa menjadi lindung nilai di tengah ketidakpastian global. 

Baca Juga: Sinyal Window Dressing Kian Kuat, IHSG Siap Tancap Gas Lagi?

Adapun menurut Chory, strategi investasi di kuartal IV 2025 perlu menggabungkan optimisme dan kehati-hatian. “Penting untuk memperbesar porsi cash atau dana likuid sebagai amunisi untuk memanfaatkan koreksi,” ujarnya. 

Momentum window dressing, lanjutnya, dapat dimanfaatkan dengan selektif, terutama pada saham big caps berfundamental kuat serta saham dividen yang prospektif di awal tahun berikutnya. 

Chory juga menyarankan alokasi investasi disesuaikan dengan profil risiko: konservatif lebih banyak di obligasi, moderat seimbang, dan agresif fokus pada saham.

Bagi investor yang konservatif, Chory menyarankan investor untuk fokus pada stabilitas. Usahakan alokasikan mayoritas dana ke obligasi sekitar 40%-60% dan kas atau reksa dana pasar uang (RDPU) 20%-40%, dan porsi saham kecil sekitar 10%-30%.

Baca Juga: Menanti Window Dressing, Cermati Rekomendasi Saham LQ45 yang Jadi Pilihan Analis

Sementara untuk investor moderat, Chory menyarankan prinsip keseimbangan. Idealnya, investor jenis ini bisa menaruh sekitar 40%-60% di saham, sisanya dibagi merata untuk obligasi sekitar 30%-40%, dan kas atau RDPU sekitar 10%-20%.

Bagi investor agresif, tetap fokus pada pertumbuhan dengan menaruh mayoritas investasi di saham atau reksadana saham sekitar 60%-80%, dengan porsi dan kas minimal 10%-20%.

Selanjutnya: Pesan Patrick Kluivert untuk Rakyat Indonesia Usai Timnas Gagal ke Piala Dunia 2026

Menarik Dibaca: 5 Manfaat Olahraga 30 Menit Setiap Hari untuk Kesehatan Tubuh dan Mental

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×