Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Peluang penurunan suku bunga Fed Fund Rate (FFR) dan Bank Indonesia (BI) di semester II 2019 menguntungkan pasar saham dan obligasi. Simak strategi investasi dari manajer investasi dan perencana keuangan, berikut.
Head of Business Development Division Henan Putihrai Asset Management (HPAM) Reza Fahmi memproyeksikan, kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di semester II 2019 masih berada dalam zona naik karena terkerek peluang penurunan suku bunga AS dan BI.
Namun, Reza mengamati pertumbuhan ekonomi Indonesia di semester II masih berada di bawah asumsi. Hal tersebut dikhawatirkan bisa menjadi sentimen negatif bagi pasar saham.
Terkait Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2020, Reza berharap alokasi dana ke sektor infrastruktur akan naik. "Berharap MSCI akan rebalancing lagi ke Indonesia karena PE IHSG masih di kisaran 16 kali," kata Reza, Senin (8/7).
Di tengah kondisi ini, Reza menyarankan ada baiknya investor mulai mencicil instrumen saham sambil menunggu sentimen positif dari penyusunan kabinet dan rilis RAPBN.
Reza memproyeksikan sektor industri, tambang, properti, dan perdagangan dan jasa serta saham-saham second liner memiliki potensi kenaikan yang lebih besar dibandingkan saham blue chip di sisa enam bulan terakhir tahun ini.
Bagus Panuntun Perencana Keuangan Tri Ganesha Advisor mengatakan, sektor teknologi, dan infrastruktur menarik untuk dikoleksi di semester II 2019 karena pemerintah sedang fokus mengembangkan industri 4.0 dan infrastruktur.
Selain itu, Bagus juga memandang menarik sektor yang berorientasi ekspor termasuk emiten di industri tekstil.
Di sisi lain, Reza melihat sentimen positif yang pasar saham terima juga memberi sentimen positif pada pasar saham. Reza melihat rating utang Indonesia yang naik serta pemangkasan suku bunga dan laporan keuangan emiten juga berpengaruh besar pada kenaikan return di pasar obligasi. Apalagi, jika kesepakatan AS dan China terjadi.
Senada, Muhamad Andoko, Perencana Keuangan OneShildt mengatakan iklim investasi di pasar saham bisa membaik di semester II jika Presiden Joko Widodo (Jokowi) bisa memperbaiki current account deficit yang kini semakin melebar serta mendorong perkembangan manufaktur dalam negeri.
Andoko menyarankan bagi investor konservatif bisa menaruh investasi di instrumen obligasi sebesar 40%-50% sementara 10%-20% di instrumen saham, sementara sisanya di pasar uang.
Sedangkan, bagi investor moderat bisa menaruh 25% di instrumen saham, 60%-75% di obligasi dan sisanya pasar uang. Terakhir bagi investor agresif bisa taruh 30%-35% porsi investasi ke saham, pasar obligasi 40%-30% dan sisanya pasar uang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News