kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.095.000   21.000   1,01%
  • USD/IDR 16.495   -3,00   -0,02%
  • IDX 7.748   48,90   0,64%
  • KOMPAS100 1.084   7,66   0,71%
  • LQ45 795   12,72   1,63%
  • ISSI 264   -0,60   -0,23%
  • IDX30 412   5,94   1,46%
  • IDXHIDIV20 479   6,52   1,38%
  • IDX80 120   1,51   1,27%
  • IDXV30 131   2,38   1,84%
  • IDXQ30 133   1,53   1,16%

IKK Sentuh Level Terendah, Begini Pengaruhnya ke Pasar Saham


Kamis, 11 September 2025 / 21:24 WIB
IKK Sentuh Level Terendah, Begini Pengaruhnya ke Pasar Saham
ILUSTRASI. Calon pembeli memilih tas di pusat perbelajaan New Makassar Mal, Sulawesi Selatan, Kamis (11/9/2025). Survei Konsumen Bank Indonesia pada Agustus 2025 mengindikasikan keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi Indonesia tetap terjaga sebagaimana tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang berada pada level optimis sebesar 117,2 meski sedikit lebih rendah dari IKK bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 118,1.. ANTARA FOTO/Hasrul Said/foc.


Reporter: Rashif Usman | Editor: Putri Werdiningsih

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Optimisme masyarakat terhadap perekonomian nasional kembali turun. Ini tercermin dalam Indeks Keyakinan Konusmen (IKK) yang menyentuh level terendah dalam tiga tahun terakhir.  

Menurut hasil Survei Bank Indonesia (BI), pada Agustus 2025 IKK turun ke posisi 117,2. Angka tersebut menyamai level IKK pada September 2022.

Ekonom Panin Sekuritas Felix Darmawan menilai penurunan IKK jadi sinyal waspada karena bisa menekan kinerja emiten yang bergantung pada daya beli, terutama ritel, otomotif dan properti. 

"Perusahaan perlu fokus jaga cash flow, efisiensi, dan strategi promosi agar demand tetap terjaga," kata Felix kepada Kontan, Kamis (11/9/2025).

Baca Juga: IKK Agustus 2025 Terkoreksi, Optimisme Konsumen di Titik Terendah Setahun

Dihubungi terpisah, Investment Analyst Infovesta Utama Ekky Topan Ekky berpandangan secara fungsi data IKK ini memang bisa dianggap sebagai indikator awal atau early warning bagi potensi penurunan konsumsi. Sektor yang paling terdampak jelas ialah sektor konsumsi, baik primer maupun non-primer, seperti ritel, elektronik, pariwisata, hingga gaya hidup. 

Di sisi lain, sektor properti dan otomotif juga sensitif terhadap pergerakan IKK karena keputusan pembelian pada sektor ini erat kaitannya dengan persepsi dan kepercayaan konsumen terhadap kondisi ekonomi jangka menengah. Namun menurutnya, kondisi ini tidak perlu disikapi secara berlebihan. 

"Data IKK adalah refleksi masa lalu, sementara realitas ekonomi sangat dinamis. Keadaan bisa berubah cepat, apalagi dalam iklim kebijakan saat ini yang cukup responsif. Pemerintah pun tampak mulai aktif mendorong pemulihan dan pertumbuhan kembali," ucap Ekky kepada Kontan, Kamis (11/9/2025).

Ini yang harus dilakukan Investor

Dari sisi investor, Felix menyarankan sebaiknya memperkuat portofolio di sektor defensif seperti bank besar, consumer staples, dan telekomunikasi sambil selektif masuk ke sektor siklikal.

Direktur Utama PT BRI Danareksa Sekuritas (BRIDS), Laksono Widodo menerangkan dalam kondisi menurunnya optimisme konsumen, investor perlu mengedepankan strategi yang lebih selektif dan disiplin. 

Ia menerangkan ada beberapa pendekatan yang relevan. Pertama, selektivitas sektoral. Investor disarankan untuk lebih berhati-hati terhadap sektor-sektor yang sensitif terhadap perubahan sentimen konsumen, seperti konsumsi diskresioner, properti, dan otomotif. 

"Sebaliknya, sektor dengan karakteristik defensif seperti consumer staples, utilitas, telekomunikasi, serta beberapa komoditas tertentu cenderung lebih resilient karena permintaan terhadap produk dan jasanya relatif stabil meski daya beli melemah," jelas Laksono kepada Kontan, Kamis (11/9/2025).

Kedua, fokus pada fundamental yang solid. Prioritas sebaiknya diberikan pada emiten yang memiliki margin sehat, neraca keuangan kuat, dan kemampuan menjaga arus kas positif. Emiten dengan struktur permodalan yang kokoh umumnya lebih mampu bertahan menghadapi gejolak makro maupun penurunan permintaan jangka pendek.

Ketiga, diversifikasi portofolio. Menghindari konsentrasi berlebihan pada saham-saham siklikal menjadi penting. Portofolio yang seimbang dengan porsi saham defensif dan instrumen pendapatan tetap dapat membantu mengurangi risiko sekaligus menjaga stabilitas imbal hasil.

Baca Juga: Mengapa Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Turun Agustus 2025? Fokus pada Menengah Bawah

Keempat. Memanfaatkan sentimen sebagai peluang. Penurunan IKK bisa menciptakan tekanan harga jangka pendek pada saham-saham unggulan. Bagi investor dengan horizon jangka menengah panjang, kondisi ini justru dapat menjadi peluang untuk melakukan akumulasi di valuasi yang lebih menarik, khususnya pada emiten dengan prospek bisnis yang berkelanjutan.

Sementara, Ekky berpendapat kondisi seperti sekarang bisa menjadi momentum untuk melihat peluang di tengah tekanan. Menurutnya banyak saham, terutama di sektor konsumsi dan properti kini valuasinya sudah mulai kembali ke level menarik. Dengan pendekatan yang selektif dan memperhatikan faktor fundamental, investor masih bisa menemukan banyak ruang pertumbuhan di tengah dinamika ini.

Ekky menerangkan saham PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP)  saat ini memiliki valuasi yang menarik untuk akumulasi dengan target jangka menangah ke Rp 11.500-Rp 20.000 jika kembali berbalik arah. Saham lainnya seperti PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA)  juga menarik dengan target terdekat Rp 2.000 dan jangka panjang di Rp 2.400-Rp 2.500. 

Untuk properti, saham PT Ciputra Development Tbk (CTRA) dan PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) ada di posisi menarik untuk akumulasi, CTRA ada peluang ke Rp 1.300-Rp 1.400 untuk longterm, dan SMRA jangka menengah bisa ke kisaran Rp 550.

Selanjutnya: 5 Teh Terbaik untuk Gula Darah, Penderita Diabetes Boleh Coba

Menarik Dibaca: 5 Teh Terbaik untuk Gula Darah, Penderita Diabetes Boleh Coba

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
BOOST YOUR DIGITAL STRATEGY: Maksimalkan AI & Google Ads untuk Bisnis Anda! Business Contract Drafting

[X]
×