kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.095.000   21.000   1,01%
  • USD/IDR 16.495   -3,00   -0,02%
  • IDX 7.748   48,90   0,64%
  • KOMPAS100 1.084   7,66   0,71%
  • LQ45 795   12,72   1,63%
  • ISSI 264   -0,60   -0,23%
  • IDX30 412   5,94   1,46%
  • IDXHIDIV20 479   6,52   1,38%
  • IDX80 120   1,51   1,27%
  • IDXV30 131   2,38   1,84%
  • IDXQ30 133   1,53   1,16%

IHSG Mulai Rebound Pasca Reshuffle Menteri, Masih Riskan Terkoreksi?


Kamis, 11 September 2025 / 15:27 WIB
IHSG Mulai Rebound Pasca Reshuffle Menteri, Masih Riskan Terkoreksi?
ILUSTRASI. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tampak mulai pulih pasca terkoreksi usai perombakan menteri di kabinet pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.


Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tampak mulai pulih pasca terkoreksi usai perombakan menteri di kabinet pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.

Asal tahu saja, Prabowo melakukan reshuffle kabinet pada Senin (8/9) lalu. Ada lima menteri yang terkena reshuffle.

Yaitu, Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan Budi Gunawan, Menteri Pemuda dan Olahraga Dito Ariotedjo. Keduanya belum diumumkan penggantinya.

Lalu, Menteri Keuangan Sri Mulyani diganti Purbaya Yudhi Sadewa, Menteri Perlindungan Pekerja Migran Indonesia Abdul Kadir Karding yang diganti Mukhtarudin, serta Menteri Koperasi Budi Arie Setiadi diganti Fery Juliantono.

Pada Senin lalu, IHSG ditutup di level 7.766,84, turun 1,28% atau 100,49 poin. Keesokan harinya, IHSG kembali ditutup turun 1,78% ke level 7.628 pada Selasa (9/9). Kemudian, pada perdagangan Rabu (10/9), IHSG mulai naik 0,92% ke level 7.699.

Kamis (11/9/2025), IHSG kembali bergerak menghijau sejak awal perdagangan. Melansir RTI pukul 14.50 WIB, IHSG ada di level 7.752, naik 0,64% dari perdagangan Rabu kemarin.

Baca Juga: IHSG Dibuka Naik ke 7.773, Top Gainers LQ45: JPFA, MAPI dan AMMN, Kamis (11/9)

Rebound Teknikal

Ekonom Panin Sekuritas, Felix Darmawan mengatakan, kenaikan IHSG sejak pagi ini lebih banyak ditopang technical rebound setelah terkoreksi dalam karena isu reshuffle.

Pasar mulai merespons sinyal stabilitas fiskal dari menkeu baru, plus dukungan sentimen global terkait prospek pemangkasan suku bunga The Fed.

“Tapi kenaikan ini belum sepenuhnya solid, IHSG masih rawan volatil kalau tensi politik domestik kembali meningkat,” ungkapnya kepada Kontan, Kamis (11/9).

VP Equity Retail Kiwoom Sekuritas Indonesia Oktavianus Audi berpandangan, penguatan IHSG didorong beberapa sentimen.

Pertama, technical rebound. Beberapa emiten masuk dalam area oversold, sehingga mendorong spekulasi pasar.

Kedua, pasar mulai merespon potensi pemangkasan Fed Fund Rate (FFR) sebesar 25 basis poin (bps) kareba membuka ruang BI untuk melonggarkan kebijakan suku bunga serta potensi inflow asing.

Ketiga, respon kebijakan pemerintah, khususnya pada wacana pemindahan dana Rp 200 triliun yang mengendap di Bank Indonesia (BI) untuk disalurkan ke sistem perekonomian.

“Kami melihat keberlanjutan optimisme akan terealisasi jika implementasi sudah berjalan sesuai dengan target,” ujarnya kepada Kontan, Kamis.

Sayangnya, arus dana asing masih keluar mencapai Rp 1,3 triliun kemarin di seluruh perdagangan. Rupiah juga kembali terdepresiasi ke level Rp16.468 per dolar Amerika Serikat (AS).

“Hal ini membuat kekhawatiran pasar penguatan IHSG yang hanya bersifat technical rebound jangka pendek,” ungkapnya.

Baca Juga: IHSG Naik 0,86% ke 7.765 Sesi I, JPFA, BBTN dan BBNI Top Gainers LQ45, Kamis (11/9)

Rencana Suntikan Likuiditas

Investment Analyst Infovesta Utama Ekky Topan mengatakan katalis utama yang mendorong rebound IHSG kali ini berasal dari sentimen rencana pemerintah melalui Kementerian Keuangan yang akan menyuntikkan dana segar sebesar Rp 200 triliun ke pasar.

Dampaknya langsung terlihat pada pergerakan sektor perbankan, terutama saham-saham Himbara, yang memimpin penguatan indeks hari ini.

Selain itu, rilis data inflasi AS kemarin yang menunjukkan perlambatan juga memperbesar probabilitas penurunan suku bunga oleh The Fed di FOMC September mendatang.

Dengan kombinasi dua katalis ini, peluang penguatan IHSG masih akan berlanjut dalam waktu dekat. Sentimen negatif dari reshuffle kabinet sebelumnya pun cenderung sudah priced in oleh pasar.

“Sehingga, selama tidak ada tekanan atau kejutan baru dari sisi domestik maupun global, tren penguatan indeks masih bisa berlanjut secara bertahap,” ujarnya kepada Kontan, Kamis.

Prospek Akhir Tahun

Felix melihat, sentimen positif untuk pergerakan IHSG hingga akhir tahun adalah ekspektasi penurunan suku bunga The Fed yang bisa mendorong masuknya arus modal asing ke emerging market, serta stimulus fiskal pemerintah di paruh akhir 2025.

Sementara, sentimen negatif berasal dari ketidakpastian politik pasca-reshuffle, potensi perlambatan ekonomi global, dan gejolak harga komoditas.

IHSG pun diproyeksikan Felix masih realistis ada di kisaran 7.900–8.100 pada akhir tahun 2025. Ini dengan catatan tensi politik bisa diredam.

Baca Juga: Simak Proyeksi Pergerakan IHSG dan Rekomendasi Saham Pilihan untuk Kamis (11/9)

Sektor unggulan di sisa tahun ini masih perbankan big cap, dengan sentimennya adalah likuiditas dari kebijakan Menkeu Purbaya dan profit emiten perbankan yang stabil.

Lalu, sektor komoditas logam/energi yang didukung tren harga global, serta sektor consumer staples yang relatif defensif.

“Ada peluang rotasi ke sektor infrastruktur atau poultry jika pemerintah genjot belanja pasca-reshuffle,” ungkapnya.

Audi memproyeksikan, IHSG secara konservatif akan ditutup didalam rentang level 7.900-8.100 di akhir tahun 2025.

Emiten yang terdorong sentimen positif adalah emiten yang sensitif dengan suku bunga (sensitive rate) dan tematik komoditas.

Selain itu, dengan adanya wacana kebijakan pemerintah yang menggelontorkan likuiditas ke sistem perekonomian, maka sektor perbankan, khususnya Himbara, akan mendapatkan sentimen positif.

Audi pun merekomendasikan beli untuk BBRI, BMRI, dan TLKM dengan target harga masing-masing Rp 4.200 per saham, Rp 5.600 per saham, dan Rp 3.240 per saham. Rekomendasi trading buy diberikan juga untuk PGAS dengan target harga Rp 1.880 per saham.

Baca Juga: BBNI Pimpin Penguatan Saham Big Banks Perdagangan Sesi Pertama

Beberapa Sentimen Pendorong

Ekky melihat, ada beberapa sentimen yang akan mempengaruhi IHSG hingga akhir tahun 2025.

Pertama, arah stabilitas politik domestik dan kejelasan kebijakan fiskal, termasuk regulasi serta potensi stimulus baru.  Jika kebijakan pemerintah ke depan bersifat pro-pasar, hal ini akan menjadi faktor positif bagi indeks.

Kedua, peluang penurunan lanjutan suku bunga BI di semester II juga menjadi sentimen yang mendorong sektor-sektor interest-sensitive seperti properti dan perbankan.

Ketiga, perkembangan harga komoditas baik logam maupun energi masih akan menjadi kontributor penting dalam menjaga kinerja emiten sektor bahan baku.

“Dengan mempertimbangkan semua faktor tersebut, IHSG berpotensi menembus level 8.099 hingga akhir tahun, terutama jika tidak ada tekanan tambahan dari sisi eksternal,” katanya.

Menurut Ekky, ada beberapa sektor unggulan yang masih menarik hingga akhir tahun. Pertama, sektor bahan baku, khususnya logam mulia seperti emas, yang mendapat dukungan dari tren global dan peningkatan permintaan safe haven.

Baca Juga: BEI Suspensi Saham AMMS, LION, PIPA, ITMA, dan FITT per Kamis (11/9)

Kedua, sektor infrastruktur dan hilirisasi. Ini seiring dengan komitmen pemerintah terhadap industrialisasi dan penguatan rantai pasok domestik.

Ketiga, sektor energi terbarukan dan CPO yang mendapat dukungan dari transisi energi serta peningkatan konsumsi domestik.

Terakhir, sektor perbankan, konsumsi, dan properti. Sektor tersebut, berpotensi terangkat oleh harapan penurunan suku bunga, masuknya kembali investor asing, serta dorongan likuiditas dari stimulus pemerintah.

“Dengan valuasi IHSG yang saat ini kembali ke level yang atraktif, peluang rotasi sektor ke nama-nama yang sebelumnya tertinggal bisa menjadi tema utama dalam beberapa bulan ke depan,” ungkapnya.

Dari sektor perbankan, Ekky melihat BMRI masih menarik untuk dikoleksi, karena valuasi dan harga sahamnya masih lagging di antara emiten bank lain. Target harga jangka panjang untuk BMRI adalah Rp 6.000 – Rp 6.300 per saham.

Dari sektor konsumer, ada JPFA yang terkena stimulus kerjasama program makan bergizi gratis (MBG) dan kinerja yang membaik. Target harga JPFA berpeluang ke Rp 2.000 per saham dalam jangka pendek dan Rp 2.500 per saham untuk target jangka panjang.

Dari sektor properti, Ekky melihat SMRA dan CTRA masih di posisi cukup menarik untuk diakumulasi. Target harga SMRA berpotensi ada di kisaran Rp 550 per saham di akhir tahun dan CTRA jika berbalik arah, target harganya berpotensi ke level Rp 1.300 – Rp 1.350 per saham untuk jangka panjang.

Baca Juga: Kabar Akuisisi Bikin Harga Saham Blue Chip Ritel Ini Melonjak, Apakah Saatnya Beli?

Selanjutnya: Stok Bahan Bakar Minyak di Singapura Menurun Seiring Turunnya Impor

Menarik Dibaca: Bahagia Bisa Bikin Umur Panjang, Begini Penjelasannya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
BOOST YOUR DIGITAL STRATEGY: Maksimalkan AI & Google Ads untuk Bisnis Anda! Business Contract Drafting

[X]
×