kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.774   -14,00   -0,09%
  • IDX 7.460   -19,91   -0,27%
  • KOMPAS100 1.153   -1,43   -0,12%
  • LQ45 914   0,41   0,05%
  • ISSI 225   -1,12   -0,49%
  • IDX30 472   0,95   0,20%
  • IDXHIDIV20 569   1,36   0,24%
  • IDX80 132   0,02   0,01%
  • IDXV30 140   0,92   0,66%
  • IDXQ30 157   0,24   0,16%

Stabilkan Pasar Finansial, The Fed Kemungkinan Besar Naikkan Suku Bunga Hanya 25 Bps


Rabu, 22 Maret 2023 / 18:35 WIB
Stabilkan Pasar Finansial, The Fed Kemungkinan Besar Naikkan Suku Bunga Hanya 25 Bps
ILUSTRASI. Guna Stabilkan Pasar Finansial, The Fed Kemungkinan Besar Naikkan Suku Bunga Hanya 25 Bps. REUTERS/Leah Millis


Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. The Fed kemungkinan besar dipastikan hanya meningkatkan suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) pada pertemuan hari ini, Rabu (22/3). Keputusan tersebut dianggap pilihan yang paling bijak untuk menstabilkan kondisi pasar finansial Amerika Serikat (AS).

Senior Economist Mirae Asset Sekuritas Rully Wisnubroto menjelaskan bahwa efek kebijakan suku bunga agresif oleh Federal Reserve alias The Fed telah memicu runtuhnya Silicon Valley Bank (SVB) dan menciptakan dampak sistemik di industri perbankan Eropa. Jatuhnnya saham SVB memicu volatilitas yang sangat tinggi akhir-akhir ini, sehingga ikut menarik jatuh bank lainnya seperti Credit Suisse.

Beberapa kebijakan yang ditempuh selama pekan lalu untuk menyelamatkan SVB oleh The Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC) dan The Fed berakibat pada turunnya imbal hasil (yield) US Treasury. Di mana, regulator Amerika Serikat (AS) melakukan intervensi dengan melakukan injeksi modal hampir US$ 300 miliar terhadap SVB dengan membeli surat berharga negara pemerintah untuk mengatasi pengetatan likuiditas. Langkah pengetatan likuiditas tersebut menyebabkan turunnya yield US Treasury.

Baca Juga: Intip Proyeksi Harga Emas Jelang Keputusan Suku Bunga The Fed

Rully menyebutkan, terjadinya pengetatan likuiditas karena permasalahan bank menyebabkan risk appetite menurun dan kecenderungan penyaluran kredit perbankan menurun, sehingga likuiditas di pasar AS turun signifikan sepanjang pekan lalu. Dalam kondisi ini, The Fed setidaknya akan menghindari kenaikan sebesar 50 basis poin (bps) pada Federal Open Market Commite (FOMC) hari ini, Rabu (22/3) waktu Amerika Serikat.

Di sisi lain, AS belum mampu mengejar target penurunan inflasi yang masih berada di level tinggi. The Fed masih membutuhkan kenaikan suku bunga agar bisa mengejar target inflasi ke level 2% yang saat ini headline inflasi AS di posisi 6%.

Menurut Rully, keputusan terbaik ialah menaikkan fed fund rates (FFR) hanya 25 bps yang akan mengerek tingkat suku bunga naik ke kisaran 4,75%-5%. Dan juga tetap memperhatikan likuditas pasar untuk membeli surat berharga negara. Langkah ini baik untuk kondisi saat ini agar industri perbankan AS pulih, sekaligus bisa mengejar target inflasi.

Baca Juga: SVB Bangkrut, Ekonom: Investor Startup Semakin Realistis

Pasalnya, jika menaikkan suku bunga secara agresif maka probabilitas krisis akan lebih besar. Sementara apabila The Fed tidak mengerek suku bunga maka akan direspon negatif oleh pasar yang berspekulasi kondisi pasar finansial AS tidak sedang baik-baik saja pasca dilanda masalah SVB.

“Memang kondisinya begitu rumit dan kompleks yakni terjadinya gejolak perbankan saat inflasi masih tinggi,” ujar Rully dalam webinar Mirae Asset Sekuritas yang digelar, Selasa (21/3).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×