kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.095.000   7.000   0,34%
  • USD/IDR 16.417   -75,00   -0,45%
  • IDX 7.854   106,16   1,37%
  • KOMPAS100 1.101   16,96   1,56%
  • LQ45 805   9,90   1,25%
  • ISSI 268   3,89   1,47%
  • IDX30 417   5,18   1,26%
  • IDXHIDIV20 484   5,68   1,19%
  • IDX80 122   1,41   1,17%
  • IDXV30 133   1,64   1,25%
  • IDXQ30 135   1,48   1,11%

Emiten Sektor Otomotif Hadapi Tantangan Daya Beli, Simak Rekomendasinya


Senin, 15 September 2025 / 04:11 WIB
Emiten Sektor Otomotif Hadapi Tantangan Daya Beli, Simak Rekomendasinya
ILUSTRASI. Emiten sektor otomotif diproyeksi menghadapi tantangan daya beli pada semester II – 2025, ketidakpastian ekonomi menjadi penentu. KONTAN/Cheppy A. Muchlis/25/08/2025


Reporter: Vendy Yhulia Susanto | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Emiten sektor otomotif diproyeksi menghadapi tantangan daya beli pada semester II – 2025. Ketidakpastian ekonomi hingga persaingan harga menjadi penentu kinerja sektor otomotif ke depannya. 

Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mencatat penjualan mobil pada Agustus 2025 merosot cukup dalam dibandingkan tahun lalu.

Secara wholesales (pabrik ke dealer), penjualan Agustus tercatat 61.780 unit, turun 19% dibandingkan Agustus 2024 yang sebanyak 76.302 unit. Dari sisi penjualan ritel (dealer ke konsumen), angkanya juga terkoreksi 13,4% menjadi 66.478 unit, dibandingkan 76.806 unit pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Baca Juga: Terkoreksi 0,17% Dalam Sepekan, IHSG Terpapar Efek Pergantian Menkeu

Sepanjang Januari–Agustus 2025, total penjualan wholesales tercatat 500.951 unit, atau turun 10,6% dari periode yang sama tahun lalu sebesar 560.552 unit. Penjualan ritel pun ikut menyusut 10,7% menjadi 522.162 unit, dibandingkan 584.847 unit pada Januari–Agustus 2024.

Analis Kiwoom Sekuritas, Miftahul Khaer memproyeksikan emiten otomotif di semester II – 2025 masih cukup menantang, terutama karena daya beli masyarakat yang belum sepenuhnya pulih di tengah harga kredit kendaraan yang relatif masih tinggi. 

Namun, tren elektrifikasi melalui kendaraan listrik bisa menjadi peluang yang mendorong kinerja sektor ini kedepannya. “Apalagi kami lihat sejumlah emiten juga mulai agresif meluncurkan model baru dan memperluas ekosistem baterai listrik,” ujar Miftahul kepada Kontan, Minggu (14/9).  

Managing Director Research & Digital Production Samuel Sekuritas Indonesia, Harry Su mengatakan, di semester II ini, sektor otomotif diekspektasi akan tetap mengalami penurunan penjualan secara YoY (year on year/tahunan), dengan penurunan sekitar 9% - 10% YoY, dari penurunan pada semester I sebesar 14% YoY. 

“Penjualan pada semester II hanya didukung oleh diskon akhir tahun dan penjualan BYD terutama Atto I,” ucap Harry. 

Harry menambahkan, pelemahan daya beli masyarakat dan berbagai kondisi politik dengan tingkat ketidakpastian tinggi pada skala nasional maupun internasional. Serta badai pemutusan hubungan kerja (PHK) akan menahan pembelian mobil dan menurunkan kinerja perusahaan di sektor otomotif. 

Miftahul menyebut tantangan yang masih membayangi sektor otomotif datang dari pelemahan rupiah yang bisa menekan biaya impor komponen. Serta persaingan harga yang semakin ketat di segmen otomotif konvensional. 

Baca Juga: IHSG Berpeluang Menguat pada Senin (15/9), Cek Rekomendasi Saham Ini

Analis Indo Premier Sekuritas, Aurelia Barus mengatakan, pada Agustus 2025, volume wholesales 4W mencapai 62.000 unit (naik 1% secara month on month/mom). Sehingga total volume per Agustus 2025 menjadi 501.000 unit, turun 11% yoy). 

Tiga merek mendukung pertumbuhan antara lain Mitsubishi (naik 31% mom), Hyundai (naik 13% mom), dan Wuling (naik 12% mom) yang kemungkinan terdorong oleh peluncuran model baru dan diskon harga lebih banyak.

Sebaliknya, Honda, Chery, dan merek-merek Astra mencatat penurunan volume pada Agustus 2025, sementara volume BYD stagnan secara mom. 

Volume wholesales 4W Astra turun 4% secara mom pada Agustus 2025 menjadi 30.600 unit, sehingga total volume per Agustus 2025 mencapai 264.000 unit (turun 17% secara yoy). 

“Berdasarkan survei kami, diskon harga ASII (PT Astra International Tbk) untuk beberapa model juga meningkat pada Agustus 2025, meski tidak sebesar merek lain dan bahkan lebih rendah nilainya dibanding Agustus 2024,” ujar Aurelia. 

Aurelia mencatat pangsa pasar ASII pada Agustus 2025 turun menjadi 49,5% dari 52,2% pada Juli 2025, dengan pangsa pasar kumulatif per Agustus 2025 sebesar 52,7%. 

Lebih lanjut pada 22 Agustus 2025, Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) mengonfirmasi rencana peluncuran Toyota Veloz Hybrid pada 2026, didukung oleh investasi baru dan potensi kerja sama pengadaan baterai.

Sementara Veloz konvensional akan tetap diproduksi sesuai strategi pemasaran. Pada 2024, total volume wholesales Veloz + Avanza mencapai 69.600 unit, atau 14% dari wholesales 4W ASII.

Baca Juga: Simak Proyeksi IHSG dan Rekomendasi Saham untuk Senin (15/9/2025)

Model hybrid umumnya dihargai sekitar 20% lebih tinggi dibanding versi ICE. Dengan asumsi tambahan 20.000 unit per tahun dari model ini di tahun 2026, harga rata – rata (ASP) campuran ASII dapat naik 2,5% yoy. Peluncuran ini juga menguntungkan PT Dharma Polimetal Tbk (DRMA) melalui tambahan pesanan komponen.

Harry mengatakan sentimen yang perlu diperhatikan untuk mencermati kinerja otomotif di semester II antara lain daya beli masyarakat, “perang harga” antar brand mobil terutama dari chinese brand yang terus menawarkan harga yang terjangkau, kondisi politik nasional, dan diskon akhir tahun. 

Sementara Miftahul menyebut sentimen kedepan yang perlu diperhatikan di antaranya arah kebijakan suku bunga, insentif pemerintah untuk kendaraan listrik (EV). Serta perkembangan harga bahan baku utama seperti baja dan nikel yang juga bisa berpengaruh di sisi akhir tahun ini. 

Meski begitu, Miftahul memperkirakan saham-saham emiten otomotif masih menarik, terutama emiten yang punya eksposur kuat ke EV, seperti PT Dharma Polimetal Tbk (DRMA) dan PT Astra International Tbk (ASII) yang juga relatif defensif. 

Baca Juga: Proyeksi IHSG Senin (15/9): Momentum Positif Berlanjut, Target 8.020

Harry melihat prospek saham otomotif diekspektasi akan cukup berat menjalani sisa tahun 2025 ini. Menurutnya, rupiah yang terdepresiasi akan menurunkan margin perusahaan. “Kami merekomendasikan neutral (hold) untuk industri otomotif,” kata Harry. 

Aurelia juga mempertahankan rating netral untuk sektor otomotif karena permintaan belum menunjukkan perbaikan yang berarti, dan belum ada katalis baru yang signifikan untuk ASII.

“Kami masih menunggu hasil tinjauan strategis untuk ASII, yang jika lebih positif, dapat mengubah pandangan kami terhadap saham tersebut,” ucap Aurelia. 

Sedangkan, Miftahul merekomendasikan Hold ASII dengan target harga Rp 5.750 per saham dan Trading Buy DRMA dengan target harga Rp 1.055 per saham.

Selanjutnya: Aksi Akuisisi Perketat Daya Saing Emiten Rumah Sakit, Cek Rekomendasi Sahamnya

Menarik Dibaca: 25 Ucapan Hari Demokrasi Internasional 2025, Bisa Untuk Caption dan Status Sosmed

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×