Reporter: Kenia Intan | Editor: Wahyu T.Rahmawati
Ekspansi anak usaha
Keseriusan SINI menggarap bisnis penginapan diwujudkan dengan rencana perusahaan mendirikan anak usaha baru. Anak usaha ini akan bergerak di bidang jaringan layanan perhotelan, termasuk di dalamnya pengembangan platform digital untuk pemesanan dan pembayaran jasa penginapan.
Erick mengatakan, anak usaha ini menyerap investasi sebesar Rp 3 miliar yang dananya diperoleh dari hasil IPO. Saat ini, anak usaha tersebut masih dalam tahap penjajakan. Jika berjalan sesuai rencana, anak usaha baru akan berdiri di tahun 2021 dan beroperasi pada 2022.
Sebagai gambaran, sepanjang kuartal I 2019 Singaraja Putra menorehkan pertumbuhan pendapatan 3,3% year on year (yoy) dari sebelumnya Rp 106,06 miliar menjadi Rp 109,6 miliar. Sementara dari sisi laba tahun berjalan, SINI mencatatkan pertumbuhan 476% dari sebelumnya Rp 571,02 juta menjadi Rp 3,29 miliar.
Baca Juga: Lion Air mengonfirmasi baru akan IPO tahun 2020
Kenaikan laba yang signifikan ini karena SINI telah memiliki 54% saham PT Interkayu Nusantara yang bisa diakui dalam laporan keuangan. Per Mei 2019, IKN mencatatkan penjualan Rp 109,03 miliar bertumbuh 3,2% dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp 105,63 miliar. Sementara itu, laba tahun berjalan yang dicatatkan IKN per Mei 2019 mencapai Rp 3,27 miliar dari sebelumnya Rp 1,28 miliar.
IKN menghasilkan produk masal yang mempunyai beberapa ukuran standar sesuai dengan kebutuhan pelanggan. Pelanggan IKN seperti retailer besar, kontraktor porperty, dan industri furnitur. Adapun sebagian besar penjualan diserap oleh pasar ekspor, seperti Eropa dan Amerika.
Baca Juga: Belum Lama IPO, Saham-Saham Ini Terjaring UMA
"Selama 10 tahun sudah ekspor ke Eropa," terang Erick. Sementara untuk pasar Amerika, Interkayu baru akan serius menggarapnya tahun depan. Menurut SINI, pasar Amerika saat ini lebih baik dibandingkan tahun lalu.
Interkayu belum akan menambah kapasitas produksinya karena masih mencukupi. Menurut Erick,saat ini pihaknya hanya akan lebih memaksimalkan mesin-mesin yang utilisasinya baru 70% dan 80%. "Kami belum ada rencana untuk mesin-mesin secara menyeluruh," pungkas Erick.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News