kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Singaraja Putra (SINI) memperkuat bisnis penginapan non-bintang


Jumat, 22 November 2019 / 16:47 WIB
Singaraja Putra (SINI) memperkuat bisnis penginapan non-bintang
ILUSTRASI. Kamar hotel Imperial milik PT Singaraja Putra Tbk (SINI) di Cikarang.


Reporter: Kenia Intan | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Singaraja Putra Tbk (SINI) resmi menjadi perusahaan publik pada Jumat (8/11). Perusahaan yang bergerak di bidang penyedia penginapan in beroperasi di wilayah Cikarang, Bekasi.  

Direktur Utama Singaraja Putra Erick T. Tjandra mengatakan, bisnis penginapan yang dikelola SINI menyasar bussiness traveller karena konsepnya yang low budget. Diakui Erick, persaingan bisnis di kelas low budget sesungguhnya cukup ketat.

Meski begitu Erick tetap optimistis sebab penginapan yang dikelola emiten baru ini berada di lokasi strategis. "Lokasi kami ini benar-benar tempat lalu-lalang, cukup ramai," kata Erick kepada Kontan.co.id, Jumat (8/11) lalu.

Baca Juga: Resmi go public, begini rencana bisnis Singaraja Putra (SINI)

Meskipun sudah menjalin kerja sama dengan online travel agent seperti Airy dan Agoda, SINI masih mengandalkan pengunjung yang langsung mendatangi unit penginapan (walk in). Kontribusi dari agen perjalanan online masih kecil, baru 25% dari total tamu penginapan.

Adapun tingkat okupansi penginapan Singaraja Putra mencapai 60%. Tahun ini, SINI akan fokus menambah jumlah kamar yang dimiliki dengan pemilik-pemilik properti lain.

Berdasar data prospektus, per Mei 2019 Singaraja memiliki 20 kamar dengan rincian 13 kamar standard, enam kamar suites, dan satu kamar Singaraja. Jumlah tersebut terus bertambah. Sejauh ini Erick mengklaim SINI sudah mengelola sekitar 186 unit penginapan.

Untuk memperkuat bisnis penginapan, perusahaan yang didirikan tahun 2005 ini mengalokasikan seluruh dana initial public offering (IPO) untuk keperluan modal kerja renovasi dan pengadaan furniture, peralatan elektronik, serta desain interior untuk tambahan kamar hasil kerja sama dalam pengelolaan penginapan.

Baca Juga: Saham Singaraja Putra (SINI) melonjak 69,44% di perdagangan perdana

Asal tahu saja, pada penawaran umum perdana saham, SINI menawarkan sebanyak 175 juta saham biasa dengan harga pelaksanaan Rp 108 setiap saham. Dengan demikian, Singaraja meraup dana IPO Rp 18,9 miliar.

Pada akhir tahun 2019, perusahaan perhotelan ini membidik target pendapatan hingga Rp 246 miliar. Adapun hingga kuartal III ini Singaraja sudah merealisasikan 76% dari target yang dibidik. Singaraja membidik target laba bersih Rp 4 miliar.

Perusahaan yang berkantor pusat di Cikarang ini mengaku optimistis dengan rencana ekspansi yang diambilnya. Optimisme ini didorong dengan masa pemerintah Jokowi yang mengutamakan sektor infrastruktur. "Pembangunan akan terjadi di mana-mana, yang itu pasti akan memerlukan jasa operasi seperti kami," kata Erick. Apalagi, bisnis SINI beroperasi di lokasi industri dan banyak proyek infrastruktur di sekitarnya. Optimisme ini mendorong perusahaan untuk mencatatkan pertumbuhan sebesar 10% tahun depan.

Ekspansi anak usaha

Keseriusan SINI menggarap bisnis penginapan diwujudkan dengan rencana perusahaan mendirikan anak usaha baru. Anak usaha ini akan bergerak di bidang jaringan layanan perhotelan, termasuk di dalamnya pengembangan platform digital untuk pemesanan dan pembayaran jasa penginapan.

Erick mengatakan, anak usaha ini menyerap investasi sebesar Rp 3 miliar yang dananya diperoleh dari hasil IPO. Saat ini, anak usaha tersebut masih dalam tahap penjajakan. Jika berjalan sesuai rencana, anak usaha baru akan berdiri di tahun 2021 dan beroperasi pada 2022.

Sebagai gambaran, sepanjang kuartal I 2019 Singaraja Putra menorehkan pertumbuhan pendapatan 3,3% year on year (yoy) dari sebelumnya Rp 106,06 miliar menjadi Rp 109,6 miliar. Sementara dari sisi laba tahun berjalan, SINI mencatatkan pertumbuhan 476% dari sebelumnya Rp 571,02 juta menjadi Rp 3,29 miliar.

Baca Juga: Lion Air mengonfirmasi baru akan IPO tahun 2020

Kenaikan laba yang signifikan ini karena SINI telah memiliki 54% saham PT Interkayu Nusantara yang bisa diakui dalam laporan keuangan. Per Mei 2019, IKN mencatatkan penjualan Rp 109,03 miliar bertumbuh 3,2% dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp 105,63 miliar. Sementara itu, laba tahun berjalan yang dicatatkan IKN per Mei 2019 mencapai Rp 3,27 miliar dari sebelumnya Rp 1,28 miliar.

IKN menghasilkan produk masal yang mempunyai beberapa ukuran standar sesuai dengan kebutuhan pelanggan. Pelanggan IKN seperti retailer besar, kontraktor porperty, dan industri furnitur. Adapun sebagian besar penjualan diserap oleh pasar ekspor, seperti Eropa dan Amerika.

Baca Juga: Belum Lama IPO, Saham-Saham Ini Terjaring UMA

"Selama 10 tahun sudah ekspor ke Eropa," terang Erick. Sementara untuk pasar Amerika, Interkayu baru akan serius menggarapnya tahun depan. Menurut SINI, pasar Amerika saat ini lebih baik dibandingkan tahun lalu.

Interkayu belum akan menambah kapasitas produksinya karena masih mencukupi. Menurut Erick,saat ini pihaknya hanya akan lebih memaksimalkan mesin-mesin yang utilisasinya baru 70% dan 80%. "Kami belum ada rencana untuk mesin-mesin secara menyeluruh," pungkas Erick.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×