Reporter: Dimas Andi | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Instrumen berbasis obligasi berpeluang mencatatkan kinerja mumpuni di tahun ini seiring berkurangnya tekanan suku bunga acuan.
Kendati begitu, investor diharapkan tetap cermat dalam menentukan keputusan investasinya di instrumen tersebut.
CEO Schroders Investment Management Indonesia Michael Tjoajadi mengatakan, tingkat suku bunga acuan AS sudah semakin mendekati level puncaknya.
Potensi penurunan pun sangat mungkin terjadi pada tahun ini. Begitu pula dengan tingkat suku bunga di dalam negeri yang berpeluang turun sewaktu-waktu nanti.
Sejatinya memprediksi waktu penurunan tingkat suku bunga acuan di dalam negeri terbilang sulit. Makanya, investor yang hendak mengoptimalkan instrumen berbasis obligasi lebih baik melakukan akumulasi sejak awal tahun ketika harganya masih lebih murah.
“Porsi obligasi bisa diperbesar di kuartal satu dan kedua. Setelah itu, baru lah saham bisa menyusul untuk dibeli oleh investor,” ujarnya, Kamis (17/1).
Direktur Bahana TCW Investment Soni Wibowo juga menyebut awal tahun bisa menjadi waktu yang tepat investor untuk memburu instrumen berbasis obligasi.
Hanya saja, investor tetap harus mewaspadai sejumlah sentimen negatif yang terjadi pada awal tahun ini. Mulai dari ketidakpastian masalah Brexit, kelanjutan perang dagang, hingga dampak perlambatan ekonomi global.
Investor juga mesti ingat bahwa The Fed masih berpeluang menaikkan suku bunga acuan AS sebelum kemudian menurunkannya.
Soni menilai, obligasi pemerintah punya potensi pertumbuhan kinerja yang paling mumpuni di tahun ini. Sebab, harga obligasi ini diprediksi naik lebih cepat ketika suku bunga acuan benar turun. Hasilnya, investor bisa memperoleh capital gain lebih optimal.
Di sisi lain, obligasi korporasi masih punya daya tarik berupa kupon yang tinggi. Namun, karena suku bunga acuan terkini sudah berada di level 6%, risiko beban bunga menjadi meningkat terutama bagi perusahaan yang memiliki net gearing tinggi.
“Investor harus pandai memilih obligasi korporasi karena risikonya sekarang lebih besar,” ungkapnya, hari ini.
Sementara itu, Direktur Panin Asset Management, Rudiyanto menyarankan kepada investor pemula agar mencoba terlebih dahulu reksadana berbasis obligasi, baik itu reksadana pendapatan tetap ataupun reksadana terproteksi. Hal ini mengingat reksadana relatif lebih mudah dari segi pengelolaan dan lebih murah dari segi biaya investasi.
Dia pun bilang, reksadana yang memiliki aset obligasi pemerintah dalam jumlah besar berpeluang mencetak imbal hasil optimal di tahun ini. Sebab, harga obligasi tersebut berpeluang bullish seiring berkurangnya sentimen suku bunga acuan.
Obligasi ritel seperti Savings Bond Ritel dan Sukuk Tabungan sebenarnya juga bisa dijadikan alternatif bagi para investor di tahun ini. Terlebih lagi, pemerintah cukup gencar menawarkan instrumen tersebut sepanjang tahun ini.
Namun, ketika penurunan suku bunga acuan terwujud, justru instrumen ini menjadi kurang menarik bagi sebagian investor karena kupon yang ditawarkan juga berpotensi turun. “Jadi sebaiknya investor memaksimalkan obligasi ritel di awal tahun ketika kuponnya masih tinggi,” kata dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News