Reporter: Dimas Andi | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Berkurangnya ekspektasi kenaikan suku bunga acuan di tahun ini menjadi angin segar instrumen berbasis obligasi. Investor pun bisa menjadikan instrumen ini sebagai andalannya dalam meraih cuan sepanjang 2019 berjalan.
CEO Schroders Investment Management Indonesia, Michael Tjoajadi menyampaikan, obligasi menjadi instrumen pilihan pihaknya pada tahun ini. Hal tersebut didukung oleh tingkat suku bunga acuan AS yang dinilai sudah semakin mendekati level puncaknya, sehingga penurunan sangat mungkin terjadi di tahun ini.
Bahkan, The Federal Reserves bisa saja lebih cepat menurunkan suku bunga acuan AS andai kata negara tersebut benar-benar terjerumus dalam resesi ekonomi. Alhasil, suku bunga acuan Bank Indonesia juga bisa ikut turun.
Sentimen ini tentu akan membuat pergerakan harga serta yield obligasi menjadi lebih stabil. Bukan mustahil juga tren kenaikan harga yang diikuti oleh penurunan yield obligasi segera terjadi begitu suku bunga acuan turun. Kondisi tersebut akan menguntungkan bagi berbagai jenis produk beraset dasar obligasi, misalnya reksadana pendapatan tetap.
Michael tidak merinci apa saja instrumen berbasis obligasi yang paling diuntungkan oleh sentimen potensi penurunan tingkat suku bunga acuan. Namun, pada dasarnya kinerja instrumen tersebut akan membaik jika suku bunga acuan berangsur-angsur turun. Ditambah lagi jika sentimen itu dibarengi oleh stabilitas pergerakan nilai tukar rupiah.
“Kami berharap rupiah bisa kembali lagi ke kisaran Rp 13.000 per dollar AS supaya pasar obligasi lebih kondusif,” tuturnya kepada Kontan.co.id, Kamis (17/1).
Dia menambahkan, memang sulit memprediksi waktu penurunan tingkat suku bunga acuan di dalam negeri. Maka dari itu, ada baiknya investor mengantisipasinya dengan mengakumulasi instrumen berbasis obligasi sejak awal tahun ketika harganya masih lebih murah.
“Porsi obligasi bisa diperbesar di kuartal satu dan kedua. Setelah itu, barulah saham bisa menyusul untuk dibeli oleh investor,” saran dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News