kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Simak Rekomendasi Saham Pilihan di Tengah Kenaikan Harga Minyak


Selasa, 17 Oktober 2023 / 07:47 WIB
Simak Rekomendasi Saham Pilihan di Tengah Kenaikan Harga Minyak
ILUSTRASI. Analis memberikan rekomendasi saham yang diuntungkan dan dirugikan saat harga minyak naik


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga komoditas minyak Kembali memanas seiring dengan meningkatnya eskalasi geopolitik di Timur Tengah. Per Senin (16/10), harga minyak West Texas Intermediate (WTI) sudah berada di level US$ 87,43 per barel.

Analis Panin Sekuritas Felix Darmawan menilai, konflik Timur Tengah memang menjadi sentimen utama kenaikan harga minyak. Secara historis, harga minyak akan melonjak seiring dengan eskalasi tensi geopolitik, khususnya wilayah yang memiliki pengaruh besar pada pasar minyak seperti di Amerika Serikat, Timur Tengah, dan Rusia-Ukraina.

Menurut Felix, pergerakan harga minyak dan gas dalam jangka pendek masih dapat meningkat seiring panasnya tensi geopolitik mulai dari deklarasi perang oleh Israel, pernyataan bantuan militer dari Amerika Serikat (AS), dan adanya laporan jika Iran terlibat dalam serangan Hamas

Felix melihat, akan ada peningkatan harga rata-rata minyak ke level US$ 90 per barel di 2023 dan tahun depan diprediksi akan berada di level US$ 85 per barel. Sementara harga gas alam akan berada di rata-rata US$ 4 per metric million british thermal unit (mmbtu) di 2023 dan US$ 3,5 per mmbtu di 2024.

Selain konflik Timur Tengah, ada sejumlah faktor yang mempengaruhi harga minyak. Pertama, pemotongan produksi sukarela Arab Saudi dan Rusia. Pada awal September 2023, kedua negara ini sepakat untuk memperpanjang pengurangan produksi minyak sebanyak 1,3 juta barel secara sukarela hingga akhir tahun ini.

Baca Juga: Saham Barito Renewables (BREN) menguat 252,56% sejak IPO, ini saran bagi investor

Kedua, penurunan cadangan minyak strategis AS dan turunnya rig count di negara tersebut. Felix menyebut, persediaan minyak mentah komersial AS telah berkurang sebesar 34 juta barel sejak pertengahan Juli 2023. Di sisi lain, jumlah rig minyak dan gas negeri Paman Sam terus menurun hingga akhir Juli, karena total pengerahan turun ke level terendah sejak akhir Desember 2021.

Oleh karena itu, Felix menyematkan rating overweight untuk sektor minyak dan gas (migas), dengan saham PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) sebagai pilihan utama alias top picks. Selain didukung oleh harga minyak, outlook positif MEDC didukung oleh peningkatan konsumsi dari industri dan pembangkit listrik, serta neraca yang solid.

Bak dua sisi mata uang, kenaikan harga minyak akan memberatkan sejumlah emiten yang mengkonsumsi minyak non subsidi seperti emiten tambang.

Emiten-emiten tambang sebut saja seperti PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG), PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO), dan PT Vale Indonesia Tbk (INCO), menggunakan minyak sebagai kebutuhan bahan bakar untuk operasional pertambangan.

“Jika kenaikan ini masih terus berlanjut atau harga minyak masih tinggi seperti ini memang menyebabkan kenaikan dari segi biaya bahan bakar,” kata Felix kepada Kontan.co.id, Jumat (13/10).

Namun, hal tersebut memang sudah menjadi risiko bisnis yang sudah biasa mereka lalui dengan berbagai inisiatif, seperti efisiensi maupun menggunakan energi alternatif yang lebih ekonomis.

Dihubungi secara terpisah, Direktur Keuangan Vale Indonesia Bernardus Irmanto mengatakan, dalam menyiasati kenaikan harga minyak, pihaknya sudah melakukan perpindahan (switching) dengan menggunakan batubara sebagai sumber bahan bakar sejak April 2023.

Irmanto menyebut, fleksibilitas penggunaan  batubara dan minyak adalah salah satu keunggulan operasional yang dimiliki oleh INCO.

“Tahun lalu kami beralih ke minyak karena harga batubara melonjak sangat tinggi. Dan April kami kembali ke batubara lagi,” terang Irmanto kepada Kontan.co.id, Minggu (15/10).

 

Mengutip laporan operasional, sepanjang kuartal kedua 2023, konsumsi batubara INCO sebesar 91.612 ton, naik dari konsumsi batubara di kuartal pertama 2023 yang hanya 50.923 ton. Sehingga, sepanjang semester I-2023, INCO menghabiskan 142.535 ton batubara.

Irmanto melanjutkan, ada tiga strategi utama dalam hal energy cost yang diterapkan INCO. Pertama, mengurangi konsumsi energi per ton nikel matte dengan berbagai inisiatif operasional.

Kedua,mengoptimalkan biaya energi berdasarkan harga komoditas, seperti yang dilakukan dengan beralih dari batubara ke minyak dan sebaliknya. Ketiga, mengoptimalkan bauran batubara dengan nilai kalori rendah dan tinggi.

Felix merekomendasikan buy saham MEDC dengan target harga Rp 1.700 per saham. Felix juga merekomendasikan buy saham PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) dengan target harga Rp 1.900.  Namun, harga jual alias average selling price (ASP) PGAS tergantung dari kebijakan pemerintah. Sehingga, PGAS tidak dapat memaksimalkan momen kenaikan harga komoditas secara umum.

Di sektor batubara, Felix merekomendasikan hold saham ITMG dengan target harga Rp 28.000 dan hold ADRO dengan target harga Rp 2.600.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×