kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Simak katalis yang mengerek harga minyak mentah di tahun ini


Jumat, 25 Juni 2021 / 16:40 WIB
Simak katalis yang mengerek harga minyak mentah di tahun ini
ILUSTRASI. Harga minyak terus memanas di tahun ini


Reporter: Achmad Jatnika | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak mentah terus menguat sejak awal tahun ini. Bahkan, sepanjang tahun ini, harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) sudah melesat 51% dan Brent melonjak 45,87% hingga akhir perdagangan Kamis (24/6).

Mengutip Bloomberg, Kamis (24/6), harga minyak mentah jenis WTI untuk kontrak pengiriman Agustus 2021 ditutup di level US$ 73,30 per barel. Sementara itu, minyak mentah jenis Brent untuk kontrak pengiriman Agustus 2021 berada di US$ 75,56 per barel.

Founder Traderindo.com Wahyu Laksonon mengatakan, keperkasaan harga minyak terjadi karena permintaan yang mulai meningkat karena tiga faktor utama. Pertama, tingkat mobilitas di sejumlah kawasan khususnya Amerika Utara, Eropa dan China setelah dilakukan pembukaan kembali ekonomi. 

Kedua, angkutan massa dan penggunaan kendaraan pribadi yang meningkat sejalan dengan dimulainya musim panas. Ketiga adalah penelitian pra pandemi yang menunjukkan bahwa lebih banyak bekerja secara remote, maka akan perjalanan semakin banyak.

Walau disokong sejumlah sentimen positif, harga minyak juga memiliki beberapa katalis negatif. Seperti tekanan kebijakan pemerintah di AS dan di seluruh dunia untuk mengekang belanja modal pada kuartal pertama, hal ini untuk memenuhi Paris Agreement.

Baca Juga: Harga minyak naik 0,1% dan berada di jalur penguatan lebih dari 2% di pekan ini

Kedua, investor menjadi lebih vokal menentang pengeluaran sektor energi karena alasan keuangan dan environmental, social and corporate governance (ESG). Terakhir adalah tekanan yudisial meningkat untuk membatasi emisi karbon dioksida.

“Isu yang terakhir difasilitasi oleh kegagalan dari pembicaraan nuklir Iran untuk mencapai kesepakatan, yang secara luas diharapkan untuk meningkatkan produksi minyak global,” jelas dia kepada Kontan.co.id, Kamis (24/6).

Wahyu menambahkan, berkurangnya produksi minyak saat ini karena banyak perusahaan yang menurunkan produksi dan investasi karena mahal. Di saat yang sama, sejumlah perbankan dan institusi finansial mulai mempersulit funding untuk perusahaan-perusahaan di sektor energi. 

Karena itu, Wahyu memprediksi, secara teknikal harga minyak dapat tembus ke level US$ 77 per barel. Untuk akhir tahun, resisten minyak berada di level US$ 107 per barel.

Selanjutnya: 13 Sektor industri minta gas murah, SKK: Perlu dipertimbangkan kemapanan industrinya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×