Reporter: Djumyati Partawidjaja | Editor: Djumyati P.
Bagaimana dengan kecenderungan penurunan pasar saham di setiap September. Apakah tahun ini akan terjadi juga?
September itu secara historis memang cenderung turun. Historis dalam mungkin lebih dari 10 tahun. Rata-rata turun terutama kalau misalnya Agustus-nya positif. Biasanya memang seperti itu. Jadi itu sih normal. Cuma bedanya itu sekarang, market kita itu kan kepemilikan asingnya sudah turun juga. Kalau dulu itu bisa 65%, sekarang mungkin 45% ya kepemilikan asing. Jadi 55% itu kepemilikan lokal dan transaksi harian itu sekarang 75% itu lokal. Itu yang investor ritel itu 60% dari total transaksi harian.
Jadi pola dari investasi pola investasi berbeda. Kalau dulu asing menjual, dengan sendirinya IHSG relatif lebih mudah untuk turun. Agak berbeda dengan saat ini.
Perbankannya sama perbankan, cuma yang satu lebih suka perbankan yang kecil-kecil, satu lagi lebih suka big bank.
Cuma memang pola dari investasi agak berbeda juga karena investor ritel ini didominasi oleh kaum millennial. Banyak juga yang di bawah 30 tahun yang paling dominan yang pelajar. Jadi mereka lebih menyukai misalnya saham-saham digital atau fintech yang berhubungan dengan teknologi. Jadi pola dari investasi mereka juga agak berbeda dengan investor-investor yang institusi maupun yang lama-lama. Yang mungkin melihat valuasi juga berbeda. Jadi new economy versus old economy.
Nah itu menarik untuk diperhatikan karena pasar modal kita kan didominasi sektor perbankan. Cuma polanya dari si investor ritel dan investor institusi ini agak berbeda. Perbankannya sama perbankan, cuma yang satu lebih suka perbankan yang kecil-kecil, satu lagi lebih suka big bank.
Tidak berarti bahwa new economy ini masih merugi terus kita enggak mau sentuh juga.
Pola investasi mana yang lebih baik?
Bisa dua-duanya sih sebenarnya tergantung keyakinan kita juga. Tidak berarti bahwa new economy ini masih merugi terus kita enggak mau sentuh juga. Karena ini kan pola yang terjadi di berbagai negara. Awal-awalnya kan new economy ini mungkin enggak terlalu dilirik, karena dianggapnya oh ini perusahaan masih rugi. Tapi ke depannya itu kan pola seperti ini kan mencatat keberhasilan juga kan di berbagai negara.
Valuasinya juga tinggi bukan berdasarkan laba bersih dari si perusahaan itu sebetulnya kan. Misalnya lebih kepada GMV (gross merchandise value) atau GTV (gross transaction value). Jadi growth story lebih ke sana ketimbang value story.
Apakah perusahaan-perusahaan di new economy yang sudah banyak naik itu masih ada yang menarik?
Menarik sebetulnya, cuma kan kita tidak bisa melihat cuma dari GMV atau GTV juga ya. Karena GMV atau GTV kan sebetulnya semacam omzet dari ekosistem yang ada di dalam industri itu kan. Misalnya merchant transaksi berapa, total ada merchant kan mungkin bisa jutaan juga.
Misal driver-nya ada go-food ada go-jek misalnya saya kasih contoh perusahaan itu ya, transaksi berapa. Itu kan omzet yang bukan berarti merupakan penjualan murni dari perusahaan terkait kan. Bukan net sales-nya juga. Jadi kita juga mungkin mesti lihat rasio-rasio lainnya juga. Misalnya price to sales-nya berapa dibandingkan juga dengan peer-nya. Bukan cuma price to GMV, price to GTV.
Faktor-faktor lainnya harus kita lihat juga. Dan kita harus melihat growth-nya ke depan seperti apa, apakah masuk akal misalnya proyeksi yang diberikan. Apa mungkin pertumbuhannya seperti itu atau enggak. Itu kan sangat krusial untuk perusahaan-perusahaan seperti ini.
Yang penting dari perusahaan-perusahaan semacam ini kan ekosistemnya pertama ya