Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bukit Asam Tbk (PTBA) mencatatkan penjualan sebesar 26,1 juta ton batubara di tahun lalu. Realisasi penjualan ini menurun dari tahun sebelumnya yang sebesar 27,79 juta ton. Hanya saja, realisasi penjualan ini 5% lebih tinggi dari target yang dipasang tahun 2020, yakni sebesar 24,86 juta ton.
Direktur Utama Bukit Asam Arviyan Arifin mengatakan, kinerja PTBA sepanjang 2020 terdampak pandemi Covid-19 yang menyebabkan penurunan konsumsi energi akibat diberlakukannya lockdown di beberapa negara tujuan ekspor, seperti China dan India.
Begitu juga dengan kondisi di dalam negeri yang menjadi pasar mayoritas PTBA. Turunnya konsumsi listrik di wilayah besar Indonesia seperti DKI Jakarta, Banten, Jawa, dan Bali juga berdampak turunnya penyerapan batubara domestik.
Baca Juga: Estimasi harga DME dari hilirisasi batubara berpotensi di bawah LPG
Dari sisi produksi, emiten pelat merah ini memproduksi 24,84 juta ton batubara sepanjang 2020, menurun 14,5% dari realisasi tahun sebelumnya sebesar 29,07 juta ton. Realisasi produksi ini juga sedikit di bawah target yang ditetapkan sesuai RKAP Perubahan Tahun 2020 sebesar 25,1 juta ton.
Dari sisi kinerja keuangan, PTBA membukukan pendapatan Rp 17,32 triliun di 2020, turun 20,48% dibanding periode sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp 21,79 triliun. Sementara dari sisi bottom line, emiten pelat merah ini mencatat laba bersih Rp 2,39 triliun di tahun lalu. Laba ini menyusut 41,17% dibanding periode sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp 4,06 triliun.
Arviyan mengatakan, kinerja Bukit Asam tidak lepas dari harga batubara selama tahun 2020 yang cukup menantang. Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), harga batubara acuan (HBA) bergerak berfluktuasi sepanjang 2020.
HBA berawal di angka US$ 65,93 per ton di awal Januari 2020 dan sempat menyentuh titik di bawah US$ 50 per ton pada September 2020. Arviyan bilang, HBA mulai merangkak naik dalam tiga bulan terakhir di 2020 dan menyentuh angka US$ 59,65 per ton pada Desember 2020. Kenaikan ini seiring dengan mulai pulihnya permintaan batubara di pasar global.
“Meskipun begitu, rerata HBA sepanjang 2020 merupakan yang terendah selama empat tahun terakhir dengan berada di level US$ 58,17 per ton,” ujar Arviyan saat paparan kinerja 2020 yang digelar secara virtual, Jumat (12/3).
Meski kinerja tahun lalu mengalami tekanan akibat pandemi, emiten yang berbasis di Sumatra Selatan ini memasang mode optimistis terhadap pasar batubara tahun ini. Arviyan mengatakan, dengan adanya vaksinasi yang bermuara pada pemulihan ekonomi, maka permintaan batubata akan pulih, baik untuk pasar ekspor maupun domestik.
Selanjutnya: Penurunan pendapatan menekan laba Bukit Asam (PTBA) pada tahun 2020
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News