kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.491.000   8.000   0,32%
  • USD/IDR 16.757   21,00   0,13%
  • IDX 8.610   -8,64   -0,10%
  • KOMPAS100 1.188   4,72   0,40%
  • LQ45 854   1,82   0,21%
  • ISSI 307   0,26   0,08%
  • IDX30 439   -0,89   -0,20%
  • IDXHIDIV20 511   -0,15   -0,03%
  • IDX80 133   0,33   0,25%
  • IDXV30 138   0,47   0,34%
  • IDXQ30 140   -0,47   -0,33%

Sentimen-sentimen pemberat rupiah


Selasa, 29 November 2016 / 11:40 WIB
Sentimen-sentimen pemberat rupiah


Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Otot rupiah kembali kendur terhadap dollar Amerika Serikat (AS). Mengacu data Bloomberg, Selasa (29/11) pukul 10.01 WIB, rupiah di pasar spot ke Rp 13.551 per dollar AS atau melemah 0,14% dari penutupan kemarin Rp 13.532 per dollar AS.

Senasib, rupiah pada kurs Jakarta Interbank Spot Dollar (JISDOR) turun 0,61% ke level Rp 13.549 per dollar AS dari posisi kemari Rp 13.467 per dollar AS.

"Nilai tukar rupiah relatif bergerak stabil. Pasar cenderung masih dibayangi beberapa kekhawatiran seperti inflasi November 2016 yang berpeluang naik serta rencana demonstrasi pada akhir pekan ini," kata ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta dikutip dari Antara.

Ia menambahkan bahwa permintaan dollar AS menjelang akhir bulan yang meningkat juga turut membuat pergerakan rupiah cenderung melemah meski berada dalam kisaran terbatas.

Namun, menurut dia, rupiah juga masih berpotensi untuk kembali menguat menyusul Imbal hasil surat utang negara (SUN) yang mulai turun mengikuti global, itu menandakan mulai meredanya aliran keluar dana asing dari dalam negeri.

Ia menambahkan bahwa pelaku pasar uang juga mulai dapat memperhitungkan efek negatif dari hasil pemilihan presiden Amerika Serikat Donald Trump.

Di sisi lain, lanjut dia, harga minyak berpeluang naik setelah anggota Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) menyatakan sepakat untuk memangkas jumlah produksi walaupun finalisasi masih menunggu kesepakatan atas besarannya.

Sementara itu, Pengamat pasar uang Bank Woori Saudara Indonesia Tbk, Rully Nova mengatakan bahwa menjelang rencana bank sentral AS (The Fed) untuk menaikan suku bunga acuannya, sebagian pelaku pasar masih cenderung "wait and see".

"Pergerakan mata uang negara berkembang masih dibayangi oleh potensi kenaikan suku bunga AS," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mitigasi, Tips, dan Kertas Kerja SPT Tahunan PPh Coretax Orang Pribadi dan Badan Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM)

[X]
×