kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.443.000   4.000   0,28%
  • USD/IDR 15.405   0,00   0,00%
  • IDX 7.812   13,98   0,18%
  • KOMPAS100 1.184   -0,59   -0,05%
  • LQ45 959   0,88   0,09%
  • ISSI 227   0,13   0,06%
  • IDX30 489   0,88   0,18%
  • IDXHIDIV20 590   1,24   0,21%
  • IDX80 134   -0,05   -0,04%
  • IDXV30 139   -1,25   -0,90%
  • IDXQ30 163   0,24   0,15%

Sentimen Negatif Gelantungi Pasar Modal, Ini Saran dari Analis untuk Investor


Kamis, 25 Januari 2024 / 05:40 WIB
Sentimen Negatif Gelantungi Pasar Modal, Ini Saran dari Analis untuk Investor
ILUSTRASI. Pekerja melakukan aktivitas di Bursa Efek Indonesia, Jakarta?Selatan.?KONTAN/Fransiskus Simbolon


Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.D - JAKARTA. Sejumlah sentimen negatif, khususnya dari eksternal masih membayangi pasar modal di awal tahun ini. Analis menilai investor bisa melirik instrumen investasi dengan tingkat risiko rendah dan bertenor pendek.

Sejumlah sentimen negatif itu seperti kondisi geopolitik dan mundurnya ekspektasi pemangkasan suku bunga the Fed. Akibatnya, tingkat credit default swap (CDS) 5 tahun Indonesia mengalami kenaikan dibandingkan akhir tahun 2023.

Per Rabu (24/1), CDS 5 tahun Indonesia berada di level 74,70 yang mengimplikasikan potensi default atau gagal bayar sebesar 1,25%. Adapun posisi CDS 5 tahun Indonesia di akhir 2023 berada pada level 71,99.

Investment Specialist Sucorinvest Asset Management Felisya Wijaya mengatakan, kenaikan CDS Indonesia diiringi dengan pelemahan harga obligasi Indonesia yang tercermin dari imbal hasil obligasi Indonesia 10 tahun. Sepanjang 2024, imbal hasilnya naik dari kisaran level 6,4% menjadi 6,6%.

Baca Juga: IHSG Diramal Tembus Level 7.900 Tahun Ini, Sektor Telekomunikasi Jadi Pemimpin

"Selain itu dari dalam negeri, risiko menjelang pemilu 14 Februari 2024 juga menjadi penyebab kenaikan CDS," ujarnya kepada Kontan.co.id, Rabu (24/1).

Dengan kondisi itu, Felisya menilai instrumen reksadana pasar uang dan reksadana pendapatan tetap bisa menjadi pilihan. Ini seiring adanya potensi pemangkasan suku bunga acuan.

Macro Strategist Mega Capital Indonesia Lionel Priyadi berpandangan fluktuasi diperkirakan semakin meningkat, setidaknya hingga Jumat (26/1). Ini lantaran ada rilis tiga data penting di AS, yakni data PMI, GDP dan inflasi PCE.

Ia pun menilai investor bisa melirik ke instrumen money market seperti SRBI dan SVBI, FR dan PBS tenor 2 tahun, atau bahkan cash

"Saat ini lebih ke tenor sangat pendek, satu bulan hingga dua tahun," sambungnya.

Sementara jika ingin berinvestasi jangka panjang, Lionel menyarankan investor untuk menunggu adanya koreksi yield US Treasury ke 4,25%. Ia memperkirakan koreksi akan terjadi dalam dua hingga empat pekan ke depan.

Felisya melanjutkan, untuk investasi jangka panjang investor bisa melirik reksadana saham maupun campuran. Dijelaskan, investor asing memang masih cenderung defensif menantikan Pemilu 2024. Namun, asing tetap mencatatkan net buy di beberapa saham perbankan besar dalam satu bulan terakhir.

Baca Juga: Prediksi Pemilu Aman, Mirae Asset Minat Investasi di Bursa Saham Meningkat pada 2024

"Oleh karena itu, berdasarkan horizon investasi menengah hingga panjang, reksadana saham maupun campuran masih menjadi pilihan menarik bagi investor," sambungnya.

Head of Research DBS Group Maynard Arif juga menyarankan investor untuk lebih berhati-hati jika ingin masuk ke instrumen investasi berisiko tinggi, seperti saham. Ia menilai pasar saham memiliki volatilitas yang tinggi, efek ketidakpastian the Fed.

Dirinya juga melihat prospek di pasar obligasi lebih menarik, tetapi dengan tempo jangka panjang. Ia menyarankan investor bisa melirik kredit berperingkat A/BBB dengan jangka waktu 3-5 tahun.

"Sebab jika suku bunga turun harga obligasi meningkat, sehingga nantinya investor bisa dapat dari kupon dan juga gain harga," katanya.

Sementara untuk saham, ia menilai investor bisa melirik pada sektor pertumbuhan berkualitas.

"Bisa masuk ke perbankan dan kesehatan. Jika berani lebih agresif, ke sektor teknologi e-commerce," sambungnya.

Lanjutnya, jika ingin masuk ke saham dengan risiko yang lebih rendah bisa masuk ke saham-saham yang membagikan dividen dengan yield di atas 5%-6% dengan balance sheet yang cukup baik untuk menopang payout.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management Principles (SCMP) Mastering Management and Strategic Leadership (MiniMBA 2024)

[X]
×