kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Sempat mencapai rekor, kepemilikan asing di SBN turun, apa kata analis?


Jumat, 29 November 2019 / 22:20 WIB
Sempat mencapai rekor, kepemilikan asing di SBN turun, apa kata analis?
ILUSTRASI. Nasabah melakukan pembelian Surat Utang Negara (SUN) ritel Savings Bond Ritel (SBR) seri SBR008 dengan aplikasi BNI Mobile di Kantor BNI Pusat, Jakarta, Kamis (5/9/2019). Pemerintah menerbitkan Surat Utang Negara (SUN) ritel untuk investor individu secara


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Kepemilikan asing di pasar Surat Berharga Negara (SBN) menurun setelah sempat mencapai rekor. Namun, analis memproyeksikan potensi asing masuk ke pasar obligasi masih tinggi karena kondisi fundamental ekonomi dalam negeri stabil.

Data Ditjen Pengelolaan Pembiayan dan Risiko Kementerian Keuangan (DJPPR) mencatat pada 8 November, kepemilikan asing di SBN capai rekor dengan jumlah Rp 1.070 triliun. Saat itu, porsi asing di surat utang pemerintah sebesar 39,14%.

Baca Juga: Penarikan utang SBN meningkat, Wamenkeu sebut sebagai strategi oportunistik

Namun, per Rabu (27/11), kepemilikan asing di SBN terkoreksi ke Rp 1.069 triliun dengan porsi kepemilikan asing turun menjadi 38,68%.

Meski nilai kepemilikan asing di SBN menurun, Adi Gemilang Head of Fixed Income Kisi Asset Management memproyeksikan potensi asing kembali masuk ke pasar SBN cukup tinggi.

Sentimen yang mendukung tidak lain berasal dari stabilnya kondisi makroekonomi dalam negeri, seperti inflasi terjaga di 3,13% secara tahunan.

Selain itu, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS juga diproyeksikan stabil dikisaran Rp 14.000 per dolar AS hingga Rp 14.100 per dolar AS.

Sementara, neraca perdagangan Oktober surplus US$ 161 juta. Terdapat pula, perbaikan defisit neraca berjalan di kuartal III-2019 sebesar 2,7% terhadap produk domestik bruto (PDB).

Baca Juga: Asabri: Investasi Tidak Bermasalah, Semua Sudah dikaji Internal

Pertumbuhan ekonomi di kuartal III-2019 yang sebesar 5,02% juga Adi katakan masih sesuai dengan proyeksi pasar.

Dengan posisi yield seri acuan di 7,08% per Jumat (29/11), Adi menilai secara riil, tawaran yield Indonesia lebih menarik dari India, Thailand dan Filipina. "Ke depan porsi asing di SBN berpotensi meningkat ke 39%-40%, seperti di awal 2018," kata Adi, Jumat (29/11).

Yield turun

Permintaan SBN yang diproyeksikan makin ramai oleh asing berpotensi buat yield bergerak turun. Dengan begitu kinerja pasar obligasi berpotensi menguat.

Apalagi, dengan adanya aturan PMK No.168/PMK.08/2019 tentang lelang SUN di pasar perdana domestik yang membuka pembelian SUN dalam mata uang rupiah dan valuta asing.

Baca Juga: Mandiri Syariah tingkatkan layanan wealth management

Menurut Adi, beleid tersebut bisa memperluas basis investor. Selain itu, hasil incoming bid lelang berpotensi meningkat karena asing dapat ikut berpartisipasi dengan mudah karena aturan mata uang lebih fleksibel.

Tidak hanya peran asing, langkah Bank Indonesia yang menurunkan giro wajib minimum (GWM) sebesar 5,5% untuk bank konvensional dan 4% untuk bank umum syariah juga berdampak positif ke pasar obligasi.

Adi memperkirakan penurunan GWM bisa menambah likuiditas perbankan sebesar Rp 20 triliun hingga Rp 25 triliun. Likuiditas perbankan yang bertambah berpotensi masuk ke pasar SBN.

Baca Juga: Mandiri Syariah menjaring nasabah yang tajir

Senada Direktur Fixed Income Anugerah Sekuritas Indonesia Ramdhan Ario Maruto mengatakan yield berpotensi stabil di 7% pada akhir tahun ini.

"Potensi penguatan pasar obligasi jelang akhir tahun cukup terbuka apalagi setelah suplai surat utang di pasar primer berhenti," kata Ramdhan. 

Dengan kondisi makro ekonomi yang stabil dan lelang di pasar primer berhenti, maka investor akan memburu surat utang di pasar sekunder. Namun, yield bisa menurun ke 6,8% pada semester I-2020.

Baca Juga: Kemenkeu batalkan lelang SUN pada Desember, begini penjelasan Sri Mulyani

Menurut Ramdhan potensi penurunan yield datang dari BI yang masih memiliki ruang penurunan suku bunga di tahun depan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×