Reporter: Kenia Intan | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tampak menghijau 13,19% selama tiga bulan terakhir. Akan tetapi, penguatan ini belum mampu menyelamatkan IHSG dari koreksinya sejak awal tahun.
Mengutip data dari RTI Business, IHSG masih memerah 22,19% hingga penutupan perdagangan, Senin (29/6).
Koreksi juga dialami indeks lainnya. Berdasar data dari Bursa Efek Indonesia (BEI), indeks LQ45 mengalami tekanan hingga 25,12% secara year to date (ytd).Indeks tersebut mengukur kinerja harga dari 45 saham yang memiliki likuiditas tinggi dan kapitalisasi pasar besar, serta didukung oleh fundamental perusahaan yang baik.
Baca Juga: Sepanjang kuartal II-2020, lima emiten ini masuk jajaran saham gocap
Penurunan indeks LQ45 tidak jauh berbeda dengan indeks yang mengukur kinerja harga saham dari 25 emiten kecil dan menengah atau indeks Pefindo25.
Mengutip data BEI, indeks Pefindo25 terkoreksi 24,27% ytd. Sekadar infromasi, konstituen Pefindo25 memiliki kinerja keuangan yang baik dan likuiditas transaksi yang tinggi.
Di sisi lain, BEI mencatat, IDX SMC Liquid menurun 27,08% ytd. Adapun IDX SMC Liquid merupakan indeks yang mengukur kinerja harga dari saham-saham berlikuiditas tinggi yang memiliki kapitalisasi pasar kecil dan menengah.
Analis Jasa Utama Capital Sekuritas Chris Apriliony mengamati, di tengah IHSG yang cenderung bergerak sideways saham-saham kecil memang ramai diperdagangkan.
"Saham-saham kecil dan menengah menjadi alternatif bagi para spekulan," jelas Chris ketika dihubungi Kontan.co.id, Senin (29/6). Saham kecil dan menengah akan terus dilirik selama kondisi IHSG cenderung tertekan.
Walaupun bisa dijadikan alternatif pilihan saham, pelaku pasar tetap perlu waspada. Sebab selama pandemi Covid-19 belum reda dan kondisi ekonomi yang belum stabil, saham kecil dan menengah akan lebih volatil.
Baca Juga: Mengukur dampak diskon PPh 3% terhadap kinerja emiten
Oleh karenanya, Chris tetap menyarankan pelaku pasar untuk mencermati bisnis perusahaan, kinerja, serta prospek perusahaan ke depan. Sehingga, dapat menekan risiko pembelian dan penjualan saham-saham tersebut.
Ia pun menjagokan PT Panin Financial Tbk (PNLF) dan PT Soechi Lines Tbk (SOCI) di antara saham kecil dan menegah. Kedua saham itu dinilai cukup murah dan berfundamental cukup baik. Adapun target harga yang dipatok berada di Rp 240 untuk PNLF dan Rp 200 untuk SOCI.
Tidak jauh berbeda, Analis Panin Sekurtias Indonesia. William Hartanto mengamati saham kecil dan menengah masih punya prospek di semester II. Sebab, pelaku pasar masih wait and see kinerja emiten kuartal II.
Selain itu, saat ini indeks memasuki masa jenuh, sehingga saham third liner akan menjadi alternatif untuk trading. " Sifatnya hanya sebagai alternatif saja," jelas William ketika dihubungi Kontan.co.id, Senin (29/6).
Baca Juga: Hari ini IHSG terkoreksi tipis 0,05%, bagaimana nasib besok?
William sendiri memilih saham PT Karya Bersama Anugerah Tbk (KBAG) dan PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID). Pertimbangannya, KBAG masih dalam kondisi uptrend secara teknikal.
Sementara DOID adalah saham batubara dengan harga (market price) yang relatif lebih murah ketimbang saham-saham batubara lainnya
Adapun target harganya dipatok Rp 400 hingga Rp 420 untuk KBAG. Sementara untuk DOID berada di Rp 200.
Adapun saham kecil dan menengah yang secara terknikal sejauh ini menunjukkan tren kenaikan, masih akan melanjutkan penguatannya. Sebab, pelaku pasar masih berasumsi pola teknikal belum patah, sehingga tren masih akan berlanjut.
" Saran saya selalu perhatikan frekuensi perdagangannya. Frekuensi adalah cerminan minat pelaku pasar untuk bertransaksi di saham tersebut," tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News