kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45926,87   -4,49   -0.48%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Selain nikel, harga batubara juga mengangkat indeks sektor pertambangan


Jumat, 20 November 2020 / 06:50 WIB
Selain nikel, harga batubara juga mengangkat indeks sektor pertambangan


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks sektor pertambangan masih menjadi indeks dengan penguatan tertinggi saat ini. Mengutip data statistik Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (19/11), sejak awal tahun atau secara year-to-date (ytd), indeks yang berisi emiten tambang batubara hingga mineral tersebut menguat 2,13%.

Indeks sektor tambang menjadi satu-satunya indeks sektoral yang menguat hingga saat ini. Bahkan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih tercatat turun 11,20%.

Kenaikan indeks sektor pertambangan ini tidak terlepas dari stabilnya harga batubara global, yang saat ini anteng di atas level US$ 60 per ton. Mengutip Bloomberg, per Rabu (18/11) harga batuabara ICE Newcastle untuk pengiriman Januari 2021 berada di level US$ 63,30 per ton.

Research Analyst Phillip Sekuritas Indonesia Debbie Naomi Panjaitan menilai, sentimen positif utama yang mendorong harga spot batubara acuan Newcastle adalah kemajuan vaksin Covid-19. Ketika investor telah selesai mencerna sentimen tersebut karena dibayangi dengan kasus baru Covid-19 dan membuat negara-negara kembali memberlakukan lockdown, batubara tetap mempertahankan kinerja harganya.

Baca Juga: Harga batubara berpeluang menguat, saham Adaro Energy (ADRO) masih menarik dikoleksi

Debbie melanjutkan, hal ini didukung  oleh setidaknya dua sentimen, antara lain adalah rencana pemerintah untuk mengembangkan mobil listrik. Pengembangan mobil listrik tidak hanya memberikan dampak terhadap komoditas nikel saja, tetapi juga batubara.

"Mengingat batubara memberi peranan penting untuk produksi baja kendaraan dan produksi listrik pabrik," ujar Debbie saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (19/11). Langkah pemerintah tersebut kemudian dicerna investor untuk kembali memburu saham sektor pertambangan.

Sentimen positif kedua berasal dari permintaan batubara dari China dan India. Kebutuhan batubara di India meningkat seiring dengan aktivitas industri yang juga meningkat.

Sementara di China, meskipun masih memberlakukan pembatasan impor batubara ditambah langkah pelarangan impor batubara Australia, Negeri Tirai Bambu ini menambah kanal impor dari negara lain karena permintaan batubara yang masih eksis. Negara yang dimaksud seperti Rusia, Afrika Selatan, Kolombia, dan tentunya Indonesia, utamanya untuk batubara dengan kalori tinggi.

Baca Juga: BEI: 20 Perusahaan berencana gelar penawaran umum perdana saham

Oleh karena itu, tidak mengherankan jika performa harga saham PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) dan PT Indika Energy Tbk (INDY) lebih tinggi dibandingakan dengan saham emiten lainnya, seperti PT Adaro Energy Tbk (ADRO). 

Ketiga saham ini memang masih mencetak return negatif sejak awal tahun. Namun, saham ITMG dan INDY tidak jatuh sedalam ADRO. Saham ITMG melemah 10,46%, saham INDY melemah 1,26%, dan saham ADRO masih melemah hingga 20,26% sejak awal tahun,

Sementara dalam periode enam bulan perdagangan, saham ITMG, INDY, dan ADRO telah berada di zona hijau. Saham ITMG dan INDY masing-masing menguat 34,31% dan 63,89% sementara ADRO menguat 37,02%. 

Baca Juga: IHSG dan sektor lain masih minus, indeks sektor pertambangan sudah hijau

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×