Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Wahyu T.Rahmawati
Alfred mengakui bahwa sektor pertambangan menjadi salah satu sektor yang direkomendasikan pada tahun ini karena faktor realisasi performa keuangan bagus dampak kenaikan yang tinggi pada harga komoditi. Oleh karenanya, selain dari sisi potensi kenaikan harga sahamnya, dengan realisasi performa keuangan yang bagus dia nilai bisa menjadi penopang untuk downside risk.
"Apalagi saham-saham pertambangan dikenal dengan saham-saham yang memiliki dividend payout ratio yang tinggi sehingga dengan asumsi performa yang bagus di tahun ini dan tahun depan akan membuat dividen menjadi insentif yang menarik bagi pemegang saham," ujar dia.
Sementara, untuk sektor properti pihaknya masih melihat momentum pemulihan karena tahun depan kemungkinan era suku bunga akan berakhir. Walaupun kenaikan suku bunga dilatarbelakangi oleh perbaikan ekonomi.
Hanya saja, untuk menghasilkan pertumbuhan yang bagus di tahun depan bagi properti masih menjadi tantangan yang besar. Sehingga untuk potensi updise harga sahamnya juga menurutnya tidak besar.
Baca Juga: Pemberlakuan PPKM darurat berpotensi melemahkan rupiah
Kemudian untuk beberapa emiten yang mengalami penurunan kinerja seperti sektor konstruksi, Alfred menilai walaupun secara kinerja keuangan masih tertekan tetapi menilik pada kondisi secara kuartalan pihaknya melihat ada arah perbaikan. Sehingga dia melihat momentum pemulihan untuk sektor-sektor konstruksi untuk emiten BUMN Karya.
Terlebih pemerintah sudah menunjukkan keseriusan dan komitmennya untuk pembangunan infrastruktur seperti hadirnya INA, komitmen pembangunan ibu kota baru dan juga kebijakan-kebijakan yang berimbas terhadap komitmen perbankan dalam mendorong pembiayaan dan lainnya.
Nah, untuk semester kedua, dia melihat akan ada tekanan dari sentimen negatif penerapan PPKM Darurat yang baru saja diumumkan Presiden Jokowi. Sebabnya, pembatasan akan membuat aktivitas ekonomi akan turun dan akan berpengaruh terhadap pencapaian atau target ekonomi 2021.
Namun kembali lagi kebijakan ini tentu tidak bisa dilihat dari satu sisi saja, pasar juga akan melihat bahwa kebijakan ini sebagai langkah keharusan untuk menghindari dampak yang lebih buruk lagi. Dengan begitu, untuk PPKM kali ini dampaknya tidak akan terlalu besar seperti dua kejadian sebelumnya. "Sehingga kalau bicara prospek semester II, kami masih sangat optimis akan bisa meningkat di atas peningkatan di semester I," sebutnya.
Hingga tutup tahun, Praus Kapital masih menjagokan beberapa emiten dari sektor pertambangan, seperti ADRO, PTBA, dan ANTM. Selain pertambangan, pihaknya juga merekomendasikan INDF, TLKM, serta bisa memanfaatkan WIKA dengan strategi buy on weakness.
Baca Juga: Kinerja Bitcoin mengalahkan aset konvensional di semester pertama tahun ini
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News