Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten penghuni indeks LQ45 telah merilis laporan keuangan untuk periode tiga bulan pertama 2021.
Sebanyak 17 emiten yang mencatatkan pertumbuhan, yaitu PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk (MIKA), Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN), PT Summarecon Agung Tbk (SMRA), PT Ciputra Development Tbk (CTRA), PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE), PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA), PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Vale Indonesia Tbk (INCO), PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC), PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA), PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR), PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG), PT Kalbe Farma Tbk (KLBF), PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN), Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA), dan PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN).
Kemudian, ada 6 emiten yang membukukan peningkatan laba bersih, yaitu PT AKR Corporindo Tbk (AKRA), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Semen Indonesia Tbk (SMGR), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM), dan PT United Tractors Tbk (UNTR), dan Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS).
Kepala Riset Praus Capital Alfred Nainggolan menjelaskan, sektor tambang membukukan kinerja cukup baik pada kuartal pertama 2021 karena kenaikan harga komoditi yang sangat signifikan di semester II tahun lalu dan berlanjut di tahun ini. Menurut dia, jika melihat level harga komoditi sampai di semester I tahun ini bisa dipastikan average selling price (ASP) akan naik signifikan secara tahunan dan akan berpengaruh signifikan terhadap kinerja pendapatan.
Baca Juga: Wall Street menguat terangkat data tenaga kerja, S&P 500 menuju rekor lagi
"Bahkan kami optimis untuk emiten ADRO, PTBA yang kuartal pertamanya menurun juga akan mengalami perbaikan signifikan di result kuartal kedua dan ketiga," ujar Alfred kepada kontan.co.id, Kamis (1/7).
Di samping pertambangan, sektor properti juga membukukan kinerja yang cukup baik. Menurut dia, akumulasi stimulus dari Bank Indonesia dan pemerintah sejak 2019 dan 2020 mulai terlihat hasilnya di tahun ini. Hal itu juga seiring dengan euforia pemulihan Covid-19 dengan berjalannya vaksin di awal tahun membuat permintaan properti di kuartal pertama meningkat signifikan.
Dia memperkirakan perbaikan kinerja akan berlanjut di kuartal kedua. "Apalagi kinerja kuartal kedua ini akan dibandingkan dengan kuartal kedua tahun lalu yang merupakan kondisi paling terpukul dampak pandemi sehingga pertumbuhan yang dihasilkan akan terlihat jadi tinggi," papar Alfred.
Baca Juga: Masuk indeks Sri-Kehati, simak rekomendasi analis untuk saham POWR dan TINS
Alfred mengakui bahwa sektor pertambangan menjadi salah satu sektor yang direkomendasikan pada tahun ini karena faktor realisasi performa keuangan bagus dampak kenaikan yang tinggi pada harga komoditi. Oleh karenanya, selain dari sisi potensi kenaikan harga sahamnya, dengan realisasi performa keuangan yang bagus dia nilai bisa menjadi penopang untuk downside risk.
"Apalagi saham-saham pertambangan dikenal dengan saham-saham yang memiliki dividend payout ratio yang tinggi sehingga dengan asumsi performa yang bagus di tahun ini dan tahun depan akan membuat dividen menjadi insentif yang menarik bagi pemegang saham," ujar dia.
Sementara, untuk sektor properti pihaknya masih melihat momentum pemulihan karena tahun depan kemungkinan era suku bunga akan berakhir. Walaupun kenaikan suku bunga dilatarbelakangi oleh perbaikan ekonomi.
Hanya saja, untuk menghasilkan pertumbuhan yang bagus di tahun depan bagi properti masih menjadi tantangan yang besar. Sehingga untuk potensi updise harga sahamnya juga menurutnya tidak besar.
Baca Juga: Pemberlakuan PPKM darurat berpotensi melemahkan rupiah
Kemudian untuk beberapa emiten yang mengalami penurunan kinerja seperti sektor konstruksi, Alfred menilai walaupun secara kinerja keuangan masih tertekan tetapi menilik pada kondisi secara kuartalan pihaknya melihat ada arah perbaikan. Sehingga dia melihat momentum pemulihan untuk sektor-sektor konstruksi untuk emiten BUMN Karya.
Terlebih pemerintah sudah menunjukkan keseriusan dan komitmennya untuk pembangunan infrastruktur seperti hadirnya INA, komitmen pembangunan ibu kota baru dan juga kebijakan-kebijakan yang berimbas terhadap komitmen perbankan dalam mendorong pembiayaan dan lainnya.
Nah, untuk semester kedua, dia melihat akan ada tekanan dari sentimen negatif penerapan PPKM Darurat yang baru saja diumumkan Presiden Jokowi. Sebabnya, pembatasan akan membuat aktivitas ekonomi akan turun dan akan berpengaruh terhadap pencapaian atau target ekonomi 2021.
Namun kembali lagi kebijakan ini tentu tidak bisa dilihat dari satu sisi saja, pasar juga akan melihat bahwa kebijakan ini sebagai langkah keharusan untuk menghindari dampak yang lebih buruk lagi. Dengan begitu, untuk PPKM kali ini dampaknya tidak akan terlalu besar seperti dua kejadian sebelumnya. "Sehingga kalau bicara prospek semester II, kami masih sangat optimis akan bisa meningkat di atas peningkatan di semester I," sebutnya.
Hingga tutup tahun, Praus Kapital masih menjagokan beberapa emiten dari sektor pertambangan, seperti ADRO, PTBA, dan ANTM. Selain pertambangan, pihaknya juga merekomendasikan INDF, TLKM, serta bisa memanfaatkan WIKA dengan strategi buy on weakness.
Baca Juga: Kinerja Bitcoin mengalahkan aset konvensional di semester pertama tahun ini
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News