kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sejumlah Konglomerat Melakukan Aksi IPO, Begini Pandangan Pengamat


Kamis, 30 Desember 2021 / 18:07 WIB
Sejumlah Konglomerat Melakukan Aksi IPO, Begini Pandangan Pengamat


Reporter: Dimas Andi | Editor: Noverius Laoli

Lewat IPO, DEPO memperoleh dana segar Rp 493,57 miliar. Dana tersebut dipakai untuk berbagai keperluan, mulai dari perluasan jaringan gerai di beberapa kota, pelunasan pokok utang dan bunga, dan penyetoran modal kepada entitas anak PT Megadepo Indonesia.

Sebelumnya, Prajogo Pangestu, pemilik emiten PT Barito Pasific Tbk (BRPT) juga sempat dirumorkan akan mengantarkan anak usaha BRPT yaitu PT Star Energy Geothermal untuk melantai di bursa saham.

Namun, hal itu ditepis oleh Wakil Presiden Direktur Barito Pasific Rudy Suparman dalam keterangan resmi pada 22 Oktober 2021. Ia menyebut, BRPT tidak memiliki rencana untuk melaksanakan IPO pada Star Energy dalam waktu dekat.

Pengamat Pasar Modal dari Asosiasi Analis Efek Indonesia Reza Priyambada menyampaikan, tujuan konglomerat membawa perusahaannya IPO pada dasarnya tak jauh berbeda seperti perusahaan-perusahaan pada umumnya.

Baca Juga: Simak Prospek Bisnis dari Autopedia Sukses Lestari yang Bakal IPO

Dalam hal ini, IPO punya tujuan dasar untuk menggalang dana dari pihak ketiga, yakni investor publik yang belum punya relasi dengan perusahaan yang bersangkutan. Dalam praktiknya, dana hasil IPO ini dapat digunakan untuk berbagai macam kebutuhan. Mulai dari pembiayaan akuisisi atau ekspansi bisnis, pembayaran utang, pemberian pinjaman kepada anak usaha, dan lain-lain.

“Penggunaan dana IPO juga dapat berubah di tengah jalan tergantung kondisi industrinya. Tentu hal ini harus melalui persetujuan RUPS terlebih dahulu,” ujar dia, Kamis (30/12).

Guru Besar Keuangan dari Pasar Modal Universitas Indonesia Budi Frensidy menambahkan, terdapat beberapa keuntungan yang diperoleh konglomerat ketika berhasil melaksanakan IPO pada perusahaan yang dimilikinya.

Misalnya, perusahaan terbuka relatif lebih mudah memperoleh pendanaan ketimbang perusahaan private. Eksposur dari investor publik maupun media juga lebih tinggi diperoleh oleh perusahaan terbuka. Selain itu, perusahaan terbuka lebih transparan sehingga memudahkan konglomerat jika hendak membagi warisan.

Baca Juga: Lewati Thailand dan Singapura, Indonesia Pimpin Pasar IPO di Kawasan ASEAN Tahun Ini

“Hal ini supaya tidak terjadi sengketa antar anggota keluarga,” imbuh dia, hari ini.

Terkait ramainya IPO di akhir tahun, termasuk oleh para konglomerat, Reza berpendapat bahwa fenomena seperti itu lebih disebabkan oleh momentum pasar yang coba dimanfaatkan perusahaan yang bersangkutan.

Bisa saja perusahaan tersebut memandang bahwa kondisi pasar modal sudah lebih kondusif di akhir tahun, mengingat dampak pandemi Covid-19 sudah mulai berkurang. Alhasil, perusahaan bisa lebih mudah mendapat dana segar dari investor.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×