kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.942.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.395   -20,00   -0,12%
  • IDX 6.907   -61,50   -0,88%
  • KOMPAS100 997   -14,27   -1,41%
  • LQ45 765   -9,88   -1,28%
  • ISSI 225   -2,18   -0,96%
  • IDX30 397   -4,54   -1,13%
  • IDXHIDIV20 466   -5,69   -1,21%
  • IDX80 112   -1,62   -1,42%
  • IDXV30 115   -1,15   -0,99%
  • IDXQ30 128   -1,29   -0,99%

SBN Ritel 2025 Menarik untuk Dilirik, Bagaimana Prospek SR022?


Minggu, 20 April 2025 / 20:15 WIB
SBN Ritel 2025 Menarik untuk Dilirik, Bagaimana Prospek SR022?
ILUSTRASI. Penerbitan SBN - Suasana dealing room transaksi Surat Berharga Negara (SBN) di Bank Negara Indonesia (BNI), Jakarta, Selasa (21/01/2025). Pemerintah akan kembali menerbitkan SBN ritel sepanjang 2025. Tahun ini Kementerian Keuangan menjadwalkan penawaran untuk 8 seri baru SBN ritel. Obligasi Negara Ritel (ORI) akan jadi jenis SBN ritel yang ditawarkan pertama kali tahun ini. Penawaran akan dilakukan pada 27 Januari hingga 20 Februari 2025. KONTAN/Cheppy A. Muchlis/21/01/2025


Reporter: Melysa Anggreni | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Penawaran Surat Berharga Negara (SBN) ritel tahun ini diperkirakan masih akan diminati tinggi oleh investor.

Hingga April 2025, pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan telah menerbitkan dua dari total delapan seri SBN ritel yang direncanakan tahun ini.

Kedua seri tersebut mencetak hasil impresif. SBN ritel seri ORI027 membukukan rekor pemesanan tertinggi sepanjang sejarah sebesar Rp 37,4 triliun, sementara ST014 yang baru saja menutup masa penawarannya berhasil menghimpun dana hingga Rp 23,35 triliun.

Baca Juga: Usai ST014, Pemerintah Siap Rilis SR022 pada Pertengahan Mei Mendatang

Melihat tingginya minat terhadap kedua seri tersebut, Fixed Income Analyst Pefindo Ahmad Nasrudin menilai, tren positif ini bisa berlanjut pada penerbitan seri SBN berikutnya.

Apalagi, di tengah ketidakpastian global, investor ritel cenderung mengalihkan dana ke instrumen yang lebih aman seperti surat utang negara.

Berdasarkan unggahan DJPPR melalui akun Instagram @djpprkemenkeu, SBN ritel berikutnya yang akan ditawarkan adalah Sukuk Ritel (SR) seri SR022.

Masa penawaran direncanakan berlangsung pada 16 Mei hingga 8 Juni 2025 (tentatif).

Ahmad mengatakan, proyeksi imbal hasil SR022 akan sangat bergantung pada kondisi pasar saat penawaran.

Berdasarkan pola sebelumnya, pemerintah kemungkinan akan menawarkan SR022 dalam dua tenor, yakni 3 tahun dan 5 tahun.

“Perkiraan saya, yield akan cenderung sedikit turun saat SR022 ditawarkan, dengan asumsi kondisi pasar relatif stabil di tengah penundaan tarif resiprokal oleh Presiden Trump,” kata Ahmad kepada Kontan.co.id, Minggu (20/4).

Baca Juga: Penawaran ST014 Resmi Ditutup, Cek Jadwal SBN Selanjutnya

Sebagai informasi, pada Rabu (9/4), Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan penundaan pemberlakuan tarif impor tambahan terhadap sebagian besar negara selama 90 hari, kecuali untuk China.

Kebijakan ini mendorong diskon harga obligasi global, sehingga meningkatkan daya tarik surat utang negara sebagai instrumen yang lebih aman.

Ahmad memperkirakan yield SR022 akan berada pada kisaran 6,5%–6,7% untuk tenor 3 tahun, dan 6,6%–6,8% untuk tenor 5 tahun.

Namun, ia mengingatkan bahwa mendekati bulan Juni—yakni batas waktu penundaan tarif AS—tingkat ketidakpastian berpotensi meningkat dan mendorong yield pasar naik. Jika itu terjadi, maka imbal hasil SR022 bisa terlihat kurang kompetitif dibandingkan instrumen obligasi lainnya seperti seri FR dan PBS.

“Apalagi dengan adanya produk substitusi seperti FR dan PBS, investor memiliki opsi lain yang bisa menawarkan yield lebih tinggi jika pasar bergerak,” jelasnya. Hal ini pernah terjadi pada penawaran ST014 beberapa waktu lalu.

Kendati begitu, SR022 tetap memiliki keunggulan, yakni pembayaran kupon bulanan, berbeda dari FR atau PBS yang dibayarkan secara semesteran.

Baca Juga: Pemerintah Targetkan Lelang SBN pada Kuartal II-2025 Sebesar Rp 190 Triliun

Ini membuat SR022 menarik bagi investor yang mengincar passive income bulanan.

Ahmad juga menyebut bahwa pemerintah kemungkinan akan menaikkan target penghimpunan dana melalui SR022, mengingat kebutuhan pembiayaan negara di awal tahun ini cukup tinggi.

Per akhir Maret 2025, defisit anggaran mencapai Rp 104,2 triliun atau setara 0,43% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), kontras dengan kondisi tahun sebelumnya yang masih mencatat surplus Rp 8,1 triliun.

Sementara itu, Direktur DJPPR, Tony Priyanto menyampaikan bahwa informasi detail mengenai SR022 akan diumumkan secara resmi sesuai momentum.

Ia menambahkan, strategi penerbitan SBN dilakukan secara pruden dan fleksibel, dengan mempertimbangkan faktor waktu, ukuran emisi, jenis instrumen, dan komposisi mata uang.

Baca Juga: Kepemilikan Bank di SBN Menyusut, Pertanda Likuiditas Semakin Seret

Di sisi lain, Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Indonesia, Ramdhan Ario Maruto juga menilai prospek SBN ritel tetap cerah hingga akhir tahun.

Menurutnya, bunga yang ditawarkan SBN ritel masih jauh lebih menarik dibandingkan instrumen lain seperti deposito.

“Kalau dibandingkan 4 hingga 5 tahun lalu, bunga SBN ritel saat ini jauh lebih menarik. Itu sudah menjadi daya tarik tersendiri,” ujar Ramdhan.

Namun ia mengingatkan, investor tetap perlu mencermati pergerakan obligasi global dan domestik, karena hal itu akan menjadi acuan penetapan yield SR022. Ramdhan memproyeksikan yield SR022 akan berada di kisaran 6,7%–6,75%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Owe-some! Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak

[X]
×