Reporter: Narita Indrastiti | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. Sebanyak 75,22% pemegang saham merestui PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) menerbitkan saham baru tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (non-HMETD) alias private placement. Samuel Sekuritas akan menjadi investor strategis yang menyerap saham baru.
ENRG bakal menerbitkan maksimal 4,46 miliar saham baru atau 10%. Imam Agustino, Direktur Utama ENRG, mengatakan, Samuel akan menyerap seluruh saham ENRG di Rp 100 per saham. Harga tersebut lebih tinggi dari rata-rata penutupan 25 hari, yakni Rp 83. Rabu (17/6), harga ENRG turun 1,69% ke Rp 58 per saham.
Namun, karena harga nominal saham ENRG Rp 100 per saham, maka sesuai ketentuan bursa, harga private placement ENRG minimal Rp 100. Sehingga, ENRG berpotensi meraup dana Rp 446,42 miliar dari aksi korporasi ini.
Nantinya, Samuel berhak menjual kembali saham itu ke beberapa pembeli strategis, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. "Sudah ada beberapa investor di belakang Samuel," ujar Imam. Dana hasil private placement untuk pengembangan usaha dan modal kerja.
Selain menjual saham baru, ENRG akan menjual Blok Buzi pada empat-lima perusahaan. ENRG akan melepas 50% hak di proyek ini. Saat ini, ENRG menguasai 75%. Sisanya, 25% milik pemerintah Mozambik dan Empressa Nacional de Hidrocarbonetos (BNH). Jika divestasi berhasil, ENRG hanya memiliki sisa hak partisipasi 25%.
Imam mengatakan, penjualan hak partisipasi ini dilakukan untuk membagi risiko. Blok ini diklaim banyak peminatnya karena areanya cukup bagus. Dana dari hasil penjualan sebagian hak partisipasi blok itu akan digunakan untuk pengembangan Blok Buzi.
Saat ini, ENRG sudah melakukan eksplorasi di blok tersebut dan akan menyelesaikan tender komersial pada dua bulan mendatang. "Perusahaan yang tertarik jadi mitra strategis merupakan perusahaan besar dari Eropa dan Afrika," ujar Imam, usai Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), Rabu (17/6).
Tercekik bunga mekar
Tahun ini ENRG menyiapkan belanja modal US$ 218 juta. Dana tersebut untuk mengembangkan beberapa blok minyak dan gas (migas). Tahun ini, ENRG berniat mendongkrak produksi migas menjadi 68.000 barel minyak ekuivalen per hari (boepd). Target ini lebih tinggi dari produksi ENRG 2014 sebesar 12.800 barel minyak per hari dan 226 juta kaki kubik gas per hari.
ENRG mendapat tambahan produksi dari blok Malacca Strait PSC dan tambahan produksi gas dari blok Bentu PSC. "Belanja modal akan fokus untuk eksplorasi, drilling, penambahan fasilitas dan pengembangan di lapangan," ujar Imam. Hingga saat ini, ENRG sudah menyerap 40% dari total capex. Meski menggenjot produksi, melorotnya harga minyak menjadi tantangan berat buat ENRG.
Dus, Imam memperkirakan, pendapatan ENRG tahun ini hanya US$ 680 juta-US$ 700 juta, turun dibanding 2014, yang sebesar
US$ 811,48 juta. "Namun, kami tetap optimistis bisa meraih laba bersih," ujar dia.
Untuk mewujudkannya, ENRG akan membiayai kembali (refinancing) utang US$ 134 juta. Anak usaha Grup Bakrie ini memiliki utang dari dua lembaga keuangan dengan bunga yang sangat tinggi. Didit A Ratam, Direktur ENRG, mengatakan, emiten ini tengah mengincar utang sindikasi dari perbankan asing US$ 200 juta. Proses itu ditargetkan kelar tahun ini.
Utang yang akan dibiayai kembali adalah fasilitas pinjaman dari Pro Strategic Investors Ltd. US$ 102,02 juta dengan bunga 20% per tahun. ENRG juga menanggung fasilitas utang jangka pendek US$ 61,95 juta dari PST Finance Ltd berbunga 20% per tahun.
"Bunga tinggi itu cukup memberatkan, sehingga harus dibiayai kembali," ujar Didit. ENRG juga akan melunasi utang jangka panjang lain. Dia mengatakan, pinjaman sindikasi baru itu menggetok bunga 10%, sehingga akan mengurangi beban bunga.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News