kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.758.000   -23.000   -1,29%
  • USD/IDR 16.565   0,00   0,00%
  • IDX 6.511   38,26   0,59%
  • KOMPAS100 929   5,57   0,60%
  • LQ45 735   3,38   0,46%
  • ISSI 201   1,06   0,53%
  • IDX30 387   1,61   0,42%
  • IDXHIDIV20 468   2,62   0,56%
  • IDX80 105   0,58   0,56%
  • IDXV30 111   0,69   0,62%
  • IDXQ30 127   0,73   0,58%

Intip Rekomendasi Saham dan Prospek Kinerja Emiten Nikel di Tahun 2025


Senin, 07 April 2025 / 05:00 WIB
Intip Rekomendasi Saham dan Prospek Kinerja Emiten Nikel di Tahun 2025
ILUSTRASI. Analis memberikan rekomendasi saham untuk emiten nikel


Reporter: Dimas Andi | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.IC-JAKARTA. Kinerja emiten-emiten di sektor pertambangan nikel cenderung bervariasi pada 2024. Tantangan yang dihadapi oleh emiten di sektor ini cukup berat seiring risiko volatilitas harga komoditas nikel di pasar global.

Beberapa emiten nikel telah merilis laporan keuangan tahunan 2024. Salah satunya adalah PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) atau Harita Nickel yang membukukan pendapatan dari kontrak dengan pelanggan sebesar Rp 26,97 triliun pada akhir 2024 atau meningkat 13,03% year on year (yoy) dari tahun sebelumnya.

Laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk NCKL juga naik 13,52% yoy menjadi Rp 6,38 triliun. 

Selain itu, ada PT Pam Mineral Tbk (NICL) yang mencatatkan lonjakan penjualan 26,32% yoy menjadi Rp 1,44 triliun pada 2024. Laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk NICL juga melesat 1.081,43% yoy menjadi Rp 318,04 miliar.

Baca Juga: Tarif Impor AS bawa Dampak ke Pasar Saham, IHSG Bakal Anjlok Tajam?

Di sisi lain, PT Vale Indonesia Tbk (INCO) mengalami penurunan pendapatan sebesar 22,87% yoy menjadi US$ 950,38 juta pada akhir 2024.

Pada saat yang sama, laba bersih emiten ini juga menyusut 78,94% yoy menjadi US$ 57,76 juta.

Emiten nikel lainnya, PT Ifishdeco Tbk (IFSH) juga mengalami koreksi penjualan neto sebesar 32,13% yoy menjadi Rp 972,71 miliar pada akhir 2024.

Laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk IFSH juga ambles 60,39% yoy menjadi Rp 83,67 miliar.

Chief Executive Officer Edvisor Profina Visindo, Praska Putrantyo menyampaikan, berkaca pada hasil kinerja tersebut, pada dasarnya emiten-emiten pertambangan nikel masih dibayangi oleh sentimen fluktuasi harga nikel global.

Sebab, saat ini pasar nikel sedang dalam kondisi kelebihan pasokan yang dapat berakibat pada penurunan harga jual rata-rata komoditas tersebut, sehingga menekan margin emiten yang bersangkutan.

“Namun, ada beberapa emiten dengan kemampuan efisiensi operasional yang baik, sehingga margin mereka juga lebih terjaga dari sisi profitabilitas dan operasional,” tutur dia, Kamis (27/3) lalu.

Baca Juga: Dikecualikan Tarif Resiprokal, Ekspor Hilirisasi Nikel & Bauksit ke AS Bisa Digenjot

Sebagai pengingat, berdasarkan data dari situs Trading Economics, harga nikel berada di level US$ 14.640 per ton pada Jumat (4/4) lalu. Harga komoditas ini telah terkoreksi 7,98% dalam sebulan terakhir dan merosot 17% dalam satu tahun terakhir. 

Padahal, dalam perjalanan tahun ini, harga nikel sempat mengalami lonjakan, terutama pada bulan Maret 2025. Pada 12 Maret lalu, harga nikel pernah menyentuh level US$ 16.652 per ton, atau level tertinggi pada 2025.

Selain kondisi pasar yang masih oversupply, risiko tekanan harga nikel muncul lantaran kondisi ekonomi global yang tak menentu. Kebijakan tarif impor dari Pemerintah Amerika Serikat juga membuat harga komoditas bergerak lebih fluktuatif, termasuk nikel.

Di samping itu, emiten-emiten di sektor nikel juga bakal terus mencermati perkembangan dinamika regulasi-regulasi pemerintah di bidang energi yang sewaktu-waktu dapat memengaruhi kinerja industri tersebut.

Contohnya adalah rencana penyesuaian tarif royalti minerba yang berpotensi berdampak pada margin profitabilitas emiten tambang nikel.

“Hilirisasi nikel untuk pengembangan industri kendaraan listrik diharapkan dapat menjadi sentimen positif untuk mendorong permintaan nikel,” kata Praska.

Di antara deretan emiten nikel, Praska merekomendasikan beli saham NCKL dengan target harga Rp 850 per saham. NCKL dapat dipantau investor mengingat Price Earning Ratio (PER) emiten ini masih tergolong rendah yakni 6,82 kali.

 

Sementara itu, Analis Indo Premier Sekuritas Ryan Winipta dan Reggie Parengkuan juga merekomendasikan beli saham NCKL dengan target harga Rp 1.100 per saham. 

Dalam riset 27 Maret 2025, Ryan dan Reggie mengapresiasi kenaikan laba bersih NCKL menjadi Rp 6,38 triliun, meski hasil ini sebenarnya baru memenuhi 94% dari proyeksi laba bersih versi Indo Premier Sekuritas.

Salah satu penyebabnya adalah lonjakan pengembangan masyarakat oleh NCKL dari 2,61 miliar pada 2023 menjadi Rp 215,03 miliar pada 2024.

Terlepas dari itu, Ryan dan Reggie memproyeksikan NCKL dapat mencetak pendapatan Rp 28,19 triliun yang disertai laba bersih Rp 7,43 triliun pada 2025.

“Risiko yang merugikan bagi NCKL mencakup permintaan feronikel yang lebih rendah akibat situasi ekonomi yang lemah,” tulis Ryan dan Reggie.

Selanjutnya: Kebijakan Tarif AS Bisa Bikin Kinerja Emiten Ekspor Melambat

Menarik Dibaca: Jadwal KRL Jogja-Solo Hari Ini 7 April 2025 2025 ke Palur Pasca Libur Lebaran

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Procurement Economies of Scale (SCMPES) Brush and Beyond

[X]
×