Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja pasar saham akan terdampak positif dari kebijakan paket stimulus ekonomi dari pemerintah. Sayangnya, sentimen positif itu diproyeksi belum berdampak maksimal ke kinerja bursa lantaran masih banyaknya hari libur di bulan Juni 2025.
Asal tahu saja, pemerintah akan memberikan berbagai stimulus ekonomi untuk menjaga daya beli masyarakat dan meningkatkan konsumsi domestik selama periode Juni-Juli 2025 yang bertepatan dengan momentum liburan sekolah.
Stimulus itu adalah diskon transporasi, diskon tarif tol, diskon tarif listrik, penebalan bantuan sosial dan pemberian bantuan pangan, bantuan subsidi upah (BSU), dan perpanjangan diskon Iuaran Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK).
Alasannya, demi menjaga pertumbuhan ekonomi kuartal II 2025 di kisaran 5%. Program stimulus ekonomi tersebut pun akan segera diterapkan mulai tanggal 5 Juni 2025.
Baca Juga: Dividen Jadi Pemanis Tambahan Pasca Libur Lebaran, Cermati Saham Jagoan Analis
Kepala Riset Praus Capital Marolop Alfred Nainggolan mengatakan, libur dan stimulus pemerintah akan berdampak pada potensi peningkatan konsumsi belanja masyarakat.
Hal tersebut akan berdampak pada besaran pertumbuhan ekonomi domestik, apalagi melihat porsi belanja masyarakat masih jadi penyumbang terbesar ke Produk Domestik Bruto (PDB).
Namun, di sisi lain, libur atau langkah penambahan libur yang dilakukan untuk mendorong konsumsi tersebut bisa menyebabkan penurunan produktivitas ekonomi. Oleh karena itu, pemerintah harus hati-hati dalam kebijakan libur bersama dan perlu menghitung-hitung dengan dampak penurunan produktivitasnya.
“Dampak penambahan liburan dalam menghasilkan sentimen positif sifatnya terbatas ke sektor tertentu saja. Namun dampak penurunan produktivitas akan berdampak makro,” ujarnya kepada Kontan, Jumat (30/5).
Stimulus atau insentif dari pemerintah sebenarnya dampaknya juga tidak terlalu besar ke pasar saham, karena saat ini Indonesia sedang mengalami perlambatan pertumbuhan dan prospek ekonomi global juga melambat.
Baca Juga: Emiten Ritel Tersengat Momentum Ramadan dan Lebaran, Cek Saham Rekomendasi Analis
“Pada kondisi seperti ini, masyarakat cenderung tetap akan semakin mengerem konsumsinya atau berhati-hati terhadap pengeluaran, terutama non-primer, meskipun ada penghematan belanja dari stimulus dan insentif pemerintah,” paparnya.
Di sisi lain, peningkatan konsumsi dari penambahan liburan pada kondisi ekonomi saat ini juga tidak signifikan terhadap potensi pertumbuhan emiten secara tahunan.
Menurut Alfred, emiten yang terdampak positif dari kondisi ini adalah yang berada di sektor hiburan, seperti sektor hotel, mal, pusat perbelanjaan, pariwisata, serta ritel dan konsumsi lain.