Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Memasuki pekan terakhir di semester pertama 2023, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi tak banyak bergerak. Analis menaksir pekan pendek bursa menyambut Idul Adha akan membuat perdagangan sepi, karena pelaku pasar lebih memilih wait and see.
Sekadar mengingatkan, perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) akan libur pada Rabu - Jum'at (28 - 30 Juni) memperingati Hari Raya dan cuti bersama Idul Adha 1444 Hijriah. Dengan kata lain, pasar hanya akan buka dua hari pada Senin & Selasa, 26 - 27 Juni 2023.
Saat ini, IHSG sedang parkir di area 6.639,73 usai ambles 0,88% sepanjang pekan lalu. Seluruh indeks dan sektor saham kompak memerah. Secara kumulatif, indeks saham bluechip LQ45 anjlok hampir 1%. Sedangkan IDX Technology merosot 4,26%, memimpin pelemahan indeks sektoral pada pekan lalu.
Baca Juga: IHSG Diramal Melemah pada Senin (26/6), Saham-Saham Ini Bisa Dilirik
Financial Expert Ajaib Sekuritas, Ratih Mustikoningsih mengamati arah kebijakan suku bunga acuan menyetir pasar saham. Terutama dari pernyataan Pimpinan The Fed Jerome Powell yang memberikan sinyal hawkish untuk menekan inflasi hingga ditarget 2%.
Membuka kemungkinan bank sentral Amerika Serikat itu masih akan menaikkan suku bunga acuan 50 basis points (bps) hingga akhir tahun 2023. Ratih menyoroti, pernyataan ini sekaligus membuat sektor teknologi kembali melemah.
Indeks Nasdaq dalam sepekan turun -1,75%, beriringan dengan pelemahan sektor teknologi di pasar saham domestik. Selain sinyal dari The Fed, langkah Bank of England seakan menegaskan tren suku bunga tinggi masih belum berakhir.
Bank sentral Inggris tersebut kembali menaikkan suku bunga pada periode Juni 2023 sebesar 50 bps menjadi di level 5%. Sedangkan dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) masih memilih untuk mempertahankan suku bunga acuan di level 5,75%.
Baca Juga: IHSG Melemah 3,08% Sejak Awal Tahun, Saham Sektor Komoditas jadi Pemberat
Di samping arah suku bunga, Ratih belum melihat katalis signifikan yang dapat menjadi booster pergerakan IHSG pada akhir Juni ini. Rilis yang dapat dicermati adalah data jumlah uang beredar periode Mei 2023, yang dapat menggambarkan pertumbuhan penyaluran kredit serta jenis penggunaannya.
"Perdagangan pekan ini yang hanya berjalan dua hari di tengah katalis yang minim membuat market cenderung sepi," ungkap Ratih kepada Kontan.co.id, Minggu (25/6).
Ratih melihat pelaku pasar akan lebih menunggu kinerja keuangan emiten kuartal kedua yang akan memasuki musim rilis pada bulan Juli. Ratih pun memprediksi pada pekan ini IHSG akan bergerak sideways dalam rentang 6.610 - 6.710.
Pasar Masih Wait and See
Founder dan CEO Finvesol Consulting Fendi Susiyanto turut memperkirakan pekan pendek ini akan membuat pelaku pasar wait and see. "Pasar masih sepi, investor lebih menunggu sampai kemudian ada informasi-informasi baru," ungkap Fendi.
Apalagi, sentimen global masih dalam posisi yang cenderung menekan, terutama soal arah suku bunga acuan The Fed. Outlook harga komoditas juga belum bisa diandalkan sebagai penggerak pasar saham. Hal ini dapat mempengaruhi minat investor dalam melakukan perdagangan.
Baca Juga: IHSG Turun 0,88% Sepekan, Ini Top Gainers & Losers Serta Net Buy & Sell Terbesar
Dus, Fendi memprediksi hingga akhir semester pertama ini IHSG masih belum bisa keluar dari area konsolidasi yang terbentuk sejak April lalu. IHSG berkutat pada support 6.500 dan resistance di level 7.000, dengan resistance minor di area 6.850.
Kondisi ini berpotensi membuat IHSG masih terkonsolidasi pada awal semester kedua 2023. "Masih cenderung konsolidasi, potensi resistance 7.000 cukup berat tertembus pada kuartal ketiga," imbuh Fendi.
Associate Director Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus, justru melihat sisi positif dari libur panjang bursa pekan ini. Di tengah berbagai katalis yang membayangi, pekan pendek ini dapat memberikan jeda supaya pasar tidak terlalu penuh dengan tekanan.
Menutup semester pertama, IHSG berpotensi melemah namun dengan rentang yang terbatas pada level 6.600 - 6.666.
"Wait and see mungkin menjadi pilihan sementara waktu. Namun tidak menutup kemungkinan kesempatan akan datang, khususnya bagi saham-saham yang terkoreksi tapi punya fundamental dan potensi valuasi," ujar Nico.
Baca Juga: IHSG Melemah 0,88% dalam Sepekan, Begini Prediksinya untuk Pekan Depan
Saran Nico, perhatikan saham di sektor infrastruktur, keuangan, teknologi, serta transportasi & logistik. Research Analyst Reliance Sekuritas, Lukman Hakim menimpali, IHSG pekan ini akan cenderung konsolidasi dengan rentang support - resistance di area 6.600 - 6.670.
Pada pekan pendek ini, Lukman menjagokan saham PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA), PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP), PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR), dan PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA).
Ratih juga merekomendasikan saham MDKA dengan target harga pada resistance Rp 3.350. Selain MDKA, Ratih menyarankan buy saham PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) dan PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI) dengan target harga masing-masing di Rp 1.750 dan Rp 1.780 per lembar saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News