kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   -8.000   -0,52%
  • USD/IDR 15.791   -57,00   -0,36%
  • IDX 7.505   -68,76   -0,91%
  • KOMPAS100 1.157   -12,64   -1,08%
  • LQ45 913   -8,80   -0,96%
  • ISSI 228   -2,59   -1,12%
  • IDX30 469   -4,51   -0,95%
  • IDXHIDIV20 564   -3,86   -0,68%
  • IDX80 132   -1,34   -1,01%
  • IDXV30 139   -1,60   -1,13%
  • IDXQ30 156   -1,23   -0,78%

Saham-Saham yang Terdampak Pelemahan Rupiah dan Rekomendasi Analis


Minggu, 08 Oktober 2023 / 19:07 WIB
Saham-Saham yang Terdampak Pelemahan Rupiah dan Rekomendasi Analis
ILUSTRASI. Layar menampilkan pergerakan perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Jumat (30/12/2022). Saham-Saham yang Terdampak Pelemahan Rupiah dan Rekomendasi Analis.


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah masih dalam tren melemah hingga menembus level Rp 15.612 per dolar Amerika Serikat (AS).

Sampai perdagangan akhir pekan, Jum'at (6/10) harga spot JISDOR telah menyentuh Rp 15.628 per dolar AS. Kondisi ini bisa membawa dampak beragam bagi emiten yang sensitif terhadap fluktuasi kurs. 

Head of Investment Specialist Syailendra Capital, Teguh Bagja S. mengungkapkan emiten yang sensitif terhadap kenaikan dolar AS umumnya berasal dari sektor bisnis yang banyak melakukan impor barang atau jasa dan sumber pendapatannya dalam mata uang lokal.

Namun untuk emiten dengan karakteristik ini, dampak volatilitas kurs terhadap kinerja masih bisa diredam.

Baca Juga: Cermati Saham Pilihan Akhir 2023 dari Indeks Kompas100

"Di tengah kenaikan harga bahan baku impor, sebetulnya perusahaan juga masih memiliki kemungkinan untuk menaikkan harga jual produknya, sehingga kenaikan dolar AS ini belum tentu akan berdampak banyak ke laba usahanya," kata Teguh kepada Kontan.co.id, Minggu (8/10).

Research & Consulting Manager Infovesta Utama Nicodimus Kristiantoro menimpali, pelemahan kurs rupiah akan menambah beban bagi perusahaan yang berorientasi impor bahan baku dari luar negeri dengan menggunakan pembayaran dolar AS, karena harganya akan menjadi lebih mahal. Sektor bisnis yang cenderung tertekan di antaranya dari farmasi dan otomotif.

Di sisi yang lain, pelemahan kurs rupiah dapat membawa angin segar bagi perusahaan yang orientasinya dominan ekspor ke luar negeri, sehingga akan mendapat revenue yang lebih tinggi. Perusahaan kategori ini antara lain berasal dari sektor transportasi-logistik dan emiten berbasis komoditas.

Beberapa yang dapat diuntungkan dari kondisi ini di antaranya ada PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO), PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) serta PT Mayora Indah Tbk (MYOR) dan PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP) yang punya pangsa ekspor cukup besar.

 

Baca Juga: Begini Rekomendasi Saham Kalbe Farma (KBLF) yang Diproyeksi Laba Tertekan

Selain itu, pelemahan rupiah akan menjadi katalis negatif bagi emiten dengan porsi utang jumbo dalam dolar AS.

"Jika porsi utang dolar AS lebih dari 60% dari total utang keseluruhan maka akan mempengaruhi cost yang dikeluarkan untuk membayar beban bunga hutang," terang Nico.

Sebagai gambaran saja, beberapa emiten yang punya utang dolar AS berasal dari sektor properti dan consumer. Di antaranya ada PT Modernland Realty Tbk (MDLN), PT Alam Sutera Realty Tbk (ASRI), PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR), PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL), PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP).

Meski begitu, bukan berarti saham-saham tersebut tidak layak dikoleksi. Di antara saham-saham yang sensitif terhadap fluktuasi kurs, Nico masih menyematkan rekomendasi buy untuk ICBP dengan target harga Rp 12.100, MYOR target harga Rp 2.780, dan INKP target harga di Rp 11.000 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media


TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×